Thursday, 26 July 2012

pengemis sopan bag 3 - belum tamat

kabar buruk para pembaca...misiku gagal lagi!

sudah sejak 2 minggu lalu aku pengin nulis dan mengabarkan bahwa kisah si mas pengemis dengan sangat terpaksa harus dinyatakan belum tamat, tapi apa daya baru sempat ngetik ceritanya sekarang, hiks. intinya sih, selama 4 hari di Stratford dari tanggal 9-12 juli kemarin itu, aku sudah rajin banget bolak balik ngecek ujung jembatan setiap sore hari, tapi sayangnya si mas-nya sama sekali ga pernah ada di sana! jadi gimana donk misi kita untuk wawancara dan mengetahui alasan-alasan mengapa dia harus meminta-minta untuk makan? misi gagal total yang jelas. #ngok...

tapiiiii....

ada dua pencerahan nih. yang pertama, karena Stratford ternyata adalah kota kecil yang sangat indah, maka aku dan suami berniat akan kembali mengunjungi kota ini untuk liburan suatu hari nanti, entah kapan belum tahu. jadi masih ada sedikit harapan bahwa mungkin nanti kalau kami liburan ke sana, si mas akan kembali nongkrong di pojokan dekat jembatan itu lagi dan misi wawancara bisa dilaksanakan. meski dengan sangat terpaksa kisah ini harus berlanjut menjadi tetralogi. sabar aja yaaaa....#maksa

pencerahan kedua, sewaktu aku celingukan mencari si mas yang itu, aku bertemu mas lain dengan penampilan mirip-mirip si mas yang pertama. tadinya sih kukira dia cuma lagi jalan-jalan, tapi begitu dekat, ternyata yang ini terlihat agak mudaan dan rambutnya pendek, bukan gondrong seperti mas yang pertama dulu. bajunya sih begitu juga, bertambal dan rangkap-rangkap. penampilannya juga acak-acakan dan terlihat sudah lama tidak mandi.

ketika aku berjalan lebih jauh ke arah pusat kota, di depan toko mark&spencer aku bertemu pemandangan serupa tapi sedikit berbeda. kali ini bapak-bapak yang juga mengemis di trotoar jalan, duduk di trotoar yang memang rata-rata sangat bersih, bersama anjing kesayangannya. si bapak ini tidak menggunakan topi terbalik seperti si mas pengemis yang dulu itu, tapi ia memanfaatkan panci bekas untuk tempat orang meletakkan uang koin. si bapak pengemis terlihat sehat, gagah agak gemuk (tidak kerempeng seperti kedua mas pengemis muda yang ku temui sebelumnya), anjingnya juga terlihat sehat dan lincah.

cuma memang si bapak juga sama-sama terlihat acak-acakan, jarang mandi, pakaiannya rangkap-rangkap dan banyak tambalan, serta jenggot dan rambutnya sudah lama tidak dicukur. tadinya aku pikir, apa aku wawancara si bapak ini saja ya? niat ini kuurungkan karena berbeda dengan si mas pengemis yang mangkal di ujung jembatan dulu, si bapak dari air mukanya terlihat jauh lebih serius dan mungkin agak sangar. tentu saja aku takut dan tak berani memulai percakapan dengannya. beda dengan si mas pengemis yang selalu menyapa orang yang lewat dan bisa diajak ngobrol dan terlihat riang gembira. karena perbedaan ini, aku tak mau ambil resiko. jadi aku lewat saja dan memperhatikan si bapak pengemis dari jauh.

aku jadi berpikir dan penasaran....kenapa banyak sekali gelandangan bertebaran di kota tersebut dan mengemis ya? tadinya kupikir cuma si mas pengemis sopan yang pertama kali kutemui itu saja, hingga aku berasumsi bahwa mungkin ada sebab khusus mengapa ia yang begitu muda harus mengemis? tetapi setelah bertemu dua pengemis lainnya di kota yang sama dalam jeda waktu yang tak lama dan di lokasi yang tak begitu jauh jaraknya, persepsiku pun berubah.

