salah satu cita-citaku yang belum kesampaian adalah membuka butik. serius! entah butik apa, saat ini aku tak tahu. kupikirkan nanti saja kalau memang aku ingin mewujudkannya. keinginan ini berawal ketika aku mulai suka jahit-menjahit dan lama-kelamaan menjadi hobi.
kesukaan menjahit ini dimulai sejak aku es em pe. waktu itu model bajuku hanya itu-itu saja dan jumlahnya tak seberapa. dengan kondisi ekonomi keluargaku yang tergolong kelas menengah ke bawah, baju baru hanya kami peroleh ketika tiba waktu lebaran saja. itupun tak lagi menjadi tradisi ketika kami mulai masuk sekolah lanjutan pertama.
kesukaan menjahit ini dimulai sejak aku es em pe. waktu itu model bajuku hanya itu-itu saja dan jumlahnya tak seberapa. dengan kondisi ekonomi keluargaku yang tergolong kelas menengah ke bawah, baju baru hanya kami peroleh ketika tiba waktu lebaran saja. itupun tak lagi menjadi tradisi ketika kami mulai masuk sekolah lanjutan pertama.
hingga satu hari aku mengikuti kegiatan ekstra kurikuler di sekolah. selain sebagai ajang menambah pengetahuan dan ketrampilan, ekstra kurikuler tidak mengharuskan kami memakai baju seragam karena dilaksanakan pada sore hari di luar jam sekolah. kecuali ekstra kurikuler pramuka yang mengharuskan pesertanya berseragam coklat muda coklat tua, kegiatan lainnya kami boleh berpakaian bebas asal sopan dan rapi.
pada akhirnya kegiatan ekstra kurikuler ini menjadi momen bagi siswa untuk memakai baju terbaik dan terlihat beda di depan teman-teman sekolah yang biasanya hanya berseragam saja.
pada akhirnya kegiatan ekstra kurikuler ini menjadi momen bagi siswa untuk memakai baju terbaik dan terlihat beda di depan teman-teman sekolah yang biasanya hanya berseragam saja.
ceritanya waktu itu salah satu teman wanitaku memakai baju barunya yang funky, menarik dan lucu. ia terlihat lebih cantik dari hari-hari biasa ketika berseragam. sementara aku hanya mengandalkan bajuku yang itu-itu saja dari waktu ke waktu. seketika itu timbul niatku untuk mempunyai baju seperti milik temanku. namanya juga anak es em pe, selalu ingin punya apa yang temannya punyai.
tentu saja aku sadar kalau orang tuaku takkan mampu membelinya. tapi aku juga tahu, di lemari pakaian ibuku di rumah, menumpuk tinggi kain-kain murahan pemberian juragannya di pasar loak sebagai hadiah lebaran setiap satu tahun sekali. ibu hanya menyimpannya karena tak punya waktu untuk menjahit. iapun tak punya waktu untuk mengajari kami menjahit karena harus ke pasar untuk bekerja.
tentu saja aku sadar kalau orang tuaku takkan mampu membelinya. tapi aku juga tahu, di lemari pakaian ibuku di rumah, menumpuk tinggi kain-kain murahan pemberian juragannya di pasar loak sebagai hadiah lebaran setiap satu tahun sekali. ibu hanya menyimpannya karena tak punya waktu untuk menjahit. iapun tak punya waktu untuk mengajari kami menjahit karena harus ke pasar untuk bekerja.
akhirnya penyakit permanenku kumat, aku nekat.
kubulatkan niat dan tekad untuk membuat sendiri baju seperti punya temanku dari kain-kain milik ibuku. untungnya temanku itu baik hati, ia dengan sukacita meminjamkan bajunya untuk kutiru. dengan gaya ala pemilik butik ternama, mulai kubentangkan kain di lantai ubin rumahku. dan dengan lagak sok yakin, kugunting kain itu perlahan-lahan mengikuti pola-pola sederhana yang kubuat dari kertas koran bekas dan kujiplak dari baju milik temanku tadi.
lalu kujahit sisi-sisinya dengan jarum dan benang karena satu-satunya mesin jahit tua yang diayun dengan kaki merek singer milik ibu, sudah lama rusak dan tak pernah dipakai lagi. bahkan aku tak pernah ingat kalau ibu pernah memakainya barang sekali untuk menjahit sesuatu. barangkali mungkin memang sudah rusak sejak aku belum lahir, meski aku tak pernah mencari tahu.
