Tuesday, 24 August 2010

indon vs malingsia

"ibuuuu...how are you?" tulis temanku di kotak chatting msn sore itu. namanya marina, asal malaysia, negeri jiran yang bertetangga dekat dengan negeriku, indonesia.

aku mengenalnya sewaktu kami dulu tinggal di asrama mahasiswi selama kurang lebih satu tahun, di kota manchester, sewaktu kami sama-sama mengambil program S2. walaupun ada 13 mahasiswi dari berbagai negara di blok itu, aku merasa paling dekat berkawan dengan marina. mungkin karena negara kami bertetangga, jadi kami serasa bersaudara. marina lebih muda dariku, akupun menganggap ia sebagai adikku.

setelah lulus, aku pindah ke durham tuk bekerja di sana, sebelum akhirnya pindah lagi ke cambridge dengan pekerjaan baru dan menetap tuk seterusnya. ia lulus di tahun yang sama dan diterima bekerja di birmingham yang jaraknya hanya 2 jam berkendara. pertemanan kamipun berlanjut dan telah 4 tahun kini tak terasa.

kami sering berkunjung dan bersapa, layaknya adik dan kakak saja. sekalipun aku punya 1 kakak dan 4 adik di indonesia, tapi aku senang punya 1 adik lagi di negeri ini tuk teman bercengkerama. alangkah beruntungnya.



namun satu hal yang tak kumengerti, ketika aku membaca atau mendengar berita mengenai pertikaian negeriku dan negeri marina. betapa kami saling menghina, menyakiti dan mencerca. tetangga memanggil kami indon lalu mengolok-olok dengan segala kejelekan yang terpikirkan di benak mereka, dan kamipun akan membalas dengan meneriakkan 'ganyang' dan memanggil mereka malingsia, tak lupa diikuti dengan umpatan kasar dan makian yang tak ada habisnya.

entah siapa yang memulai, takkan ada yang tahu. tapi yang pasti, pertikaian indon vs malingsia takkan ada ujungnya. lucu juga. betapa aku di sini menghargai persahabatanku dengan teman terdekatku yang berasal dari malaysia, sementara di sana, mereka bertikai tak ada selesainya. salah siapa?

aku coba kembali ke masa lalu, mengingat-ingat beberapa artikel yang pernah kubaca dan mencoba menggali ingatanku mengenai teman-teman lamaku yang sekarang entah di mana. lima tahun lalu aku pernah belajar satu kelas dengan 30 orang dari berbagai negara. yang kuingat waktu itu, ada seorang teman dari serbia yang bersahabat erat dengan temanku yang asli bosnia. sementara waktu itu belum terlalu lama konflik kedua negara itu baru mereda.

ada lagi temanku yang asli yunani bersahabat kental dengan temanku yang berasal dari turki. menurut sejarahnya, kedua negeri itupun selalu berseteru layaknya indonesia dan malaysia. begitupun cerita klasik tentang orang-orang inggris yang selalu berseteru dengan perancis, salah satu tetangga terdekatnya. lalu orang spanyol vs italia, dan seterusnya dan seterusnya.

aku pernah pula membaca kisah nyata, sebuah keluarga israel yang kebetulan bertetangga dengan keluarga palestina yang sebelumnya saling membenci tanpa saling mengenal, tetapi berakhir dengan persahabatan erat setelah mereka mulai saling menyapa, bersilaturahmi dan bercerita.

akupun lalu menyimpulkan sendiri. negeri-negeri itu berseteru karena mereka berdekatan letaknya. takkanlah mungkin berseteru dengan negeri yang jauhnya tak terkira. tak akan masuk di akal juga sepertinya. meskipun semuanya tahu seteru itu tak ada guna, tapi mungkin kalau tak berseteru tak ramai juga. atau sebetulnya mereka berseteru, namun kenyataannya saling merindu? entahlah, aku tak tahu.

namanya bertetangga, tak mungkin selamanya akan berjalan tanpa sengketa, terkadang percikan itu ada. tapi jikalau kita mau lebih jauh mengenal tetangga kita, rasa sayang dan cintapun lambat laun akan menjelma. tak kenal maka tak sayang, katanya. pertanyaannya, seberapa maukah kita?

tambahan:
sebelum meneriakkan 'perang', bacalah ini dulu jika kamu merasa sebagai orang yang berpendidikan: Berbagi Laut dengan Tetangga http://www.andiarsana.com/files/berbagilaut-arsana.pdf
terima kasih pak I Made Andi Arsana atas pencerahannya.
bagi yang ingin bertanya lebih lanjut, silakan hubungi penulis di email: madeandi@ugm.ac.id

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...