Tuesday, 8 November 2011

too good to be true

*sebuah kisah nyata yang sedikit didramatisir*

selepas kuliah aku tak segera mendapatkan pekerjaan yang aku inginkan. dengan setengah terpaksa aku bekerja sebagai sales di sebuah perusahaan yang menjual bahan bangunan selama kurang lebih dua tahun. yang kumaksud dengan jabatan sales ini benar-benar berarti tukang jualan yang melayani pembeli secara langsung. tidak ada kantor, tidak ada baju kerja. tidak ada sepatu hak tinggi. hanya celana jins dan sepatu karet.

sehari-hari aku berkutat dengan pembeli yang rata-rata adalah para tukang bangunan atau montir mobil. aku juga mengurusi nota-nota pembelian, menghitung jumlah barang yang masuk dan keluar, bahkan menjadi mandor pengiriman bahan-bahan bangunan dengan menggunakan truk-truk besar dan bak terbuka.

otomatis aku juga harus berurusan dengan para sopir truk, yang jika tak kenal baik dengan mereka, pasti dari tampangnya saja, sepertinya aku selalu berurusan dengan preman. dengan jenis pekerjaan seperti ini, praktis aku tidak mempunyai akses ke internet sama sekali. itu terjadi sekitar tahun 1997-1999 ketika kemajuan teknologi internet belum sepesat sekarang. 

tahun 2000 aku nekat ke jakarta.

setelah 3 bulan lontang lantung tak ada juntrungannya, aku beruntung memperoleh pekerjaan yang lebih membutuhkan pikiranku daripada sekedar waktu dan tenagaku. akupun diberikan sebuah perangkat komputer dan sebuah meja kerja pribadi. sungguh sebuah kemewahan pada waktu itu. akses ke internetpun selalu tersedia hingga memberikan sebuah peluang baru bagiku untuk melihat dunia hanya melalui sebuah perangkat elektronik.

gagap? tentu saja iya. namanya juga baru pertama.

akupun mulai belajar menggunakan internet, membuka akun surat elektronik atau email dan mulai menjelajah dunia maya, dunia yang sebelumnya tak pernah aku jamah. ada sedikit kekagetan dan rasa keingintahuan yang sangat besar ketika untuk pertama kalinya aku menyentuh sebuah dunia yang ternyata berisi berjuta-juta jenis informasi yang berbeda-beda bentuk dan isinya.

pada saat yang sama aku juga antusias untuk lebih mendalami, memahami dan mengerti apa yang ditawarkan oleh sebuah teknologi yang bernama internet.

begitu banyak kesempatan menjadi terbuka hanya dengan mempunyai akses ke internet. kita bisa berkomunikasi dengan mudahnya menghubungi dan bertukar informasi dengan seseorang yang sama sekali belum pernah bertemu muka. kita bisa dengan mudahnya mempelajari hal baru dari beribu informasi dan ilmu yang tersedia gratis di dunia maya. tapi di saat yang sama kitapun bisa dengan mudahnya terekspos ke sebuah dunia baru yang kita belum betul-betul kenal dengan baik dan terseret ke dalamnya tanpa kita sadari. 

begitu banyak arena yang kita tidak kenali di dunia maya yang tak terbatas luasnya. begitu besarnya peluang untuk tersesat di dalamnya tanpa kita tahu apa yang sesungguhnya terjadi. sering kenaifan dan niat baik kita justru membawa kita ke sebuah situasi yang bisa menguntungkan pihak lain dan merugikan kita tanpa sedikitpun kita pahami. 

sebuah kejadian yang tak pernah kulupa. sekitar tahun 2001, aku terima sebuah email di akun yahoo-ku. mengingat umurnya yang baru sekitar 1 tahun, sangat jarang aku menggunakan alamat emailku dan sangat jarang pula aku terima sebuah email khusus. hanya beberapa teman dekat yang masih rajin korespondensi.    untuk urusan kerja, aku selalu menggunakan email resmi kantor. aku lebih suka begitu, memberikan batasan yang jelas untuk urusan kerja dan urusan pribadi.

aku tak suka mencampuradukkan keduanya.

