topik ini pernah kujanjikan mau kubahas di tulisan tentang tas.
tapi belakangan ini kerjaan lagi banyak jadi agak ribet buat nulis blog, heu heu. ada tiga bahasan pokok sebenernya yang akan kumasukkan dalam tulisan kali ini, mengenai kemandirian ketika usia kita masuk sebagai kategori usia lansia atau lanjut usia, yaitu:
- mandiri finansial
- mandiri fisik
- mandiri mental atau emosional
sebelum masuk ke bahasan ketiga hal di atas secara lebih detil, sebelumnya yuk kita pelajari dulu batasan umur untuk bisa disebut sebagai lansia. sedikit tentang ini sudah sempat kusinggung di tulisan berjudul stop mens di tautan ini. tapi apakah kalau seorang wanita masuk usia menopause otomatis dia masuk usia lanjut juga?
berdasarakan info dari internet, batasan usia lansia di indonesia adalah 60 tahun ke atas. menurut kementerian kesehatan dan kementerian sosial, seseorang dikategorikan sebagai lansia jika berusia 60 tahun ke atas. dari info ini pula, ternyata kategori lansia itu dibagi menjadi tiga berdasarkan usia:
- lansia pra-lanjut usia (pra-lu): 60-69 tahun
- lansia lanjut usia (LU): 70-79 tahun
- lansia lanjut usia akhir (LUA): 80 tahun ke atas.
lain halnya dengan batasan di indonesia, di inggris sini batasan usia lansia ternyata adalah 65 tahun, yang kebetulan sesuai dengan usia batasan pensiun, meski di sini pensiun itu ternyata ngga wajib. batasan ini cuma untuk menandai kalau sudah masuk usia 65, kita bisa terima uang pensiun sekalipun kita masih tetap bekerja. menurut sains, ternyata lansia itu baru dimulai ketika umur 76 tahun. secara global, banyak organisasi yang mendefinisikan lansia sejak umur 60 ke atas. sama seperti definisi di indonesia ya.
di jepang sama seperti di inggris, patokannya adalah 65 tahun untuk disebut senior. tapi sebenernya, batasan lansia memang tergantung banyak hal. persepsi tiap negara juga bisa beda-beda. karena memang merasa tua itu tergantung dari gaya hidup individu tersebut, tergantung tingkat kesehatan, dan juga norma-norma yang dianut oleh masyarakat di daerah tersebut.
nah, jelas ya sekarang batasan usia lansia secara umum.
nah, sekarang gimana caranya supaya sebagai seorang lansia nantinya, kita bisa sama-sama mencapai kemandirian dalam segi finansial, fisik, dan juga mental? pertanyaan yang sangat sulit dijawab pastinya, tapi kalau mau menelaah lebih lanjut, mau belajar, dan mau berusaha, kita pasti bisa!
seperti kusebutkan di tulisan tentang tas pelangi sebelum ini, yang mana aku bilang kalau caraku nabung atau investasi buat jaminan masa pensiun ketika tua nanti supaya aku tetap bisa mandiri finansial adalah dengan nabung dalam bentuk tas branded. dan kubilang juga ini adalah siasat untuk menghindari supaya engga kejebak menjadi lansia yang jadi beban ke generasi di bawah kita dan menciptakan generasi sandwich berikutnya?
the term "sandwich generation" was coined in the early 1980s by social workers Dorothy Miller and Elaine Brody. it describes individuals, typically in their 40s to 60s, who find themselves "sandwiched" between the demands of their dependent children and their aging parents who require care. this phenomenon has become increasingly common due to longer life expectancies and delayed childbirth, resulting in adults caring for both younger and older generations at the same time.
terjemahannya:
istilah "generasi sandwich" pertama kali diperkenalkan pada awal tahun 1980-an oleh pekerja sosial Dorothy Miller dan Elaine Brody. istilah ini menggambarkan individu, biasanya berusia 40 hingga 60 tahun, yang berada dalam posisi "terjepit" antara tuntutan merawat anak-anak mereka yang masih bergantung dan orang tua yang sudah lanjut usia dan membutuhkan perawatan. fenomena ini menjadi semakin umum akibat harapan hidup yang lebih panjang dan usia melahirkan yang semakin lambat, sehingga banyak orang dewasa harus merawat dua generasi, yang lebih muda dan yang lebih tua, secara bersamaan.
mandiri finansial
dari tiga kemandirian yang penting untuk dipersiapkan sebelum kita semua masuk usia lansia, adalah mandiri finansial.
