Tuesday, 29 April 2025

flexing gaji

makin banyak ya, sekarang, orang-orang yang hidup, tinggal, dan kerja di luar negeri, yang suka flexing gaji. lucunya menurutku ya, flexingnya dirupiahin 😂

paham sih, maksudnya supaya orang indonesia yang tinggal di indonesia dan paham angka rupiah nonton videonya di internet langsung bilang wowwww, trus viral deh. masalahnya, flexing gaji luar negeri tapi dirupiahkan ini lebih banyak mengakibatkan salah paham sih menurutku lagi ya. meski maksud flexingnya memang pasti tercapai. yaitu supaya orang bilang wow aja. namanya juga flexing 😁

sejak aku mulai nulis di blog ini tahun 2010 yang lalu, hampir 15 tahun euy, ngga pernah sekalipun aku sebutkan berapa angka gajiku meski aku sudah kerja dan berkarir di inggris sejak tahun 2007 sampai sekarang. kalau ngebahas soal kerjaan, nyari kerja, kena phk, dan ngomongin gaji sih memang sering. termasuk bikin tulisan dengan judul berapa gajimu? tapi blas sama sekali aku engga pernah nulis angka nominal gajiku berapa, di tulisan manapun.

pamali!

emang kalau kalian tahu aku terima duit berapa tiap bulan dan kalian bilang wow gitu, aku jadi bangga? atau malah kalian yang jadi iri, hehe. kan engga juga. jadi kadang rada heran kenapa banyak yang koar-koar digaji berapa kalau kerja di luar negeri. apa mungkin cuma aku doank ya, yang ngerasa risih kalau orang tahu gajiku. apalagi kerja di inggris gajinya pounsterling £££, jadi berapa itu kalau dirupiahin ya hehe.

***

sah-sah saja kok sebenernya, ngasih tau gaji ke orang lain dan ke seluruh netijen di internet. ngga ada yang ngelarang juga. 

apa mungkin karena iming-iming gaji luar negeri yang terlihat sangat besar kalau dirupiahin ini, lalu terjadi eksodus gerakan #kaburajadulu yang sempat rame beberapa waktu yang lalu itu ya? bisa jadi flexing soal gaji di internet ini merupakan salah satu faktor sih, orang-orang jadi tergiur untuk nyari kerja di luar indonesia. opiniku tentang #kaburajadulu sudah pernah kutulis di sini

padahal ya gais.

kerja di manapun itu sama saja kok. memang kerja di luar indonesia dengan gaji standar lokal luar negeri itu pastinya akan selalu terlihat banyak sekali, kalau dirupiahkan. 

tapiiiiii... yang terima gaji kan hidupnya engga di indonesia. mau beli apa-apa kan engga pake rupiah. potongan pajaknya juga bukan dari bu sri menkeu, tapi ikut persentase negara tersebut yang notabene pastinya akan jauh lebih besar karena negara maju memang pajaknya gede. 

gaji gede, pajak gede, biaya hidup gede jugak!

tiga kombinasi itu saja sudah jadi pertanda kalau ujung-ujungnya ya kehidupannya sama juga. sama-sama kehidupan level pekerja, hehe. kecuali kalau gaji luar negeri belanja kehidupan dan kebutuhan dapur sehari-hari ke mamang tukang sayur lewat depan rumah di depok, ya itu pastinya murah banget. tapi kan itu mustahil terjadi. 

sekarang gini aja deh gampangannya.

contoh kalau sayur satu ikat di depok harganya 5000 rupiah, di luar negeri bisa 50000 per ikat. itu sudah 10 kali lipat. misalnya dipukul rata biar gampang, kalau harga-harga kebutuhan pangan memang bedanya 10 kali lipat, berarti untuk kebutuhan pangan saja sudah beda. kalau di indonesia sebulan butuh 3 juta rupiah, di luar bisa jadi 30 juta buat makan doank (eh kebanyakan sih ini kayaknya hiperbola 😂). jadi kalau gaji mereka setelah dirupiahin bisa jadi berpuluh-puluh juta, bahkan ada juga yang katanya gajinya ratusan juta per bulan, habisnya juga 10 kali lebih cepat daripada kalau dibelanjakan di indonesia.