email itu berasal dari seseorang yang sama sekali tak kukenal. aneh pikirku. bagaimana ia bisa tahu alamat emailku? begitu pikirku waktu itu. dasarnya aku masih naif dan lugu. belum begitu banyak yang kutahu mengenai dunia perinternetan. setahuku, hanya teman-temanku yang tahu alamat emailku saja yang bisa berkomunikasi melalui internet denganku. ternyata orang asingpun bisa. setengah heran bercampur gembira, kubuka email itu. aku dikirimi email oleh orang bule! *wong ndeso jadi agak katrok*

isinya begitu membuatku terkejut. email berbahasa inggris itu mengabarkan jika aku adalah salah satu pemenang undian yang dipilih secara acak dari jutaan alamat email yang terdaftar secara otomatis dari seluruh dunia. hadiahnyapun tak tanggung-tanggung. nilainya mencapai ratusan juta dolar amerika yang jika dirupiahkan mungkin nilainya bisa mencapai milyaran. jantungku berpacu lebih cepat. antara kaget, tak percaya, dan gembira bukan main.

wajar saja. pertama kali kerja aku cuma terima gaji sebesar 750 ribu rupiah per bulan. itu sekitar tahun 2000-an, ketika makan di warteg masih sekitar 2000 rupiah seporsinya. tentu saja berita yang dikirim oleh orang tak dikenal lewat emailku itu sungguh kejutan yang sangat luar biasa. betapa beruntungnya aku. dari jutaan alamat email yang diundi, ternyata alamat emailku yang keluar sebagai pemenangnya. dan betapa baiknya dia memberikan tawaran hadiah itu padaku. 



aku yang baru saja mulai menapaki karir dengan gaji minim, hidup masih menyewa rumah petak ukuran sangat sederhana, makan seadanya. namanya juga baru mulai benar-benar bekerja.

tentunya akan butuh waktu yang cukup lama untuk mewujudkan semua mimpi-mimpiku hanya dengan kondisi finansialku saat itu. aku  bermimpi untuk punya rumah. tentunya semua orang juga punya mimpi yang sama, jadi aku tak perlu malu. tak perlu mewah, asal bersih dan nyaman, tapi itupun masih mimpi karena nyatanya aku masih harus membayar uang kontrakan ke ibu kosku sebesar 350 ribu sebulan sekali. 

aku juga bermimpi untuk mempunyai mobil. tak perlu ferrari, asalkan bisa membawaku kesana kemari tanpa takut kehujanan atau kemalaman di jalan kukira sudah cukup membuatku senang. itupun belum terjadi karena nyatanya aku masih menunggu bis jemputan kantor tiap pagi, yang kalau terlambat sedikit atau terlewat, terpaksa aku naik ojek disambung angkot. 

akupun punya mimpi untuk bisa terbang keluar negeri. boro-boro keluar negeri, keluar dari pulau jawapun aku belum pernah. uang demikian terbatasnya dalam hidupku hingga kadang-kadang pemenuhan kebutuhan hidup hanya diprioritaskan untuk tuntutan kebutuhan primer dan sekunder saja. keluar kota, keluar pulau atau keluar negeri masuk menjadi kebutuhan tersier bagiku. prioritasnya mungkin yang paling akhir sehingga belum pernah terwujudkan.

dengan jumlah hadiah yang dijanjikan oleh si pengirim email tadi, coba bayangkan apa yang bisa aku wujudkan dari semua mimpi-mimpiku.

aku akan beli rumah mewah, mobil mewah, jalan-jalan keluar negeri, membahagiakan orangtuaku, membantu sekolah adik-adikku, dan sisanya, untuk foya-foya. alangkah indahnya hidup. tak perlu lagi susah-susah bekerja, tak perlu lagi naik ojek atau angkot, kehujanan dan kedinginan jika kemalaman di jalan, tak perlu lagi bersusah-susah mengumpulkan uang dan menabung sedikit demi sedikit tapi tak juga jadi kaya.

dengan antusias, akupun mulai membaca email tersebut dengan seksama. harus pelan-pelan membacanya karena bahasa inggris tak bisa dengan mudahnya kumengerti. kubaca lagi dan kubaca lagi berulang-ulang sampai aku benar-benar paham apa isi surat yang lumayan panjang itu. kini aku mengerti apa yang harus kulakukan untuk bisa memperoleh hadiah yang sangat banyak jumlahnya itu.

di surat itu disebutkan bahwa aku harus mengisi sebuah formulir, yang menyebutkan namaku, alamat, nomer identitas, nomer telpon yang bisa dihubungi, termasuk nomer rekening bank yang bisa mereka pakai untuk mentransfer uang hadiah yang sangat banyak tadi. dengan semangat 45 ku-donlot formulir itu dan mulai kuisi. di bagian bawah formulir ada keterangan yang menyebutkan mengenai ketentuan penebusan hadiah beserta syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh pemenang agar urusan pemberian hadiah ini bisa segera dituntaskan. 

