sempat bingung mau diberi judul apa postingan yang satu ini.
biasanya sih tiap kali mulai nulis, di otakku sudah siap judul postingan artikel bahkan sebelum paragraf pertama kuketik. tapi untuk yang satu ini, pertama kalinya aku bingung mencari judul. tapi sudahlah, kuketik dulu saja ceritanya ya, judulnya menyusul belakangan.
tulisan ini berisi cerita kronologi sebuah kejadian. aku akan berusaha sebisa mungkin untuk tidak bias, supaya kalian bisa menyimpulkan sendiri kira-kira apa yang sebenarnya terjadi. jika ada prasangkaku yang aku ketikkan di sini, akan aku tandai supaya tidak mempengaruhi kesimpulan para pembaca blog ini.
masih cerita nuansa pulang kampung. lokasi kejadian, di dalam gerbong kereta eksekutif yang sudah kutulis di postingan terdahulu.
seperti halnya segala sesuatu yang berbau eksekutif, di dalam kereta eksekutif pun ada layanan ekstra berupa penawaran menu makanan dan minuman yang melibatkan para kru kereta yang telah dididik dan dilatih sedemikian rupa untuk menjadi pelayan yang baik bagi para penumpang selama perjalanan, layaknya para pramugara dan pramugari pesawat udara.
tidak ada yang istimewa sampai di sini. begitu kereta mulai melaju meninggalkan jakarta, para pramugara/i ini (apa ya namanya kalau untuk kereta?) dengan wajah berseri-seri dan senyum ramah yang cukup menawan mulai berlenggang lenggok dengan kenes menawarkan minuman dan menu makanan ke para penumpang. beberapa ada yang langsung memesan dan si pramugari cantikpun dengan cekatan menuliskan pesanan ke nota pembelian yang ada di tangannya, lalu menyapa penumpang berikutnya dan seterusnya.
sampai di sini juga masih belum ada yang istimewa. semua terlihat normal dan biasa-biasa saja. sampai akhirnya mereka sampai ke tempat duduk kami dan dengan gaya menawarkan yang sangat profesional dan sudah terlatih, kamipun tergiur untuk memesan menu makanan dan minuman dari restorasi kereta eksekutif ini.
satu nasi rames untuk suamiku, dia memilih ini hanya karena menu ini ada ayam gorengnya yang terdengar cukup familiar di telinganya, sementara menu lainnya seperti nasi rawon, cuma membuatnya mengernyitkan dahi, sementara akunya pun sedang malas menjelaskan apa itu rawon, kenapa kluwek warnanya hitam, dst dst. mood-nya sedang cape saja hehe. aku sendiri memesan bakso kuah dengan mie, dan minum kopi hitam. suami pesan coca-cola kaleng.
tak lama, pesanan pun tiba. kami makan dengan malas (kenapa malas? nanti aku cerita di postingan terpisah ya :-p). selesai makan, piring kuletakkan di bawah tempat duduk, dan tak lama pun diambil dan dibersihkan dengan petugas restoran dengan cekatan. semua masih baik-baik saja.
hembusan udara AC dan suara di latar belakang yang berasal dari layar televisi yang memutar video-video musik, ditambah perut kenyang pun dengan sukses membuat kelopak mataku pelan tapi pasti terpejam dan akupun tertidur. meski tak begitu pulas, kopi hitam yang kupesan ternyata tak mampu bersaing melawan hawa kantuk yang menyerang karena kami harus bangun pagi untuk mencuri start sebelum rute ke arah gambir dikuasai para pekerja yang berangkat ke kantor pagi itu.
sambil tidur-tiduran ayam, kadang kudengar pramugari yang sama mondar-mandir dan bolak-balik ke gerbong kami menawari menu makan dan minum, lalu juga menawari oleh-oleh dan segala jenis mainan masih dengan suara ramahnya. aku tak tertarik, jadi aku pura-pura tidur saja. kalau ada tagihan makanan, toh pasti dibangunkan.
ada sekitar 1 atau 2 jam sejak kami selesai makan, baru para pramugara/i yang ayu dan ramah tadi kembali memasuki gerbong kami, meski saat itu mataku masih setengah terpejam. kulihat samar-samar di tempat duduk paling depan, mereka bercakap-cakap sebentar dengan penumpang di sana, menerima beberapa lembar uang kertas, menulis-nulis sesuatu di nota yang selalu dipegang di tangan, tersenyum ke penumpang tadi lalu pindah ke kursi berikutnya.