ini adalah masalah penyakit sosial yang jauh lebih serius dari yang kukira dan cakupan masalahnya jauh lebih luas, saudara-saudara! #halah

iseng-iseng aku lalu mencari-cari tambahan informasi di mbah google dengan kata kunci "homeless in the uk". sudah sering sih aku mendengar dan melihat dengan mata kepala sendiri mengenai kehadiran para gelandangan di negeri pangeran charles ini. dulunya aku hanya berlalu dan tak peduli, bahkan seringkali malah merasa terancam dan takut dengan kehadiran mereka, karena rata-rata tampang fisiknya memang menyeramkan. ya iyalah, orang kaukasian atau kulit putih dan juga bangsa arab secara genetika memang rambutnya tumbuh sampai ke muka (berjambang dan berjenggot maksudnya). jadi kalau sehari saja tidak bercukur, tampangnya bisa berubah seram 180 derajat! apalagi kalau tidak bercukur berbulan-bulan #hihihi

karena persepsi penampilan ini pula, selama ini menghindari mereka adalah strategi yang paling jitu. meski sangat jarang juga sih aku melihat gelandangan, karena kebanyakan mereka memang cuma ada di kota-kota besar seperti london karena para gelandangan ini bisa mempunyai banyak tempat untuk sembunyi dari hawa yang tidak bersahabat, dan juga bisa mengais makanan dari sisa-sisa gaya hidup mubazir nan mewah di kota metropolitan yang orang-orangnya sering membuang-buang makanan dan barang-barang lain meski masih bagus. atau gelandangan ternyata juga banyak di kota kecil tapi ramai turis seperti stratford, karena mereka bisa mengemis minta uang receh ke turis-turis.

karena aku tidak pernah berdomisili di kedua kategori kota di atas, dan selalu tinggal di kota kecil tak berturis, jadi aku memang jarang sekali bertemu gelandangan. hanya kalau pas jalan-jalan atau ada perlu ke kota besar semacam london dan birmingham, atau ke kota kecil berturis semacam startford saja, aku diingatkan kembali akan keberadaan mereka dan berkesempatan melihat mereka di jalan-jalan kota tersebut. tadinya aku sempat berpikir untuk mengambil foto seorang gelandangan yang tidur dengan sleeping bag super-butut (saking dekilnya) di depan gedung tempat pelatihan di london 3 minggu lalu.

aku urungkan niatku, karena aku merasa aku harus menghormati privasi mereka. aku menyadarkan diriku sendiri bahwa mereka bukanlah obyek kamera. karena hakikinya, tak ada seorang pun di dunia ini yang mau jadi gelandangan. dan lagi, di google-pun ternyata sudah begitu banyak, ratusan bahkan ribuan, foto gelandangan di-upload. ini contohnya. anehnya, di mataku semua foto itu meneriakkan kata-kata yang sama dan senada. muram, sedih, miskin, tak berdaya, rendah, lemah, dekil, kotor, dan kata-kata lain yang berkonotasi serupa. #hiks jadi melow

sementara hasil pencarian informasi mengenai gelandangan di inggris dari mbah google ternyata menghasilkan begitu banyak informasi, jauh lebih banyak dari yang kukira. kecurigaanku benar, ini adalah masalah kronis tingkat nasional, bukan lagi satu atau dua pengemis yang terlihat muda, tampan dan sehat tetapi meminta-minta uang di pinggir jalan di dekat sebuah jembatan di kota kecil stratford.

semakin banyak aku membaca informasi-informasi ini, aku jadi lebih tahu, mengapa orang-orang ini tidak punya rumah dan harus tidur di jalanan, dan sebagian besar harus mengemis atau mengais sisa-sisa makanan untuk bertahan hidup. informasi ini juga membuka mataku, bahwa pemerintah inggris sudah begitu banyak melakukan perubahan dan berusaha membantu mereka, meskipun mungkin usaha-usaha tersebut belum dirasa mencukupi untuk menyelesaikan akar permasalahan. karena nyatanya mereka memang masih berkeliaran di luar sana.