di situ dijelaskan pula dengan rinci bahwa uang hadiah itu akan terkena pajak karena uang sebesar itu akan dikirimkan lintas negara. akupun manggut-manggut mempelajari tetek-bengek mengenai perpajakan ini seolah-olah paham dan mengerti.

otakku sudah dipenuhi berbagai khayalan tentang bagaimana aku akan membelanjakan uang milyaran itu nanti. aku tersenyum-senyum sendiri. merasa sebagai orang yang paling beruntung sedunia karena baru saja menerima rejeki nomplok, siapa yang tidak bahagia. dari pegawai rendahan tiba-tiba menjadi miliarder! bayangkan saudara-saudara!

kembali kupusatkan perhatianku ke pengisian formulir untuk meng-klaim uang milyaran yang seolah-olah kini telah jadi milikku. aku harus serius, ini urusan penting! sangat penting! kembali kupelajari formulir itu sekali lagi, sendiri. aku belum memberitahu siapa-siapa. aku tak mau ada orang lain yang tahu kalau aku kini sudah menjadi seorang miliarder!

aku juga memutuskan dalam hati kalau hal ini harus dirahasiakan sampai nanti kalau uang itu sudah benar-benar ditransfer, baru aku akan umumkan ke semua orang, kalau perlu ke seluruh dunia mudah-mudahan tidak ada yang sampai terkena serangan jantung karena kaget. membayangkan itu aku lagi-lagi mulai senyum-senyum sendiri.

tapi ada satu ganjalan. urusan pajak ini aku agak kurang mengerti. katanya untuk mendapatkan uang hadiah itu, pajak hadiah harus dibayar di muka. besarnya sih hanya beberapa % saja dari jumlah hadiah. otak matematikaku mulai berhitung. sekian % dari 1 miliar adalah sekitar beberapa puluh juta saja.

hmmm...kalau aku punya uang hadiah itu di tanganku terlebih dulu, pajak sebesar itu tentu nilainya bukan seberapa. bahkan sisanya masih banyak untuk mewujudkan mimpi-mimpiku. 

tapi di formulir tertulis dengan jelas bahwa pajak hadiah harus dibayarkan di muka agar uang hadiah bisa segera dikirimkan ke rekening pemenang.

aduh, kenapa mereka tidak memotong uang pajak dari uang hadiah itu saja ya, kan lebih gampang dan tidak bertele-tele urusannya. atau mungkin memang orang-orang bule ini caranya harus begitu. aku juga tidak tahu. ilmu ekonomi aku tak begitu paham. keluar negeri aku tak pernah. informasi-informasi hanya kuperoleh dari televisi lokal, radio dan majalah. aku awam. jadi memang mungkin aturannya harus begitu dan harus dipatuhi. titik.

lagi-lagi aku memutar otakku. bagaimana aku bisa membayar uang pajak hadiah yang 'hanya' beberapa puluh juta itu sementara uang gajiku setiap bulannya selalu habis untuk bayar sewa rumah petak, makan, bayar ojek, angkot dan kebutuhan ini itu. sungguh besar nilai uang bagiku. tapi kalau aku bisa menebus uang pajak ini, aku akan memiliki uang banyak sekali! jadi bingung...

tak berapa lama kemudian akupun merasa telah menemukan jalan keluar dari masalahku tadi. menurutku, pastilah si pengirim email itu seorang profesional yang berkantor di eropa, berdasi dan berjas bagus seperti film-film di televisi.

pastinya ia bekerja di kantor yang nama dan alamatnya menjadi kop surat yang dia kirimkan ke alamat emailku. kantor itu pastinya sangat sibuk mengurusi bermacam-macam pemenang dari berbagai undian di seluruh dunia dan sibuk mengirimkan hadiah-hadiah uang dari sponsor perusahaan-perusahaan besar dan ternama. kenapa aku tidak mencoba bernegosiasi saja dengan kantor itu?

dan lagi orang-orang ini pastilah orang-orang yang sangat penting dan sering diwawancarai oleh televisi dan sering masuk koran di negaranya. kupikir tak ada salahnya kalau aku mencoba bernegosiasi karena aku memang tak tahu harus mendapat uang tebusan pajak itu dari mana.