meski masih mengantuk, aku sadar bahwa mereka sedang menagih bayaran makanan dan minuman yang baru saja kami nikmati beberapa saat yang lalu. akupun meraih tas tangan yang kuletakkan di bawah kaki di dekat jendela, sebagai persiapan untuk melakukan transaksi pembayaran. sewaktu memesan, aku tak tahu harga-harga makanan yang kami pesan, aku pun tak pusing-pusing bertanya karena aku yakin pasti harganya juga sudah standar. lalu mataku pun terpejam lagi.
kira-kira 10 menit kemudian, pramugari yang tadi mondar-mandir diikuti seorang pramugara yang ramah-ramah pun sampai juga di depan kami. percakapan singkat pun terjadi.
"selamat siang ibu. bagaimana menunya tadi? apakah ada keberatan atau ada yang ingin disampaikan ke kami?" tanya si cantik dengan sangat sopan. "ohhh, tidak ada. enak kok. terima kasih" jawabku singkat sambil tetap menahan kantuk.
"oh begitu. terima kasih kembali kalau begitu. saya segera siapkan tagihannya ya bu. tadi satu nasi rawon 20,000; satu bakso 20,000; kopinya 6,000; satu coca-colanya untuk bapaknya 6,000. total semua 52,000 ya bu" katanya kemudian sambil menulis-nulis di nota, dan masih tersenyum manis.
"oke, 52,000 ya. sebentar" kataku sambil merogoh kantong tas mencari-cari lembaran 50 ribuan yang sayangnya tak kutemukan. akhirnya akupun menarik satu lembar 100 ribuan, dan memutuskan untuk mempermudah transaksi dengan menambahkan selembar dua ribuan, dan berharap memperoleh 50 ribuan sebagai uang kembalian. meski baru bangun tidur, aku yakin sekali hitung-hitungan itu masih sangat sederhana.
tapi tanpa dinyana, si mbak cantik berkata "maaf ibu, uang kembalian saya terbatas, apakah ibu punya 10 ribuan?" tanyanya dengan sopan dan masih tersenyum manis.
"errrr...." merasa ga siap ditanya begitu, akupun reflek mencari-cari lagi uang di dalam tasku. dasarnya memang ga pernah pegang uang cash kalau di inggris karena semua tinggal gesek, selama di indonesia uang tunai tak pernah kuletakkan di dompet, karena memang dompetku terlalu kecil dan hanya berisi kartu-kartu saja. dengan mata uang rupiah yang nolnya banyak berjejer-jejer dan uang kertas yang berwarna warnipun seringkali menambah kesemrawutan transaksi keuangan di sini. eh, kutemukan juga akhirnya satu lembar 10 ribuan nyelip di antara warna-warna pelangi yang lain di tasku.
segera kusodorkan uang 10 ribu yang baru saja kutemukan tadi ke si pramugari seperti yang dimintanya barusan. otak matematikaku pun otomatis segera berhitung. aku sudah berikan ke dia selebar 100 ribuan, lalu selembar 2 ribuan, terakhir baru saja selembar 10 ribuan. cuma perlu 2 detik untuk mengetahui bahwa kembalian yang harus kuterima adalah 60 ribu.
lalu akupun mulai berprasangka (masih dengan mood mengantuk ini ya), ah... mungkin ia tak punya kembalian 50ribuan seperti yang ia katakan sebelumnya kalau uang kembalian yang ada di tangannya memang terbatas, maka ia minta 10ribu lagi, supaya bisa memberiku 3 lembar 20ribuan. betul? aku melamun sekitar 2 detik.
sedetik setelah itu dengan sigap ia menyodoriku... selembar 50ribuan!
lhah, kalau dia punya 50ribuan, kenapa tadi pakai minta tambahan 10ribuan? aku bengong. dengan reflek aku berkata "lho, 60ribu donk kembaliannya. kan saya kasih 112,000, saya makan habis 52,000. kok cuma kembali 50ribu?" protesku.
