hari ini aku naik gaji. ga penting-penting banget sih, tapi iseng saja kuumumkan di sini. secara selama 3 tahun terakhir ini aku belum pernah naik gaji. alasannya karena krisis eropa, jadi rata-rata hampir semua perusahaan tidak menaikkan gaji karyawannya, meski inflasi membubung tinggi dan harga-harga merayap naik.
aku bergabung dengan perusahaan tempatku bekerja sekarang ini di saat krisis baru mulai. kata bosku, aku memang bergabung di saat yang kurang tepat, tapi bagiku saat itu, untuk bisa memperoleh pekerjaan ketika krisispun sudah sangat bagus dibandingkan jika tidak bekerja sama sekali.
sejak krisis akhir tahun 2008 lalu, angka pengangguran memang melonjak drastis. orang-orang sepertiku yang kehilangan pekerjaan karena satu dan lain hal, sebagian besar kesulitan memperoleh pekerjaan baru. bukan saja karena semakin langkanya lowongan kerja, juga karena pertumbuhan ekonomi yang mandeg mengakibatkan tidak terciptanya lapangan kerja yang baru.
dengan kondisi sesulit itu, justru aku dengan cepatnya langsung lompat ke pekerjaan berikutnya ketika kantorku yang lama terpaksa harus mengurangi jumlah karyawannya karena hantaman krisis. aku termasuk beruntung juga karena lowongan yang aku isi orangnya memutuskan untuk resign, jadi bukan karena kantor butuh orang baru, tapi hanya untuk mengisi hilangnya posisi lama saja. jadi targetku waktu itu, asal bekerja saja aku sudah bersyukur. kenaikan gaji tak pernah terpikir olehku.
tapi rupanya keadaan meski pelan tapi pasti berangsur membaik di ranah ekonomi maupun di dalam perusahaan sendiri. hingga pihak manajemen memutuskan untuk memberikan kenaikan gaji kepada kami para karyawannya yang telah mengabdi cukup lama tanpa kenaikan apapun. sejujurnya sih kami bertahan bukan karena setia juga, tapi memang di mana-mana kondisinya sama sulitnya, jadi kesulitan itu harus pula kami tanggung bersama-sama.
kenaikan harga yang tinggi tapi tak dibarengi penghasilan yang bertambah memang otomatis akan menurunkan kemampuan daya beli dan taraf kesejahteraan hidup. jadi sebenarnya kalau dihitung-hitung, aku saat ini jauh lebih miskin dibandingkan keadaanku 3 tahun lalu, sebelum eropa dilanda krisis. bayangkan dulu harga bensin masih 80 pence per liter (kira-kira 11 ribu rupiah), sekarang melonjak menjadi £1.4 atau kira-kira 20 ribu rupiah (hampir 2 kali lipat), sementara gaji masih sama. tentunya tidak hanya harga bensin yang berubah tapi seperti kita semua tahu kenaikan harga bahan bakar pasti dibarengi dengan kenaikan harga-harga kebutuhan hidup lainnya.
untungnya, aku lahir dan dibesarkan di tengah-tengah keluarga sederhana dengan taraf ekonomi kelas menengah ke bawah. jadi aku memang tak terbiasa dengan gaya hidup mewah. konsep hidupku yang terbilang cukup sederhana telah membantuku di saat-saat ekonomi sedang sulit seperti ini. karena dengan berpendapatan tertentu dan hanya menghabiskan sebagian kecil dari pendapatan itu, kenaikan harga hanya akan mengurangi porsi pendapatan yang bisa aku tabung.
bayangkan jika aku terbiasa hidup mewah. dengan gaji yang sama tentunya aku takkan mampu menabung. dan dengan kenaikan harga-harga yang tak dibarengi dengan kenaikan pendapatan, hasilnya hanya akan menyeretku ke lembah jeratan hutang, demi mempertahankan gaya hidup yang terlanjur berbiaya tinggi.
sayangnya demikian banyaknya cerita mengenai gaya hidup seperti ini di sekitarku. jika aku amati, orang-orang asli inggris sini yang bergaya hidup mewah dan foya-foya, aku tak yakin jika pendapatan mereka sebesar pengeluarannya. kadang jika aku bandingkan kondisiku dengan mereka, aku tak habis pikir bagaimana mereka dengan mudahnya menghamburkan poundsterling yang tentunya tidak mudah mereka dapatkan.
menurut suamiku, gaya hidup mereka memang menuntut mereka seperti itu. mereka bahkan rela berhutang dan menggesek kartu kredit terus menerus, dan hanya membayar tagihan minimum tiap bulannya untuk memenuhi tuntutan gaya hidup mereka. jika sudah lewat batasan berhutang pada satu kartu kredit, mereka bisa dengan mudahnya membuka aplikasi kartu kredit yang baru. demikian seterusnya, akibatnya jeratan hutangnya semakin melilit.
entah akunya yang ndeso, atau gaya hidup seperti itu yang normal, yang pasti doaku, jangan sampai aku seperti itu, amit-amit. aku tak mau besar pasak daripada tiang, itu saja. kalau aku mampu, aku akan beli, kalau tidak, ya tidak usah ada rasa kepingin memiliki. sederhana sebetulnya ya.
ah, sudahlah. yang pasti aku hari ini naik gaji. artinya aku bisa menambah tabunganku tiap bulan yang belakangan tak beranjak juga angkanya, karena memang tak banyak sisa yang bisa ditabung dengan kebutuhan hidup yang bertambah banyak sejak aku menikah dan memiliki rumah. yang pasti, dengan kenaikan ini, tak lantas aku hamburkan untuk hal-hal yang kurang jelas yang sebelumnya aku tak pernah membutuhkannya.
No comments:
Post a Comment