otakku buntu. orangtuaku tak kaya. saudara-saudaraku sama saja. teman-temanku juga seperjuangan.

coba kalau aku punya teman artis, aku mungkin bisa meminjam uang tebusan itu dari mereka. hanya pinjam beberapa hari saja, sampai uang hadiahku kuterima. pasti hutangku akan segera kukembalikan. aku cukup jujur untuk urusan-urusan seperti itu. aku terbiasa miskin dan tak punya uang, jadi kebutuhan hidupku juga sedikit dan tak terlalu macam-macam.

enaknya hidup berkekurangan memang di situ. kita terbiasa tak butuh apa-apa. jadi merasa kaya kalau ada sisa uang sedikit saja. padahal mungkin tas kerja yang sudah agak sobek perlu diganti tapi mental orang miskin itu selalu berpikir kalau masih bisa dipakai kenapa harus dibuang? hingga melihat tas baru dipajang di mall tak membuatku lantas berpikir bahwa aku butuh tas itu.

tapi hidupku akan berubah sebentar lagi, aku bisa merasakannya. bayangkan dengan uang miliaran itu, aku bisa membeli apa saja bahkan barang-barang yang mungkin tidak kubutuhkan. mungkin di situlah enaknya jadi orang kaya. yang tak dibutuhkan saja bisa dimiliki. aku jadi berangan-angan, ah betapa senangnya. 

tapi aku masih perlu menyediakan uang tebusan itu untuk benar-benar mewujudkan semua mimpiku.

kembali kutatap alamat si pengirim yang dengan rapi tertera di bawah surat yang sudah membuatku gembira selama 2 jam terakhir ini, dan membuatku melayang ke atas awan dengan semua mimpi-mimpiku yang akan terwujud sebentar lagi. ada nomer telepon di sana. ada nomer fax pula, lengkap dengan alamat email si pengirim dan nama perusahaan tempat ia bekerja. mereka terlihat sungguh sangat profesional.

tiba-tiba aku ada akal. kenapa tidak kutelpon saja ya. sesaat aku bimbang. ah aku mana bisa ngomong bahasa inggris di telepon. belepotan, dia malah bingung nanti. lagipula telpon ke luar negeri kan mahal biayanya. bisa-bisa kena pecat aku kalau pakai telpon kantor.

tapi uang miliaran itu kembali memanggilku! 

akupun nekat. kuangkat gagang telepon di atas meja kerjaku. sambil deg-degan, kupencet satu persatu kode negara dan nomor tujuan si pengirim yang tertera dengan rapi di bagian bawah email tadi. o ya ternyata perusahaan ini ada di negeri belanda! aku sempat mengecek kode negaranya.

terdengar nada dering di sebelah sana.

jantungku berdetak semakin kencang. aduh, nanti kalau diangkat harus bicara apa ya. "hello" tentu saja semua orang juga tahu itu. setelah "hello" apalagi ya. "may i speak to mr x, please?" seperti yang dulu aku pelajari ketika kursus bahasa inggris.

tapi kalau si penerima bahasa inggris cepat seperti di film-film apa aku bisa mengerti ya. pikiran-pikiran itu berkelebat dan berkecamuk di otakku sementara di seberang sana nada dering terus terdengar. hmmm...apa kantornya sudah tutup ya? pikirku. mungkin aku harus mencoba lagi besok pagi? belum selesai aku berpikir, tiba-tiba terdengar gagang telepon diangkat!

aku tersentak dari lamunanku, lalu dengan sekenanya "hello, may i speak to mr X please?"

tak kusangka, seorang wanita menjawab telponku. ah mungkin sekretarisnya. orang penting kan selalu punya sekretaris. dan dia menjawab "%£%$*&(£_)_*". 

dahiku mengkerut "eh?" sepertinya dia menjawab dengan bahasa belanda. lha...mana mengerti aku? tak menyerah begitu saja karena uang miliaran itu melambai-lambai lagi memanggilku, kucoba lagi kali ini agak pelan, meski aku tahu pasti jantungku berdetak semakin cepat. "may i speak to mr X, please?"

agak lama dia menjawab, kali ini tampaknya dia mengerti dan menjawab singkat "oh, okay. moment". lalu gagang telpon diletakkan begitu saja karena aku mendengar suara "jedhug".