engga ada yang gratis di dunia ini ya gais. bahkan negara maju yang semua urusan kesejahteraan umumnya ditanggung oleh pemerintah juga itu sebenernya engga gratis. duitnya itu dari duit pajak yang dipotongkan oleh pemerintah ke semua warga yang kerja di usia produktif. memang sistemnya saling menunjang atau subsidi silang.
sewaktu kita muda, duit pajak kita dipakai untuk nanggung urusan kesejahteraan lansia di rentang waktu itu, nanti ketika kita berada di rentang usia lansia, kita makai duit pajak yang dibayar oleh generasi setelah kita yang masih berada di usia produktif, dan seterusnya. jadi sebenernya ya itu duit kita juga, yang kita tabung dalam bentuk pajak, lalu kita pakai untuk keperluan kita sendiri di masa tua nanti.
itu kalau di negara maju ya.
kalau di indonesia, meski sudah mulai ada beberapa upaya untuk menyejahterakan golongan lansia, mulai ada bpjs yang nanggung biaya pengobatan dan perawatan kalau sakit dan sebagainya, tapi mungkin yang dijangkau masih belum bisa setara dengan fasilitas di negara-negara maju. selain dananya juga mungkin belum mencukupi, juga sistemnya memang belum bisa benar-benar setara. pelan-pelan kita doakan saja semoga pelayanan ke para lansia makin baik di tanah air.
karena perbedaan ini juga, seharusnya persiapan yang kudu kita lakukan juga akan sedikit berbeda meski pada prinsipnya ya gitu-gitu juga.
intinya, selagi kita muda dan kuat bekerja, sebaiknya memang kita sisihkan sebagian penghasilan untuk investasi kita di hari tua. bentuknya bisa macam-macam ya, sudah kutulis juga di tulisan sebelumnya. ada yang seneng nyimpen investasi dalam bentuk duit yang disimpen di bank, ada yang milih bentuk investasi lain misalnya deposito, jual beli saham, emas batangan atau antam, emas dalam bentuk perhiasan supaya bisa dipakai, ada yang seneng investasi kripto, atau bentuk investasi lainnya seperti dibelikan properti atau tanah.
bebas sih, nyamannya investasi di apa terserah kita.
yang penting ada pegangan nanti ketika badan kita sudah menua dan sudah ngga bisa kerja dan mendapatkan penghasilan lagi, maka tabungan-tabungan investasi masa tua tersebut bisa dicairkan dan bisa memenuhi semua kebutuhan hidup kita sendiri sampai usia lanjut. bahkan kalau perlu juga bisa sampai ke biaya pemakaman kita sendiri kalau meninggal dunia nanti.
memang kudu dipikirin seperti itu gais. kalau ngga peduli dan pasrah doank, nanti jadinya anak-anak kita yang terpaksa akan jadi generasi sandwich karena masa tua kita malah jadi beban mereka.
kasian!
kalau saat ini sebagian dari kita terpaksa sudah jadi generasi sandwich, karena orang tua kita yang mungkin karena minim ilmu dan pengetahuan tentang kemandirian, sudah membebankan hidupnya ke hidup kita, justru bisa kita jadikan pelajaran berharga. karena kitalah yang bisa memutus mata rantai lingkaran setan ini. anak-anak kita sebaiknya juga kita didik supaya bisa menjadi individu yang mandiri, bertanggung jawab sepenuhnya pada kehidupannya sendiri sejak dini sampai lanjut usia dan sampai akhir hayat mereka sendiri nantinya.
sepertinya masih lama.
tapi kalau pengetahuan seperti ini engga ditanamkan sejak dini, ya bakalan muter terus generasi-generasi yang cuma jadi beban ke generasi berikutnya. karena kondisi ini kalau ngga diputus memang akan terus menerus terjadi karena pembebanan ini akan mengakibatkan generasi berikutnya merasa kesulitan untuk mempersiapkan kemandirian untuk dirinya sendiri.
bayangkan sudah dibebani, masih juga harus menyisihkan sebagian hartanya untuk investasi masa tua. kecuali memang secara finansial berlebih dan ngga ada yang perlu dikuatirkan, sebagian besar kaum menengah ke bawah memang hidupnya pas-pasan. jadi kalau ada beban lain, pastinya akan sulit untuk keluar dari lingkaran pemenuhan kemandirian finansial untuk masa tua mereka sendiri.
belum lagi yang pendapatannya ngga stabil dan naik turun, seperti contohnya wirausahawan.
meski banyak juga wirausahawan yang sukses dan hartanya bisa ngga habis untuk tujuh turunan, tapi ada banyak juga yang ngga seperti itu. kalau karyawan sih mungkin lebih mudah melihat keluar masuknya keuangan karena pendapatan bulanan yang terbilang stabil. tapi bagi yang wirausaha mungkin beda, karena harus lebih disiplin untuk menyisihkan pendapatan.
