Friday, 20 August 2010

roda-roda gila

keluargaku tak pernah punya mobil. sebagai seorang guru SMP, bapakku hanya mampu kredit roda dua di tahun 80. sebelum itu ia selalu bersepeda. motor barunya berwarna merah menyala bermerk yamaha. kami sekeluarga sangat senang waktu itu. tuk pertama kalinya ada kendaraan mesin beroda dua yang bisa mengantar kami dengan sekejap ke mana saja. tak perlu terlalu jauh tentunya. karena bensin selalu mahal harganya.

aku ingat sewaktu SD, bapak selalu mengantar dan menjemput kakak, aku dan adikku. kami bertiga selalu berlomba tuk mendapatkan posisi paling strategis di setang kemudi motor itu, tempat kami menggantungkan tas sekolah dan sepatu, di sisi kiri dan kanannya. aku tak pernah tau jika hal itu sebenarnya mengganggu keleluasaan bapakku tuk mengendalikan arah laju. tapi ia tak pernah melarang, tak pernah meradang. ia sedikit berkata-kata dan selalu tersenyum dalam bisu, memang seperti itulah sosok bapakku.

source

ketika kami bertiga naik kelas, bertambah satu lagi penumpang motor merah itu, adikku yang baru mulai masuk kelas satu. kini penumpangnya menjadi empat, lima orang kalau dihitung dengan bapakku. dua di depan, dua di belakang. awalnya semua muat di motor kecil itu, namun hari demi hari kamipun bertumbuh, lama-lama kakak perempuanku terpaksa harus duduk di tempat lampu.

tak terpikir waktu itu mengenai keselamatan jiwa, hanya rasa bangga bisa berkendara. ternyata tuhanpun sayang jiwa kami semua, nyatanya kami lulus SD walau harus melewati masa-masa berkendara berbahaya seperti itu.

masa SMP dan SMA tak banyak cerita mengenai roda gila. karena dekat jaraknya, kamipun selalu jalan kaki pulang dan pergi. bapakpun menua, tapi tetap berkendara seperti biasa. ibu yang kini selalu jadi penumpangnya. pagi siang petang ke pasar kelontong berbelanja, lalu kembali menjualnya ke para tetangga, demi untung yang tak seberapa.

hidup memang keras dan keji waktu itu, namun kami mampu bersahabat dengannya. sampai saat bapak harus menderita stroke dan terbaring tak berdaya, kamipun lalu memusuhinya. yamaha merah 80-pun ikut membisu dan menua bersamanya.

tak ada lagi cerita roda-roda gila melaju, tak ada lagi cengkeramanya dengan aspal jalan raya dan kumuhnya jalanan di pasar kota. ibu lalu terpaksa menjualnya dengan harga yang tak seberapa, yang takkan pernah cukup tuk biaya obat bapak yang lemah tak berdaya. sejak itu, kisahpun berlalu tanpa cerita tentang roda.

meski ia lalu punya pemilik baru, tapi aku akan terus ingat yamaha merah itu. sepenggal kisah bersama ia dan bapakku takkan pernah kulupa. H 3283 AE. itu plat nomornya.

hingga satu hari bapak meninggalkan aku, ibu dan kelima saudaraku. tuhan tak mendengarkanku meski aku tak setuju. tak ada air mata duka waktu itu, namun hatiku bagai tersayat sembilu. perih terpaku kaku. hidupku berubah pilu.

8 tahun sudah bapak meninggalkanku. hidupkupun tak lagi seperti dulu. di sini, gaji sebulanku bisa tuk beli mobil meski tak baru. seperti beli sepeda ontel saja pikirku. hanya tiga bulan kerja, roda empat pertamapun terbeli olehku. tak banyak roda dua di sini. negara empat musim memang tak cocok untuk itu.

kini aku punya dua pilihan mana yang ingin kupakai untuk berangkat ke kantor tiap hari. enaknya berkendara di mobil makin kunikmati. tapi ternyata hatiku tetap pilu. saat kuingat bapakku yang tak sempat merasakan enaknya berkendara di mobil seperti aku.

seandainya ia mau menunggu...

2 comments:

  1. gile bener... mang berapa ribu gajinya Jeng ???
    masak gaji sebulan bisa buat beli mobil...
    mobil mobilan kalee... ^_^ ato...
    mo bil ang apa ajhah terserah lah... *_^
    piss girl...

    ReplyDelete
  2. aduh jeng, coba buka autotrader dot co dot uk deh, banyak dijual mobil dari 400 pound sampe puluhan bahkan ratusan ribu pound. kalo cuma beli yg ratusan sih bisa lah tiap bulan haha

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...