lalu samar-samar dengan agak janggal kudengar suara wanita itu memanggil-manggil nama seseorang, tapi tak kudengar suara selayaknya kantor atau ada orang lain di dekat telpon itu. dan sepertinya cara ia memanggil nama si mr X terdengar agak kasar menurutku, seperti seorang ibu yang membangunkan anaknya yang pemalas dari tidurnya. aku tak tahu apa yang terjadi di seberang sana, jadi aku hanya menunggu dengan was-was.

tak lama, gagang telpon terangkat lagi. kali ini suara laki-laki yang terdengar. aku mencoba bicara lagi "hello". dia menjawab "ya, hello". eh? dahiku berkerut lagi. kenapa dia seperti baru saja bangun tidur ya? dan dari nada suaranya sepertinya dia terdengar agak marah. apa karena baru dibangunkan dari mimpi indahnya? tapi bukankah ini nomer telpon kantornya mr X yang kerja di perusahaan yang mengirimkan hadiah undian itu? otakku berpacu.

"oh eh...I am calling you to discuss about the lottery that I won. you sent me email that I have won the money".

tiba-tiba suaranya berubah menjadi berwibawa "oh yes! you are the winnner! congratulations! what can i do to help you?" dahiku berkerut lagi karena perubahan nada suara yang tiba-tiba.

"ehmm eh...i would like to discuss about the tax payment you required in the form"

"oh yes yes...you have to make the payment first, you understand that yea?"

"ehmm yes" kataku pasti "but, i dont have that amount of money right now. so I am wondering would it be possible to deduct the amount for the tax money from my prize?"

dia diam sejenak lalu "oh I am sorry madame, but you can't. you see, my company can not do that, because the winner money has nothing to do with the tax. so you still have to pay the tax in advance and separately before we can claim the prize money and send it to your account" panjang lebar dia mencoba menjelaskan dengan bahasa inggris yang beraksen aneh.

aku memberanikan diri bertanya pertanyaan yang sudah kupikir-pikir beberapa saat yang lalu "what happen if i do not send you anything?"

dia jawab "well, then you can not get the winning money, as simple as that"

aku diam saja dan memutar otak. belum sempat aku menjawab, dia berkata lagi "or, you can actually pay any amount first to show your good intention to claim your price, but you still have to pay the whole tax eventually"

wah, ini yang kutunggu-tunggu, ternyata bisa dinego! "how much do you think I can send for the initial payment and secure my winning money?"

"normally people pay about 700 to 1000 euro" katanya mantap.

otakku berpikir keras, berputar lebih cepat dari biasanya, mengulang-ulang semua runtutan kejadian yang kualami hari itu, dan tiba-tiba aku merasa tidak gembira lagi. tiba-tiba aku merasa tidak kaya lagi. tiba-tiba aku tidak mau semua mimpi-mimpi itu lagi. tiba-tiba aku merasa tidak nyaman. semua ini tiba-tiba menjadi aneh di pikiranku.

"hello, are you still there? what would you say?" suara di seberang telepon membuyarkan lamunanku dan kali ini seperti terdengar tidak sabaran. aku tersentak dan menjawab sekenanya "uhmmm oh, okay, if that is the rule, then I will send that amount. thank you for your help". 

"all right then, everything's okay now. congratulations again! send the money and let me know via email. then I will take care of the rest to proceed your lottery money for you" katanya gembira.

aku tidak menjawab. telpon kututup. dan aku menatap tembok kosong tapi pikiranku melaju kencang 200 km per jam. otakku dipenuhi banyak sekali pertanyaan.

kenapa kantornya terdengar seperti rumah? kenapa suara sekretarisnya terdengar kasar? kenapa ia begitu gusar ketika aku sampaikan kalau aku tak bisa membayar uang pajak yang disyaratkan? kenapa ia dengan mudahnya mengajukan tawaran untuk membantuku dan memperbolehkan aku untuk mentransfer hanya 700 euro? kenapa ia terdengar begitu gembira ketika aku menyanggupinya? kenapa aku menjadi tak tertarik lagi dengan uang miliaran itu? kenapa aku kehilangan gairah untuk menjadi kaya? kenapa aku malah jadi curiga?

kutatap lagi formulir yang sudah kuisi setengahnya. kuhela napas panjang dan kututup file di layar komputer itu tanpa menyimpannya terlebih dahulu. kembali kubaca email yang telah membuatku melambung tinggi di awan dan bermimpi menjadi miliarder selama beberapa jam terakhir ini. lalu dengan mantap kupencet ikon delete.