aku pernah nulis perbandingan harga ini di tulisan berjudul rupiah mentality di tautan ini.

iya sih, beberapa barang ada juga yang lebih murah, atau hampir sama dengan harga di indonesia. tapi kebanyakan memang lebih mahal meski ngga selalu beda 10 kali lipat. ya antara 2-10 kali lah tergantung di negara mana hidupnya dan berapa kurs konversi mata uangnya.

lagipula, biasanya biar wow, angka gaji nominal yang diposting di internet itu adalah gaji kotor, gais. harus dipotong pajak dulu. dan potongannya banyak banget terutama kalau negara maju di eropa, amrik, atau ostrali. gaji bersihnya setelah dipotong pajak tinggal sisa berapa, itu yang disebut takehome pay ya. yaitu jumlah yang masuk ke rekening si karyawan tersebut dan bisa dibelanjakan.

***

sekarang kita masuk ke detil pengeluaran ya.

pertama-tama, kebutuhan dasar manusia kan ada 3: sandang, pangan, papan. soal sandang atau pakaian bisa kita abaikan dulu lah. banyak kok pakaian-pakaian murah baik di indonesia maupun di luar negeri. dari yang ngga merk sampai yang bermerk, ngga begitu ngabisin uang maksudnya. yang lebih butuh uang banyak biasanya justru pangan dan papan, alias kebutuhan makan sehari-hari dan kebutuhan tempat tinggal.

untuk urusan makan, tergantung lagi kebiasaan masing-masing. ada yang irit dengan cara rajin masak, atau yang boros rajin jajan. beli matang pun ada macamnya lagi. yang beli murah meriah ala warung pinggir jalan, atau yang sukanya ke restoran mahal. jadi agak susah diukur juga tergantung kebiasaan masing-masing orang. tapi tetep kudu perlu pengeluaran buat makan kalau ngga mau meninggoy kelaperan 😁

untuk urusan papan, ini mungkin yang paling menonjol ya. karena biasanya tempat tinggal ini yang paling banyak nyedot finansial tiap bulannya. baik sewa maupun punya rumah sendiri, pengeluaran bulanan untuk bayar sewa rumah atau apartemen, atau kamar kos, dan pengeluaran bulanan untuk bayar kpr kalau beli rumah sendiri dan harus nyicil, adalah pengeluaran terbesar per bulan. termasuk supaya rumahnya bisa dihuni adalah kebutuhan bayar listrik, gas, internet, dan air ya.

nah, mereka yang tinggal dan kerja di luar negeri dengan gaji yang katanya banyak ini, berapa yang mereka keluarkan per bulan untuk urusan tempat tinggal? apakah mereka punya rumah sendiri? apakah nyewa? kalau iya, berapa pengeluaran untuk itu? bagaimana kondisi tempat tinggal mereka? apakah nyaman? atau bayar akomodasi murah meriah supaya bisa nabung? banyak pertanyaan yang pastinya jawabannya engga akan sama untuk tiap individu.

karena semua orang hidupnya beda-beda. 

intinya sih, meski gajinya gede kalau dirupiahin, kudu juga dilihat tingkat kesejahteraan dan gaya hidup orang tersebut dengan pengeluaran yang bisa mereka capai. apakah mereka bisa hidup nyaman, atau hanya bisa bertahan hidup saja. karena setelah takehome pay atau juga kadang disebut disposable income per bulan ini setelah dikurangi semua pengeluaran wajib untuk kebutuhan pokok bulanan dikurangi lagi pengeluaran transportasi entah dengan punya kendaraan sendiri atau makai kendaraan umum, baru sisa uangnya ada berapa.

sisa gaji bulanan setelah semua pengeluaran wajib, namanya discretionary income, yang biasanya bisa ditabung tergantung gaya hidup. dua orang dengan gaji yang persis sama tapi gaya hidupnya beda, jumlah sisa uang per bulan akan beda juga.

