Monday, 9 January 2012

twitter

"@nayarini: bener juga lho RT @pipinBeck: Twitter jadi ajang panggung sandiwara, bagi yg tidak ada peran di dunia nyata."

kalimat yang cukup menohok di atas terlontar di twitterland beberapa hari yang lalu. setelah kubaca 2-3 kali, aku pikir koq bener juga ya. celoteh itupun akhirnya ku-RT (re-tweet) ke follower-ku yang jumlahnya tak seberapa :-)

kemajuan teknologi semakin merubah cara manusia berkomunikasi dan berinteraksi. salah satu contohnya adalah twitter yang belakangan ini menjadi ajang yang sangat populer untuk berkicau. meski hanya dibatasi sampai 140 karakter saja untuk satu pesan, teknologi ini semakin digemari masyarakat dunia dari hari ke hari. politikus, artis, pelajar, mahasiswa, ibu rumah tangga, bahkan presidenpun ber-twitter ria.

source

seperti halnya sarana komunikasi lainnya yang lebih dulu ada dan berpotensial untuk diakses oleh publik dan khalayak umum, lambat laun orang mulai berbisnis lewat twitter. ada yang jualan buku, ada yang promosi album baru, ada yang promosi diri sendiri karena masih jomblo, ada juga yang hanya memakai twitter untuk curhatan hatinya yang sedang galau #eh....

interaksi antara dua orang atau lebih, kadang-kadang tidak selalu berjalan mulus. ada kalanya yang satu berpendapat A, yang lain berpendapat B dan karena masing-masing bertahan dengan opininya, terjadilah sengketa atau #twitwar. pengikut si A akhirnyapun jadi berperang juga dengan pengikut si B, sementara yang bukan pengikut keduanya berhaha-hihi saja sebagai penontonnya.

banyak istilah-istilah baru yang juga terlahir dari interaksi abad 21 yang unik ini. ada istilah #kultwit (kuliah twitter), ada istilah #folbek (follow back) bahkan yang belakangan ini sedang 'in' adalah istilah #kamsepay (kampungan sekali payah euy).

aku sendiri memakai twitter ala kadarnya, hanya sebagai 'alat' komunikasi atau berkicau 'hanya jika ada waktu' dan 'hanya jika perlu'. di sela-sela jam kantor yang kadang suntuk, kalau orang jaman dulu keluar kantor untuk merokok atau ngobrol istirahat, jaman sekarang orang bertwitter ria. kalau jaman dulu ibu-ibu yang tinggal di rumah saja ngerumpi ke tetangga atau di pengkolan depan rumah, masa kini mereka bertwitter ria melalui smart-phone mereka.

aku kurang setuju jika twitter tidak lagi dipakai hanya sebagai 'alat' dan 'bagian' dari gaya hidup moderen, tapi menjadi ketergantungan aktivitas yang memaksa pemakainya terikat untuk 'berkicau' dari waktu ke waktu. kadang aku sulit membayangkan, apakah mereka tidak punya 'pekerjaan' penting lain untuk dilakukan?

apakah mereka tidak mempunyai keluarga yang membutuhkan perhatian dan waktu mereka? apakah mereka tidak lagi berinteraksi dengan orang lain tanpa melalui teknologi? bayangkan jika waktu kita yang hanya 24 jam sehari dipakai untuk beraktivitas di twitter separuhnya, sepertinya selebihnya tidak akan cukup untuk melakukan hal-hal duniawi lainnya. seperti halnya apapun, jika berlebihan pastilah tidak baik.

jadi pendapat bahwa twitter jadi ajang panggung sandiwara, bagi yg tidak ada peran di dunia nyata, sepertinya ada benarnya. karena dengan sibuk twitteran, interaksi kita dengan dunia nyata menjadi (mau tidak mau) berkurang dan akhirnya lambat laun akan menghilang. dan tanpa interaksi dengan dunia nyata, takkan mungkin kita mengambil peran.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...