dengan tenang dan tak lupa tetap mengumbar senyum menawannya, si pramugari berkata "maaf ibu, tadi habisnya 62,000; bukan 52,000. sudah betul koq bu kembaliannya. terima kasih banyak ibu, selamat siang" katanya dengan manis lalu beralih ke kursi berikutnya dan mulai menyapa mereka.
aku masih bengong dengan apa yang barusan terjadi. suamiku yang tidur-tiduran ayam di sebelahku dan tentu saja tak begitu mengerti percakapan berbahasa planet yang baru terjadi tadi, menatapku dengan setengah mengantuk. "is everything okay?" tanyanya kuatir seperti biasa. aku masih bengong selama beberapa detik, lalu mulai mengguman "if 20,000 plus 20,000 is 40,000, why would the two drinks cost me another 22,000? are they that expensive?"
suamiku menatapku lalu garuk-garuk kepala. dia lalu berkata "this is the thing that i don't understand in this country. why is it so difficult to do things properly. there should be a menu, with fixed price, and there should be a receipt for every transaction. so where is your receipt?"
aku termenung bodoh. iya ya, kenapa ga minta tanda terima saja tadi ya, kan jelas habisnya berapa dan untuk apa saja. kalau 52,000 tiba-tiba berubah jadi 62,000; apa mungkin yang 10,000 untuk servis ya? argghhhh, aku mulai berprasangka lagi.
penipuan? membuat konsumen bingung lalu mengganti angka supaya ada uang ekstra untuk kantong sendiri? jadi ingat film seri hassle. otak jahatku mulai mereka-reka skenario. tapi otak baikku membantah, masak sih segitunya? buat apa juga nilep duit 10,000? otak jahatku menyahut, ya kan kalo tiap gerbong aja bisa nilep 3 orang, 6-8 gerbong pan lumayan juga. lagipula penumpang kelas eksekutif mungkin ga mempermasalahkan uang segitu kan. lagipula suami lu bule gitu, kali dikira banyak duit. otak baikku masih berusaha melawan, ah mungkin memang murni salah itung saja, atau memang yang 10ribu itu servis.
berbagai pikiran berkecamuk di kepalaku. bukan masalah 10ribu nya sebenarnya. tapi kejadian yang berlangsung cukup cepat hanya dalam hitungan beberapa detik dan berhasil mengecoh konsentrasiku dari membayar 52,000 menjadi 62,000 itulah yang membuatku terkesima.
seperti melihat pertunjukan sulap! bet bet bet, secepat kilat mata kita tidak bisa mengikuti kelihaian pesulap yang mempertunjukkan kehebatannya dan akhirnya kita dibuat terpana dan bengong bin takjub tanpa diberikan kesempatan untuk berpikir lurus. bukti pembayaran pun tak ada dan tak sempat kuminta. yahhh, memang tak ada penumpang lain yang diberi nota juga sih, dan tak ada yang minta! semua transaksinya siluman.
lalu, dengan dorongan suamiku, akupun membulatkan tekat. aku akan meminta nota pembayaran ke mbak-mbak pramugari cantik tadi! kalaupun memang aku harus membayar 62,000, aku hanya ingin tahu saja, yang mana yang harganya berapa. supaya jelas uang lebihan yang 10ribu itu untuk bayar apa. kalau memang 2 buah minuman berharga 22,000 yang berarti masing-masing 11 ribuan, ya ga papa juga. lha tapi kan tadi di awal si pramugari sendiri yang merinci makanan 20,000 per posi dan minuman 6,000 per porsi. jadi di mana donk salahnya?! #frustasi
ketika si pramugari sudah sampai di kursi yang paling ujung, bersama si pramugara mereka tidak lantas kembali ke arah kami duduk, tapi malah duduk di kursi kosong dekat pintu dan menghitung uang tagihan dari gerbong kami, sambil mencatat ini itu. aku dengan sabarpun menunggu.
sekitar 15 menit kemudian, baru keduanya berdiri dan beranjak berjalan kembali ke arah kami. tetap sambil menebar senyum yang mempesona, ia pun berjalan pelan melewati kursi-kursi penumpang. aku berusaha tenang dan menahan otak jahatku untuk tidak menonjok senyum berbisanya itu dengan bogem mentahku :-p
dua langkah sebelum melewatiku, aku melambai "maaf mbak, bisa bicara sebentar?". spontan ia tersenyum lebar "oh iya bu, silakan. ada yang bisa dibantu?".