yang pengin tahu lebih banyak dan lebih detil, silakan akses alamat-alamat situs berikut ini:
situs resmi milik pemerintah untuk menangani para gelandangan:
situs-situs milik badan amal swasta untuk membantu para gelandangan:
http://www.homelessuk.org/details.asp?id=LP10

intinya, pemerintah inggris sudah mempunyai prosedur yang sangat jelas dan lugas, apa-apa yang harus dilakukan jika seseorang merasa kesejahteraan hidupnya terancam dan kemungkinan akan hidup menggelandang. ada aturan-aturan yang harus dipatuhi, guna membatasi penyalahgunaan pemakaian tunjangan kesejahteraan yang diberikan oleh pemerintah bagi warganya yang tidak mampu menyediakan fasilitas tempat tinggal bagi dirinya sendiri, entah karena alasan ekonomi, keluarga, politik atau lainnya. bagaimana dengan indonesia ya? #ngok

ternyata, rata-rata orang inggris menjadi gelandangan karena mereka tidak lagi bisa bekerja dan membayar cicilan rumah atau sewa rumah, ada juga yang menjadi gelandangan karena diusir istri/suaminya dari rumah #hihi, atau anak yang diusir orang tuanya, atau orangtua diusir anaknya #durhaka-ini-mah-ya, atau imigran dari negara lain yang memang miskin dan tak mampu membayar sewa rumah tapi tidak bisa juga dideportasi karena alasan tertentu.

pemerintah dalam hal ini akan berkewajiban menyediakan hunian sementara atau permanen, tergantung kasus per kasus. di inggris sini ada istilah council estate, bahasa indonesianya mungkin rumah RSS ya, perumahan yang kecil-kecil itu lho. para gelandangan yang memenuhi syarat setelah melewati proses pendaftaran dan evaluasi oleh pemerintah, akan memperoleh rumah gratis dengan biaya sewa rumah ditanggung oleh pemerintah. sayangnya tidak semua gelandangan memenuhi persyaratan untuk diberikan hunian gratis sementara atau permanen.

karena rupanya selain harus memenuhi persyaratan, ada juga urutan prioritas, siapa-siapa saja yang harus didahulukan. contohnya, orang lanjut usia akan diutamakan daripada orang-orang muda. ibu-ibu yang punya anak tapi tidak ada bapaknya, juga ada di prioritas atas supaya tidak menggelandang beramai-ramai, atau anak-anak di bawah umur juga memperoleh prioritas utama supaya tidak menggelandang. lalu para difable atau penderita cacat, dan juga mereka yang pernah mengabdi kepada negara di angkatan darat, laut, udara atau kepolisian, yang entah karena alasan apa, jadi bangkrut dan tak punya uang sampai kehilangan hak properti, juga harus didahulukan supaya tidak menggelandang. dan masih banyak urutan prioritas lainnya.

nah!!!

pertanyaanku terjawab deh akhirnya. kenapa hampir rata-rata gelandangan-gelandangan yang kutemui selama ini selalu laki-laki, muda, gagah, tegap, sehat, usia produktif, tetapi mengemis. karena mereka tidak memenuhi persyaratan dan tidak berada di prioritas paling atas untuk mendapatkan hunian gratis dari negara, bahkan mereka-mereka ini mungkin berada di prioritas paling akhir! ya iyalah, kalau cari kerja saja malas padahal masih muda dan gagah, ya negara ga bakal mau dikadalin untuk memberikan hunian gratis ke mereka. jalan pintasnya, mereka pun mengemis dan tidur di jalanan setiap malam #hadeuh!

pengin sejahtera? kerja oiiii...kerja!!!
.:kalau kamu suka artikel di atas, mungkin kamu suka ini juga:.