jahitan tanganku tak terlalu buruk. aku sering melihat nenek menjahit popok kain yang dipakai adik-adikku turun temurun. aku sering memperhatikannya tanpa sengaja, sehingga menjahit terasa gampang bagiku. tanganku lincah mendorong ujung jarum yang runcing menelusuri tepian kain dan berbagai tipe jahitan dengan segera aku kuasai.
baju pertama buatan tanganku tak terlalu jelek hasilnya. meski secara potongan masih jauh dari sempurna karena aku belum begitu menguasai teknik potong, dan tak pernah belajar khusus tentang teknik jahit-menjahit, semua hanya bermodalkan nekat dan iseng. tapi secara kualitas jahitan, aku cukup percaya diri.
kubulatkan niat dan tekad untuk membuat sendiri baju seperti punya temanku dari kain-kain milik ibuku. untungnya temanku itu baik hati, ia dengan sukacita meminjamkan bajunya untuk kutiru. dengan gaya ala pemilik butik ternama, mulai kubentangkan kain di lantai ubin rumahku. dan dengan lagak sok yakin, kugunting kain itu perlahan-lahan mengikuti pola-pola sederhana yang kubuat dari kertas koran bekas dan kujiplak dari baju milik temanku tadi.
lalu kujahit sisi-sisinya dengan jarum dan benang karena satu-satunya mesin jahit tua yang diayun dengan kaki merek singer milik ibu, sudah lama rusak dan tak pernah dipakai lagi. bahkan aku tak pernah ingat kalau ibu pernah memakainya barang sekali untuk menjahit sesuatu. barangkali mungkin memang sudah rusak sejak aku belum lahir, meski aku tak pernah mencari tahu.
jahitan tanganku tak terlalu buruk. aku sering melihat nenek menjahit popok kain yang dipakai adik-adikku turun temurun. aku sering memperhatikannya tanpa sengaja, sehingga menjahit terasa gampang bagiku. tanganku lincah mendorong ujung jarum yang runcing menelusuri tepian kain dan berbagai tipe jahitan dengan segera aku kuasai.
baju pertama buatan tanganku tak terlalu jelek hasilnya. meski secara potongan masih jauh dari sempurna karena aku belum begitu menguasai teknik potong, dan tak pernah belajar khusus tentang teknik jahit-menjahit, semua hanya bermodalkan nekat dan iseng. tapi secara kualitas jahitan, aku cukup percaya diri.
sejak keberhasilan pertama ini, pelan tapi pasti tumpukan kain milik ibu di lemarinya menyusut satu demi satu. kain-kain itu kini berubah menjadi bermacam baju bermodel beragam yang kupakai sendiri untuk bermain di rumah. kakak dan adikku tak terlalu tertarik dengan hobi baruku ini, meski belakangan aku tahu mereka juga punya bakat jahit-menjahit yang tak jauh berbeda denganku.
koleksi baju jahitanku sendiri semakin bertambah, dan modelnyapun macam-macam. kadang-kadang aku hanya melihat foto di koran bekas, majalah atau siaran televisi, lalu jika ada model baju yang aku suka, aku akan membayangkan di otakku bagaimana memotong kain dan menjahitnya untuk mendapatkan model seperti itu. otakku akan dengan mudah mengurai tiap potongan kain dan pola-polapun segera terbentuk dengan sendirinya di kepalaku, tanpa aku perlu menggambarnya. mungkin ini yang kusebut bakat alami.
nyatanya, semakin sering aku menjahit, kualitas potongan dan jahitanku semakin membaik, meski masih jauh dari sempurna.
sayangnya, semua masih kulakukan dengan tangan, dan ini yang memakan waktu cukup lama, hingga aku hanya menjahit jika ada waktu luang saja. masalah utamaku sebenarnya adalah kesabaran. aku adalah jenis manusia yang tidak sabaran dan takkan berhenti jika memulai sesuatu dan segera ingin melihat hasilnya. dalam hal menjahit ini, begitu aku menginginkan sebuah model baju, aku akan segera bekerja membuat pola, menggunting, menjahit, merapikan, sampai baju yang kuingini selesai dan siap kupakai, tanpa henti.