"er...cuma mau minta kopian bukti pembayaran yang tadi. boleh kan, untuk dokumentasi saya?" kataku tanpa menyadari bahwa alasan yang baru kuutarakan tadi terdengar cukup bodoh.
si cantik terdiam sedetik, tapi dengan sigap teman laki-lakinya berkata "oh, tentu saja ibu. meski jarang ada yang minta, tapi kami tetap menyediakan nota koq. jangan khawatir".
lalu si cantikpun mulai menulis-nulis di setumpuk nota yang sedari awal tadi dibawanya mondar-mandir. sambil bergumam, ia menuliskan angka-angka ke nota tersebut dan sekali-kali menanyakan ke temannya kalau harga yang ia tulis sudah benar. padahal cuma 4 buah saja kan. 2 makanan dan 2 minuman. kelihatannya ia panik, kata otak jahatku. rasain!
ah, mungkin ia hanya berhati-hati saja supaya tidak membuat kesalahan di nota, kata otak baikku. ya pasti paniklah, bagaimana ia menjelaskan kelebihan yang 10ribu tadi setelah ia merinci harga makanan per porsi 20,000 dan minuman per porsi 6,000? otak jahatku menari-nari kegirangan melihat si pramugari cantik tidak tersenyum lagi seperti biasa.
lamunanku buyar ketika tiba-tiba si cantik berkata "maaf ibu, tadi pesan kopinya berapa gelas ya?" ditanya mendadak begitu, aku spontan menjawab "satu lah, tuh gelasnya juga masih di situ" kataku sewot sambil menunjuk gelas plastik di meja kereta dekat jendela berisi kopi yang tersisa separo yang belum sempat kuhabiskan.
"ohhhhh, cuma satu saja ya bu. saya tadi ngitungnya dua ibu. mohon maaf ya, saya salah itung. jadi total semua 52,000 ya ibu, ini sisanya yang 10ribu saya kembalikan. maaf atas kesalahan perhitungan ini ya bu" katanya, kali ini aku yakin suaranya agak bergetar. takut, malu, atau jengkel karena muslihatnya ketahuan mungkin, kata otak jahatku sambil terkekeh.
yahhh, mungkin memang ia salah itung saja kopinya dua kata otak baikku masih berusaha melihat sisi positif dari kejadian ini. eh otak jahat nyamber lagi, positif pale lu peang, udah jelas-jelas 1 kopi cuma 6,000. kalo salah itung dikira beli dua gelas, pan jatuhnya juga cuma 58,000 doank tong, bukan 62,000! jelas-jelas dia nepu. hihihi...lucu juga kalau otak jahatku lagi semangat gini :-p
reflek kuterima uang 10ribu yang disodorkannya bersama dengan nota pembayaran yang kuminta (nanti ku-scan deh :-p). dari mulutku keluar "ga papa koq, cuma salah itung" lalu kumasukkan lembaran itu ke tas dan kubaca nota pembayaran yang tak pernah kulihat sebelumnya, bahkan mungkin tak pernah juga diberikan ke penumpang-penumpang lain.
di situ tertera rapi seluruh jenis makanan, minuman dan cemilan yang ditawarkan, lengkap dengan harga yang tercetak permanen sehingga tidak bisa lagi diutak-atik atau direkayasa. tentu saja 4 macam makanan dan minuman yang kubeli pun harganya sudah tercantum di sana. rawon 20,000; bakso 20,000; kopi 6,000; dan coca-cola 6,000. bagaimana mungkin totalnya bisa dibuat 62,000? hahaha....otak jahatku tersenyum puas. suamiku lega aku tak ngomel-ngomel lagi. meski ia geleng-geleng kepala atas kejadian ini. ada-ada saja, katanya.
errr... meski aku tetap berusaha berpikir lurus tentang hal ini dan tidak berprasangka buruk, yang membuatku tetap heran adalah setelah itu si pramugari tak lagi mondar-mandir di gerbongku. sekalinya lewat, senyumnya hilang dan ia berusaha menghindari tatapan sebalku. ah, tapi lagi-lagi mungkin aku hanya berprasangka saja. apa yang ada di hatinya dan apa yang sebenarnya terjadi dengan balada 10ribuan tadi, hanya ia seorang yang tahu.
selebihnya, hanya prasangka jahatku dan kejengkelan suamiku atas sistem yang ga jelas di layanan kereta eksekutif ini. semoga memang begitu adanya :-D
menurutmu?