12 comments:

  1. tuh kaaaan, "novel" ini bakal jadi tetralogi, bahkan pentalogi dst kalau perlu, muahaha *biar mbak Nay makin kusut otaknya untuk menuntaskan misi ini* :)

    hooo semakin besar & ramai kotanya, semakin kompleks permasalahannya ya... Yang di-shoot di tipi the Royal Wedding-nya Prince sih, jadi kayaknya Inggris itu makmur mulya bahagia selamanya gituh... heuheu

    ReplyDelete
    Replies
    1. yahhh, tadinya niatnya kan ga gitu Pet...pikirnya kunjungan berikutnya udah selesai misinya, eh ternyata memang tidak semudah yg dikira #alesan supaya bisa jadi artikel pentalogy pertama di dunia #hahaha...
      o i a, di mana-mana di belahan dunia manapun, tetap saja ada lapisan masyarakat yang hidupnya sangat tidak sejahtera, meskipun sistem jaring pengaman sosialnya sudah sangat bagus. tapi namanya sistem tidak ada yg sempurna #cieehhh sotoy haha

      Delete
  2. wah kalau di indonesia rumah RSS itu bayar... cuma memang kecil buat orang tidak mampu... tapi tetap harus mampu bayar... hehehheehehe

    semoga bisa cepat kayak london deh...

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalau di dekat rumah ibu saya ada yg namanya RSSSSSSSS mas, rumah sangat sederhana sekali selonjor saja sangat susah sihhhhh..... karena saking kecilnya rumahnya :-p
      wah kalo soal pemberian rumah gratis oleh pemerintah, diberinya RSS dari pusat, sampai bawah bisa cuma jadi kandang burung dara mas karena dikorupsi sana sini duluan.. #edisi_menuduh_tanpa_bukti

      Delete
  3. saya lagi sibuk nyari area baru,.. koq dicari hahahahahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. wealahhh sampeyan di sini ternyata.. kirain ilang! hehe

      Delete
  4. eh, yang komen beneran kok ilang...
    yang tes komen malah muncul?

    ilang beneran atau moderasi yah Nay ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. lho lho lho... komen yg mana ini? ga ada moderasi-moderasi koq bibi... wadoh nyasar kemana ya komennya??? wadohhhhh..... gw musti gimana ini bibiiiiii... nyari kemanaaa... kemana kemana kemanaaaa #halah jadi lebay... apa dikirim lewat FB aja ya

      Delete
  5. GAra gara krisis moneter yah Nay...

    Pernah juga nonton di OPRAH, kalo di USA juga masalahnya kurang lebih sama...
    Rata rata mereka terbelit hutang, credit card juga, dan akhirnya homeless..

    Dan pemerintah pastinya prioritasin anak anak dan single mom, orang tua buat rumah singgah mereka lah...

    Pernah nonton Pursuit of happines nya Will Smith Nay, dan tersentuh banget melihat perjuangan mereka ngantri hanya supaya mereka bisa dapet slot di rumah singgah untuk satu malem aja...

    Mungkin mereka bisa disarankan untuk usaha jualan cilok atau gorengan Nay...hihihi...

    ReplyDelete
    Replies
    1. wooooo, pantesan adikku juga nyuruh aku nonton Pursuit of happiness, tapi dia ga mau bilang ceritanya soal apaan, cuma katanya ya gitu, terharu.... *nonton ah, di youtube ada ga ya?*
      hehe ide jualan cilok ma gorengannya boljug tuh, Bi.. cuma ya gitu di sini pedagang asongan ga boleh asal jualan sih kaek di indo, musti terdaftar, dan bayar pajak, ijinnya juga rumit, jadi menggelandang sepertinya masih solusi paling praktis :-)

      o ya makasih ya sudah komen sesuai yg dijanjikan kemarin, tambah sayang deh sama bibi #halah :-D

      Delete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...