godaan akan selalu ada kebutuhan mendesak yang mungkin dirasa lebih penting daripada nabung untuk masa tua. akhirnya malah ngga punya tabungan jaminan hari tua sama sekali. jangan sampai ketika kita sadar, tiba-tiba sudah terlambat untuk nabung atau investasi. akhirnya lagi-lagi kita mau ngga mau membebankan hidup kita ke generasi berikutnya. kalau bisa dihindari sedini mungkin, ya sebaiknya kita lakukan.
masa tua yang seperti apa yang kita inginkan dan kita tuai, tergantung dari apa yang kita tanam saat ini. kalau kita menanam cukup bibit investasi, mudah-mudahan di masa tua kita, kemandirian finansial kita akan terjamin dan ngga nyusahin orang lain.
mandiri fisik
mandiri finansial sudah, bagaimana dengan mandiri fisik? kalau ini sudah ngebahas tentang kondisi badan dan persiapan kesehatan. karena sudah banyak tulisanku yang membahas tentang topik ini dari berbagai macam sudut pandang, terutama sejak aku memutuskan untuk berusaha ngubah gaya hidupku menjadi sedikit lebih sehat dengan latihan fisik dan olahraga di gym, pastinya kalian juga sudah banyak tahu kenapa mandiri fisik ini sangatlah penting.
menurutku justru lebih penting dibandingkan mandiri finansial!
buat apa punya tabungan duit banyak di masa tua kalau jalan kaki saja sudah harus dituntun, pake tongkat, pake kursi roda, atau bahkan sudah ngga bisa jalan sendiri secara mandiri? apa enaknya banyak uang pensiun tapi badan sudah payah dan ngga bisa kemana-mana. jadi semua tabungan yang sudah kita tabung di masa muda ngga bisa kita nikmati karena badan kita sudah payah dan ngga mampu diajak kemana-mana?
jadi selain mandiri finansial, mandiri fisik juga penting.
jangan sampai sudah ngga ada tabungan, badanpun sudah sakit-sakitan. kalau langsung meninggal cepat sih ngga jadi beban. tapi kalau cuma sakit-sakitan dan ngga punya tabungan, apa yang terjadi? lagi-lagi hidup kita malah jadi beban untuk anak-anak kita sendiri. iya kalau mereka berkelimpahan harta, bisa ngurus semua kebutuhan kita, bisa bayar suster untuk ngerawat kita yang sudah jompo dan kemana-mana butuh bantuan karena fisik kita yang lemah?
lha kalau anak-anak kita juga hidupnya pas-pasan?
makanya mandiri fisik itu lebih penting. kalau badan selalu kita urus dengan baik dengan jaga makan, olahraga, dan jaga fleksibilitas supaya kita masih bisa mandiri, jalan kaki masih kuat sampai umur berapapun, makan ketergantungan ke orang lain akan berkurang. apalagi kalau selalu sehat dan jarang sakit. bandingkan dengan kalau kita ngga pernah ngerawat badan sendiri dan selalu sakit-sakitan. bukan hanya kita sendiri yang sengsara, tapi anak-anak kita juga ikutan sengsara dengan kondisi kita.
jangan ya dek ya π
mari sama-sama berusaha untuk mempersiapkan kemandirian baik finansial maupun fisik, sedini mungkin. engga ada istilah terlambat untuk memulai hal yang baik untuk diri kita sendiri.
mandiri mental
kalau kedua kemandirian di atas menjadi sangat penting untuk masa tua kita yang lebih baik, ada satu lagi kemandirian yang meski kelihatannya kurang begitu penting, tapi kalau dipikir-pikir sebetulnya mandiri mental itu juga setara dengan kedua pilar lainnya.
ngga akan ada artinya kalau kita sudah mandiri finansial, mandiri fisik, tapi mental kita agak terlupakan masalah kesehatannya. banyak uang, fisik sehat, tapi selalu stress, tertekan, ngga bahagia, dan ngga menikmati hidup. dengan kondisi mental yang ngga mandiri, ini juga ada kemungkinan akan jadi beban ke orang lain terutama ke keluarga sendiri. kalau kondisi mental atau emosional kita menjadi sebuah ketergantungan, maka hal ini juga akan jadi beban ke anak-anak kita.
nah, gimana gais.
siapkah kita untuk mandiri finansial, mandiri fisik dan mental di masa tua kita nanti? mumpung belum terlambat dan masih bisa diusahakan, sebaiknya kita mulai dari hari ini. nabung uang, nabung otot, dan nabung mental sehat.
lansia tapi mandiri? why not!