Thursday, 16 December 2010

demam bola

sambil nge-blog, kuping kiriku tersumbat pengeras suara kecil yang terhubung ke komputerku karena di layar saat ini tim el-loco sedang bertanding melawan tim negeri tetangga. skor saat ini tim tuan rumah masih unggul 1-0 dan histeria kemenangan yang masih sementara ini telah nampak di timeline akun twitter-ku, bahkan hampir seluruh status teman-teman fesbuk-ku, semua berisi bola, bola dan bola. akupun menjadi latah dengan sukarela mengesampingkan dokumen-dokumen yang menumpuk di meja untuk sementara demi mengikuti euphoria bola. duh serunya.

beberapa teman berkomentar mengenai para pemainnya, yang jika kita bandingkan dengan tim nasional jaman dulu, sekarang sungguh jauh berbeda. demikian pula tim lawan negeri tetangga. kini semakin banyak pemain-pemain berwajah asing yang mendominasi lapangan laga.


"netralisasi" menjadi kata yang paling sering disebut-sebut di media tanah air belakangan ini. sebelum ini aku memang tak pernah mengikuti dan mengerti apa yang sebenarnya terjadi di dunia persebakbolaan di negeriku sendiri. rupanya kini banyak pemain tim yang berdarah campuran indonesia dan asing yang memutuskan untuk menjadi wni dan berlaga membela ibu pertiwi.

pendapatku pribadi, tentunya tak ada salahnya jika seseorang yang berdarah campuran pada akhirnya ingin memilih untuk menjadi warga dari negara salah satu orang tuanya. toh kawin campur itu adalah peristiwa yang alami sebagai bagian dari proses pertumbuhan demografi di muka bumi.

bedanya, jaman dulu anak hasil kawin campur yang notabene selalu tampak 'lebih cantik dan tampan' karena berbeda daripada anak-anak pribumi, lebih memilih untuk terjun ke gemerlap dunia model iklan, ratu kecantikan, keartisan, perfilman, atau menjadi penyanyi.

namun sekarang fenomena ini sepertinya telah bergeser dan tampang "bule" berwarga negara indonesia tak hanya menghiasai layar kaca sebagai model iklan, atau pemain sinetron, tapi juga bermain bola.

sah-sah saja sebenarnya. hanya, yang menjadi ganjalan di benakku, tentu saja karena pemain bola akan lebih mengandalkan kekuatan fisik daripada ketampanan muka saja, sementara kita semua tahu bahwa struktur anatomi orang asia pada umumnya lebih pendek dibanding mereka yang berdarah eropa atau afrika. walaupun masih bisa didebat bahwa lebih pendek belum tentu berarti lebih lemah, tapi struktur tulang eropa/afrika cenderung lebih kuat secara fisik dan tenaga.

karena ini sebuah fenomena, lantas jika lama-kelamaan nantinya pemain indonesia yang berstruktur tulang eropa atau afrika semakin bertambah, apakah kita masih bisa berbangga jika tim kita menang melawan tim yang masih didominasi pemain-pemain berstruktur-tulang asia?

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...