tiba-tiba tadi malam aku pengin makan thai-food. suamiku sih setuju saja dan dia justru gembira. syaratnya aku yang masak hehe. karena biasanya dia yang harus masak makan malam kalau hari kerja senin-jumat. alasannya sederhana saja, karena dia selalu sampai rumah lebih dulu kalau paginya kami sama-sama ngantor, atau memang pas dia kerja dari rumah. jadi lebih praktis kalau dia yang masak, akunya tinggal makan begitu sampai di rumah. masa sudah sampainya lebih malam, masih harus masak pula. di mana keadilan? di mana keadilan? *bawa pentungan hansip*
begitulah, kami berdua memang menganut asas berumah tangga all for one and one for all *ga nyambung dot com*. jadi semua dikerjakan berdua berdasarkan pertimbangan akal sehat, terlepas dari tradisi, perbedaan gender, atau aturan ga jelas ini itu yang latah karena sudah terlanjur membudaya dalam kehidupan suami-istri. misal, istri tetap harus masak meski suami sebenarnya lebih punya waktu untuk itu. atau istri harus menunggu si suami pulang dari luar kota hanya untuk membetulkan pipa yang bocor!
tapi di rumah kami, bisa saja suamiku sedang sibuk mencuci piring di dapur sementara aku malah sibuk di garasi depan rumah menggergaji papan untuk alas lemari, hihihi. intinya, pekerjaan rumah tangga bukan tanggung jawab individu, tapi tanggung jawab berdua apapun jenisnya. begitu, saudara-saudara!
kembali ke thai-food. setelah utak-atik di internet, kamipun sepakat untuk menikmati red king prawn thai curry malam ini. sementara suamiku sibuk mengiris ini itu sesuai instruksiku, aku menyiapkan panci. tak lama menu makan malam kamipun siap. sebagai pelengkap, aku tambahkan lauk tempe goreng.
thai food, foto diambil di sebuah restoran thailand di brussels, belgia |
sambil menikmati acara televisi, kami berdua duduk manis sambil menyantap makan malam kami. di inggris, selain resto dan masakan india, masakan thailand memang sudah cukup terkenal. masyarakat inggrispun menikmati kelezatan menu-menu ala thailand di resto-resto atau pub yang tersebar di penjuru negeri. tak heran jika thailand menjadi salah satu tujuan wisata utama para bule ini jika ingin mengunjungi asia pasifik. selain keindahan negaranya, makanannyapun sudah sangat familiar di lidah mereka. sayangnya menu indonesia masih tertinggal jauh kalau mau dibandingkan.
tapi, saat aku mulai menyuapkan sendok pertama masakan thailand yang baru saja kumasak ini, koq rasanya ga jauh beda atau bahkan sangat mirip dengan sayur lodehnya orang jawa ya? setelah aku pikir-pikir lagi, eh...bumbu-bumbunya juga sama ternyata hahahaha. oalah...
jadi mikir. misalkan ada restoran indonesia di inggris yang menyediakan menu sayur lodeh, apakah antusiasme orang bule ini setinggi antusiasme mereka terhadap red-thai curry-nya orang thailand ya? aku sih jujur saja kurang yakin. meski sama isinya dan rasanya. kari thailand sudah lekat di lidah masyarakat inggris, sementara sayur lodeh, dari namanya saja pasti sudah membuat dahi mereka berkerut.
kesimpulanku, produk yang sama dengan tampilan, kemasan, merek dan produsen yang berbeda, akan mempengaruhi tingkat daya jual dan ketertarikan konsumen. pencitraan produk jadi modal utamanya. contohnya ya masakanku tadi. suamiku saja dengan lahap menyantapnya, karena dia tahunya yang kumasak barusan itu red-thai curry yang sudah dia kenal betul.
padahal nih...
sebelum ini sudah sering aku masak sayur lodeh udang tiap kali aku kangen masakan ibuku. dan tiap aku tawari suamiku, dia selalu menggeleng. mencicipi-pun ogah. lhah! sekarang dia lahap makan lodeh ala thailand yang sebenarnya ya lodeh udang ala jawa juga! hahahaaaa...
dan aku cuma bisa geleng-geleng kepala...
pencitraan oh...pencitraan...
No comments:
Post a Comment