lebih sering aku lupa makan minum kalau sudah menjahit. lebih sering aku mendapati sendirian di tengah malam karena seluruh keluargaku sudah tertidur. lebih sering punggungku pegal dan kaku karena aku duduk terpekur menjahit helai demi helai kain tanpa henti. aku setuju, ini bukanlah hal yang patut ditiru.
selain mencontoh model baju yang sudah jadi, kadang-kadang aku juga mendesain model baju sendiri. seringnya model-model buatanku unik dan nyeleneh, dan mungkin takkan ada yang mau membeli kalau aku ingin menjualnya. tapi aku akan memakainya dengan bangga dan setiap kali orang bertanya, aku katakan kalau ini hasil desain dan jahitan tanganku sendiri. setelah itu mereka akan mengangguk-angguk maklum, hahaha.
kembali ke soal butik.
mendesain baju bagiku adalah perwujudan kebebasan berekspresi. seorang maestro desainer sejati akan menghasilkan karya-karya yang luar biasa yang takkan pernah terpikir oleh orang awam. ide-ide desain baju sungguh tak terbatas. itulah yang menarik minatku. begitu banyak permainan warna, gaya, potongan, ukuran, aksesoris, model dan bahan. ah..sepertinya aku terlalu jauh bermimpi.
nyatanya, sudah bertahun-tahun sejak aku terakhir kali membuat baju sendiri. kini aku jarang menjahit lagi. selain aktivitas sehari-hariku yang menyita waktu, juga karena kini aku sudah mampu membeli model baju apapun yang aku ingini, asal harganya juga tidak terlalu tinggi. tapi impianku untuk menghasilkan bermacam-macam model baju yang aneh, unik dan nyentrik belum berhenti. niat untuk memulai mendesain rupa-rupa baju masih ada di dalam hati, meski entah kapan akan memulai.
yang pasti, satu cita-cita masa kecilku sudah terlaksana. aku dulu bermimpi jika menikah nanti akan mendesain baju pengantinku sendiri. jika memungkinkan, aku akan menjahitnya dengan tanganku sendiri. tapi apa daya, hanya tahap mendesain yang terlaksana. baju pengantinku 'terpaksa' kuserahkan ke tangan penjahit ahli karena keterbatasan waktu dan materi.
untungnya si penjahit ini sangat pandai menginterpretasikan model baju desainku. karena memang bukan hal yang mudah untuk menyalurkan ide yang ada di kepalaku ke orang lain. bisa jadi resikonya tinggi, baju yang dihasilkan tidak sesuai yang aku impikan.
namun baju pengantin impianku terwujud sesuai dengan apa yang ada di kepalaku. aku sungguh berterima kasih kepada penjahitnya yang telah menangkap ide-ideku dengan mudahnya. setiap kali aku melihat baju ini, timbul lagi niat untuk mendesain baju pengantin yang baru.
tapi lagi-lagi keterbatasan waktu dan tenaga selalu menyurutkan niatku. tak apa, mungkin memang belum waktunya. satu hari nanti, jika impian butik ini menjadi kenyataan, mungkin baju pengantinku akan menjadi baju pertama yang akan dipajang di sana.
entah kapan, entah di mana....yang pasti impian itu masih ada.
Waduhh,,,ternyata bakat desain dan jahitnya dari kecil ya.. Baca artikelmu ini terharu banget, Rin..Soalnya jadi inget waktu anakq yang kecil baptisan aq sama anak2q bingung ga punya uang buat beli gaun baptisan dia..kan abis banjiran 2007 itu ludes semua kan barang2q yang cuma sedikit itu.. buat makan aja susah banget..^^
ReplyDeleteAkhirnya sisa-sisa kain jahitan orang aq kumpulin terus aq jahit sendiri pake tangan gaun mungil buat bayiq yang hampir setahun. Untungnya masih mungil..klo udah gede, hadoohhh...jahit pake tangan bisa keder.. ^^
Akhirnya jadi juga dengan hasil lumayanlah..ga keliatan klo itu semua jahitan tangan..hehehe..
Ayo buka butik disana, hehehe, penjahitnya ada nih.. (^__^)v
seringkali kalau orang dalam kondisi kepepet atau terdesak keadaan itu kan jadi lebih kreatif Nyah!! kayak kita lahhh hahahaha.... iya nih pengin deh jahit-menjahit lagi, apa daya waktunya ga ada nih nunggu pensiun dulu dari kantor kali yak, wekekekeke
Delete