.:kalau kamu suka artikel di atas, mungkin kamu suka ini juga:.
waduh... kemarin sudah keren pelayanan kereta commuternya.. sekarang malapetaka lagi... nasib negara ini diisi oleh oknum oknum tak bisa mikir baik... setuju dengan suamimu... kok ga bisa ngerjain sesuatu dengan proper... sedih :(
ReplyDeletemas applausr, sebenarnya ini cerita satu set dg yg kereta eksekutif, di kereta yg sama kejadiannya hehe, tapi mau komplain dua kali berturut-turut koq kayaknya kebangetan yak hihihi....jadi aku sengaja tulis belakangan :-) jgn sedih atuh... jadi ikutan hiks :-(
DeleteSaya juga pernah mbak pesen makanan di kereta eksekutif, tapi waktu itu daftar menu ada harganya, mungkin kurang eksekutif kali' ya kereta yg kutumpangi :)
ReplyDeleteSalam kenal mbak :)
hihihi... aku jg bingung sih yg eksekutif beneran itu harusnya yg kayak gimana sih, lha emang blom pernah naek sebelumnya, baru sekali2nya ituh.... emang menunya ga dikasihin, katanya disebutin doank, padahal suami udah minta lho di awal. yah kita mah ngikut ajah kan penumpang yg baik hihihi.... pengalaman ajah sih ya, jadi belajar banyak. salam kenal kembali, makasih dah mampir yaaa :-)
Deletehahaha aq juga gak tahu kereta yang kutumpangi eksekutif pa gak, yang bayarin mas ku sepupu (senengnya dapat gratisan hehe)ih maaf ya mbak, aq gaptek jadi blog ku belum tak tambahi macem2, kalo kotak-katik template gak posting2 je :(
Deletehaha... otak jahat sampeyan kok ya jahat beneran to tibake? mau mbogem mentah si mbak restorasinya :p
ReplyDeletentar kalo di eropa ditanya orang lagi: "what is indonesia? is it a city?"
ojo dijawab ngene lho mbak: "no, it's not a city. it's a country where the stewardess in the executive train sometimes miscalculate the money" --> BAHAYA :D
lha kan katanya kalau niat baik itu baru niat aja udah dicatet, kalo jahat cuma niat gpp asal ga dilakukan xixixixi... abis liat senyumnya itu lho palsu banget haha... pastinya cerita ini bakal beredar di kantor senin nanti :-p
DeleteNayaaaaaaa...
ReplyDeleteMudik gak bilang bilang niiiih...
Ke Bandung doooong...ke Banduuuuung :)
Waduh...
aku belum pernah sih dapet kasus beginian...
Duluuuu banget pas jaman kerja sering naik kereta ke Jakarta kalo dipanggil sama Head Office, Biasanya pergi subuh dan pesen nasi goreng...
Dan seingatku sih dulu masih 10.000 an, dan emang gak ada menu nya...
Tapi dikau beranian euy:)
Keren lah...
kalo aku pasti suka males duluan dan paling ngomel ngomel dalem ati ajah...
Bibiiii...maapkanlah diriku inih...karena ga sempat mampirrr, halah mo mampir jg pasti dicuekin euyyy... pan sibuk wawancara, nyiapin paspor, visa trus mo ke korea!!! hayooooo ngakuuuu hahahaaha... selamat yah bibi chayankkkk... kutukanku supaya bibi yg menang akhirnya terkabulkan xixixixi... anyeong haseyooo aja dah!... gimana dah bisa sepik speik korea blommmm? hihihi... soal balada 10 ribuan ituh, aku berani karena didorong2 suami yg ngomel2 atas ketidak becusan pelayanan di negeri inih... hihihi drpd penasaran dan digerundelin suami pulak, yah terpaksah diberani2in minta nota xixixi...
Delete