***

secara pengelompokan, ada 4 kategori kalau dilihat dari tingkat kenyamanan hidup.

mereka-mereka yang bisa hidup nyaman dan masih punya discretionary income yang banyak, bisa dikelompokkan sebagai orang yang hidupnya makmur di luar negeri. dan biasanya jarang atau sedikit jumlahnya. hidup nyaman di sini dalam artian standar di negara tersebut ya. bisa sejajar dengan kemapanan orang lokal atau bahkan lebih baik dan lebih sejahtera. rumah lebih besar dan lebih bagus dari rata-rata rumah orang-orang lokal, mobilnya juga lebih mewah dari mobil orang-orang lokal. semuanya kelihatan lebih lah. dan masih juga bisa punya tabungan atau discretionary income yang bisa ditabung tiap bulan karena kebutuhan utamanya semuanya sudah terpenuhi.

ini kita melihat kenyamanan hidup secara fisik saja ya, dari rumah, mobil, barang yang dimiliki, liburan ke mana dll. jangan ngebahas apakah dengan semua kemewahan duniawi itu mereka bahagia hidupnya? ya embuh manakutahu 😂

kelompok kedua adalah mereka-mereka yang bisa hidup nyaman tapi discretionary income nya habis atau ngga tersisa, juga masih bisa dibilang hidup makmur di negeri orang. nyaman karena diusahakan untuk sampai di tahap itu, meski tiap bulan duit ngga ada sisa dan tabungan ngga banyak isinya yang penting bisa hidup nyaman. sambil nunggu gajian bulan depan lagi hehe.

kelompok ketiga adalah mereka-mereka yang rela hidup ngga gitu nyaman asalkan tiap bulannya masih bisa nabung dari discretionary income atau duit sisa setelah dipotong semua kebutuhan pokok. yang model seperti ini biasanya memang niatnya untuk nyari uang sebanyak-banyaknya di luar negeri supaya bisa punya simpanan sebanyak-banyaknya untuk misalnya dibelikan tanah atau properti di indonesia. 

mereka rela naik mobil butut atau kendaraan umum. mereka milih ngga punya rumah tapi nyari sewa yang murah dan sempit saja. mereka ngga foya-foya dan makan seirit mungkin, demi bisa nabung. persentasi ini sepertinya lumayan banyak. kesempatan bekerja dengan gaji mata uang asing yang kalau dirupiahkan kelihatan banyak sekali, memang masih menjadi daya tarik utama mengapa orang rela hidup susah sementara selagi giat ngumpulin duit di luar negeri.

meski menurutku mentalitasnya masih mentalitas rupiah, karena semuanya selalu dirupiahin, tapi ya sah-sah saja karena tujuannya memang bukan untuk mencapai taraf hidup senyaman atau melebihi orang lokal. tujuan ngumpulin duit untuk diinvestasikan di tanah air atau dibawa pulang setelah mereka ngga lagi pengin kerja di luar masih menjadi dorongan dan semangat untuk bekerja sekeras mungkin untuk ngumpulin gaji sebanyak mungkin yang kalau dirupiahkan sangat besar sekali. 

mereka-mereka ini biasanya ngga punya niat untuk berlama-lama tinggal di luar negeri. mereka ngga mau selamanya kerja di luar negeri. mereka sudah ancang-ancang kapan bisa ngebawa duit ini ke indonesia, atau kapan duit tabungannya bisa diinvestasikan di indonesia.

kelompok keempat ini mungkin yang sebisa mungkin dihindari. 

yaitu mereka-mereka yang hidup dan kerja di luar negeri sebagai upaya untuk bertahan hidup saja. kerjanya ngga nyaman, gajinya ngga seberapa meski kalau dirupiahkan mungkin ya lumayan juga. tapi kalau dibelanjakan untuk kebutuhan bulanan di luar bisa kurang atau mepet ngepas hanya cukup untuk bertahan hidup saja. selain karena apa-apa memang lebih mahal, juga mungkin karena jenis pekerjaan yang bisa didapatkan hanya jenis pekerjaan dengan gaji kecil.

tapi lagi-lagi, tetap ada juga kok yang masuk ke kategori ini. karena meski hidup pas-pasan, kerja juga kurang nyaman, tapi karena berbagai macam fasilitas umum yang tersedia, dan hidup di negara maju yang apa-apa serba rapi dan tertata, kurang lebihnya kenyamanan hidup yang diperoleh sudah dirasa cukup dibandingkan kalau hidup di indonesia. meski secara standar hidup normal dibanding orang lokal, bisa dibilang masih jauh di bawah rata-rata.

mereka mikirnya, daripada kalau balik ke tanah air toh juga mungkin sama saja situasinya, atau bahkan malah lebih buruk. jadi mending lebih baik bertahan meski pas-pasan yang penting keren bisa kerja di luar negeri hehe.

