saat musim dingin tiba, hampir sebagian besar tumbuh-tumbuhan di belahan bumi utara akan menggugurkan daunnya. ini peristiwa yang biasa atau alami jika kita mengerti sedikit mengenai ilmu bumi.
namun cemara tak mengalami hal serupa, karena ia termasuk tumbuhan 'evergreen' yang berdaun hijau sepanjang tahun, tak peduli musimnya sedang dingin atau hangat.
musim dingin dengan segala fenomenanya, malam lebih panjang, langit tak lagi biru terang, udara dingin menusuk tulang, mengakibatkan depresi berkepanjangan jika tak disiasati dengan sesuatu yang membuat hati riang.
maka muncullah festival peringatan musim dingin yang dirayakan secara turun temurun dan menjadi bagian dari adat istiadat masyarakat yang tinggal di negara-negara empat musim.
festival tentunya takkan terasa semarak tanpa berbagai hiasan warna-warni dan terang benderang untuk menghidupkan suasana hati yang sendu menjadi riang. tentunya pernik-pernik hiasan akan lebih indah jika diletakkan di tempat yang mudah dilihat banyak orang, dan pohon sepertinya tempat yang tepat untuk itu. sementara satu-satunya pohon yang tetap bersemi hijau kala musim dingin tiba, hanyalah pohon cemara.
maka alkisah dipotonglah sepucuk pohon ini dari hutan yang telah meranggas karena hawa dingin telah tiba, lalu dibawalah pucuk pohon itu ke tengah-tengah desa untuk dihias dengan beraneka ragam hiasan dan lampu warna-warna.
demikian seterusnya peringatan ini diulang setiap tahun dengan nuansa yang berbeda mengikuti jamannya. jikalau akhirnya hal ini disatukan dengan peringatan salah satu umat beragama, bukan berarti si pohon cemarapun menjadi beragama.
dia tetaplah pohon yang daunnya takkan luruh diterpa dinginnya cuaca, karena sang pencipta mendesainnya sedemikian rupa. dan cemara tetaplah cemara yang akan tampak semakin cantik mempesona dengan hiasan-hiasan warna-warni beraneka rupa ditambah gemerlap lampu-lampu yang genit menggoda. akupun percaya, siapapun si penghiasnya, cemara takkan pernah beragama.
uk, winter 2010
No comments:
Post a Comment