sepertinya sesuatu telah menyadarkanku. aku kini mengerti. siapapun mr x itu, ia telah berusaha mencoba mengambil uangku entah berapa jumlahnya yang sedianya akan kukirimkan sebagai pembayaran di muka untuk menebus hadiah miliaran yang sangat mungkin kenyataannya tak pernah ada.

mr x tidak bekerja di kantor yang beralamat di kop suratnya. meski mungkin alamat itu benar-benar ada, aku yakin tak ada sangkut pautnya dengan pemberian hadiah uang dengan cuma-cuma. tiba-tiba semua kelihatan jelas bagiku dan sangat tidak masuk di akal.

aku memang tak pernah keluar negeri, tapi aku tak nyaman mengirimkan uang ke orang yang tak kukenal sama sekali meski dengan iming-iming hadiah yang besarnya berlipat ganda. sekretaris mr x yang bersuara kasar tadi bisa jadi memang ibunya mr x yang membangunkan anak laki-lakinya yang pemalas. 

untunglah aku menelepon di saat yang tepat, saat mr x sedang tidur. kalau ia tidak tidur, mungkin ia bisa lebih meyakinkanku seolah-olah ia memang bekerja di perusahaan loteri itu. sebuah kebetulan? mungkin saja.

di balik kejadian ini, aku justru belajar banyak. aku lebih percaya kepada naluri dan akal sehatku. takkan mungkin tiba-tiba ada uang jatuh dari langit, tanpa kita berpartisipasi dalam undian apapun. takkan mungkin seseorang yang tak kita kenal tiba-tiba memberikan uang sedemikian besarnya. takkan mungkin sebuah perusahaan asing menawarkan undian berhadiah dengan pemenang warga negara lain yang tidak tahu apa-apa.

semua serba tidak masuk di akal.

selang 3 jam setelah kejadian ini, aku sibuk berselancar di dunia maya dan mendapati demikian banyaknya cerita penipuan dengan modus operandi serupa. di awal-awal tahun 2000-an, di saat internet mulai makin banyak pemakainya, orang-orang jahatpun mulai memanfaatkan untuk kepentingan pribadi mereka.

berhari-hari setelah kejadian itu, aku masih disibukkan dengan meneliti dan membaca berbagai  tulisan di dunia maya mengenai kejahatan di internet. aku semakin tahu dan semakin menyadari, betapa banyak orang tega menipu dan berbuat apa saja dengan segala cara demi uang, tanpa mau bekerja keras. menipu dengan menikmati uang hasil jerih payah orang lain. sungguh hina.

tapi apa mau dikata. dunia bukan di tangan kita.

kemajuan teknologi internet demikian pesatnya. tak ada lagi batasan negara atau kota. orang asing bisa dengan bebasnya memasuki ranah pribadi hidup kita, tanpa ijin dan tanpa kita sadari.

betapa rapuhnya ranah keamanan identitas dan proteksi diri dari orang-orang tak bertanggung jawab dan hanya berniat untuk menipu ini. jika tak ada tameng pengetahuan, pengalaman dan akal sehat, pastilah bisa terperdaya dengan mudahnya. dan sedihnya ternyata sudah banyak sekali korban penipuan dengan cara seperti ini.

kejadian yang kualamipun ternyata bukan satu-satunya cara.

kini telah 10 tahun berlalu sejak aku mengalami sendiri kejadian aneh dalam hidupku itu. banyak hal telah kupelajari dari waktu ke waktu. hampir setiap hari sejak tahun 2000 yang lalu, semakin banyak email-email asing yang masuk ke akun-ku yang juga mengabarkan kalau aku menang ini itu. bedanya kini aku tahu kalau email sejenis itulah yang disebut spam atau email sampah. jika isinya bermaksud menipu, penipuan sejenis itu disebut scam.

pengalaman sepuluh tahun yang lalu itu semakin membuat aku memahami pentingnya kendali diri.

aku semakin sadar, tidak ada keberhasilan yang instan. jika ingin hidup, ya harus bekerja. jika ingin hidup lebih baik, ya harus bekerja lebih keras, bukan hanya mengantungkan angan-angan dan harapan semu.

kesuksesan, keberhasilan termasuk kekayaan harus diusahakan dan tak pernah datang tiba-tiba, apapun janji-janji manis yang datang bersamanya. karena di balik janji manis itu pasti ada yang berbisa. hati-hati dan tetap waspada!

because if it is too good to be true, it probably isn't!

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...