***

nah, gimana?

kerja di luar negeri dengan gaji besar dalam rupiah itu belum tentu menjamin kalau kehidupannya juga pasti makmur. memang benar gaji manajer di jabodetabek bisa saja sama besarnya dengan gaji seorang karyawan restoran saji di new york sana. bahkan mungkin yang kerja di restoran bisa dapet duit lebih banyak, kalau dirupiahkan. dan memang benar angka 40 juta, 50 juta, 90 juta, bahkan 100 juta per bulan itu adalah nominal yang sah dan masuk akal. banyak ya kalau dalam rupiah. itu baru pekerja blue collar lho, kalau yang white collar atau kantoran mungkin bisa lebih tergantung jenis kerjanya😁

tapi belum tentu si pekerja itu hidupnya senyaman dan seenak manajer di jakarta dengan gaji yang jauh di bawah gaji pekerja di luar negeri itu.

karena lagi-lagi kudu dilihat dulu berapa takehome pay atau disposable income-nya setelah kena pajak. dan juga dilihat berapa sisa discretionary income setelah pengeluaran untuk hidup per bulannya. lihat juga perbandingan gaya hidup si pekerja tersebut dibandingkan orang lokal di wilayah di mana mereka tinggal. apakah hidup mereka bisa dibilang semakmur dan senyaman orang lokal, atau bahkan lebih nyaman? atau malah kurang?

terakhir, lihat tujuan kerja di luar negerinya untuk apa?

ada yang kerja sementara untuk ngumpulin duit dan dibawa pulang untuk modal buka bisnis atau usaha di indonesia misalnya. ada yang kerja permanen tapi duitnya dikumpulin untuk nabung investasi di indonesia demi masa tua nanti setelah pensiun pulang ke tanah air. ada yang kerja mati-matian supaya sukses dan bisa makmur tinggal di luar negeri. ada lagi yang kerja mati-matian juga, tapi untuk sekedar bertahan hidup demi gengsi bisa tinggal di luar negeri doank.

memang gaji luar negeri itu kalau dirupiahkan terlihat sangat besar sekali, tapi coba tanya berapa yang tersisa tiap bulannya, dan lihat juga kondisi kemakmuran hidupnya. 

so gais, jangan mudah terkecoh dengan nominal gaji luar negeri, ya.

Saturday, 26 April 2025

lembur tiap sabtu

sabtu pagi.

mataku masih kriyip-kriyip ngantuk, ketika anakku satu-satunya sudah ngebuka pintu kamar dan seperti biasa lalu dia ndusel-ndusel dan pindah ke kasur emak bapaknya. kebiasaan yang dia lakukan sejak punya kamar sendiri pas umur 4 tahunan dulu. tiap bangun tidur di hari sabtu dan minggu pasti nimbrung ke kasur kami. bertiga lalu kami mulai ngobrol ngga jelas, atau main tebak-tebakan, atau cerita-cerita ngerandom sambil ngakak-ngakak. setelah bosen, baru deh anakku pindah ke dapur dan nonton tipi.

pagi ini pun demikian.

tinggal aku dan suamiku berdua leyeh-leyeh santai karena memang tiap sabtu dan minggu adalah waktu kami bersantai karena ngga diburu urusan kerjaan atau nyiapin anakku sekolah.

Friday, 25 April 2025

cewek sendiri

jumat sore.

sebentar lagi udah waktunya selesai jam kantor dan memasuki wilayah akhir pekan atau wiken. eh, kok ada email masuk. kirain ada tugas tambahan penting dari si bos. ternyata cuma undangan seminar yang diselenggarakan oleh gedung di mana kantorku berada. mereka memang sering mengadakan berbagai seminar dengan bermacam-macam topik yang sedang menarik atau sedang trendi. 

tema seminar kali ini cukup unik. dalam bahasa inggrisnya sih resminya berjudul “how to handle being the only woman in the room”. kalau diterjemahkan bebas ke dalam bahasa otakkukusut kurang lebihnya, "gimana caranya bersikap kalau kamu cewek sendiri di ruangan".

unik kan?

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...