kemarin aku ke pusat kota, mengantarkan dua orang teman yang mengunjungi kami untuk berakhir pekan. dalam perjalanan pulang, suamiku menelpon dan minta dibelikan gula dan mentega karena stok di rumah sudah habis. kamipun lalu mampir ke sainsbury, sebuah supermarket yang tersebar di berbagai kota dan cabang ukuran besar dan kecilnya ada di mana-mana. kebetulan aku juga perlu membeli santan kelapa kaleng untuk masak sore itu. hanya tiga barang yang aku perlu.
karena sudah sore, aku dan kedua temanku terburu-buru memasuki supermarket dan menyebar untuk mencari ketiga barang yang kubutuhkan tadi. hanya butuh waktu kurang dari dua menit, ketiga barang itupun kami temukan. lalu akupun menuju kasir, namun antrian untuk membayar di kasir sore itu membuatku jengah meski yang antri cuma ada dua orang. bukan karena malas antri, tapi kami bertiga memang diburu waktu.
untungnya hampir semua supermarket besar di sini mempunyai self-service check-out. artinya untuk membayar barang yang kita beli, kita harus menjadi kasir untuk diri kita sendiri. ada beberapa mesin yang diletakkan berderet-deret dan bisa digunakan oleh pembeli yang ingin membayar dengan cara ini. akupun menuju ke salah satu mesin itu. dengan fasilitas layar sentuh, aku mulai men-scan barcode barang-barang yang kubeli satu per satu.
karena hanya tiga jenis, dalam sekejap akupun selesai dan siap untuk membayar harga yang tertera di layar. kumasukkan selembar uang kertas ke mesin, tak lama uang receh kembalian pun meluncur keluar dari mesin dan struk pembelian dicetak. kuambil receh kembalian, kutarik struk, kumasukkan ketiga barang tadi ke tas jinjing yang kubawa dari tadi, lalu kamipun melenggang keluar dari toko itu. tak lebih dari 5 menit kami berbelanja dan seluruh proses sudah selesai.
demikian cepatnya, tak perlu antri, tak perlu kasir, tak perlu lama.
sekarang aku sudah terbiasa dengan cara belanja seperti ini meski dulu-dulu awalnya sempat merasa kurang nyaman. saat melenggang keluar dari toko tanpa membayar belanjaan kepada seseorang yang berwujud manusia tapi kepada sebuah mesin, ada perasaan seperti baru saja mengambil tanpa ijin atau mencuri. seolah-olah aku masih merasa harus 'laporan' ke kasir apa-apa yang aku beli dan aku harus bayar, bukan ke sebuah mesin. bagaimana mereka tahu kalau aku hanya beli tiga jenis barang, bukan empat? bagaimana mereka memastikan aku men-scan semua barang-barangku dan tak ada yang tertinggal satupun? apakah perlengkapan sekuriti di toko itu bisa dengan pasti menangkap pembeli yang sengaja tidak membayar?
kepercayaan adalah jawabannya.
menerapkan sistem pembayaran otomatis dengan kasir sebuah mesin itu mungkin hanya bisa diterapkan di negara yang tingkat kepercayaan masyarakatnya sudah lumayan tinggi. apa yang menjadi hak dan kewajiban individu sudah jelas, meski tanpa seorang pengawas. toko-toko atau penjual sudah percaya bahwa semua pembeli sadar akan kewajibannya. saat kita memutuskan untuk membeli sebuah barang menjadikan kita berkewajiban untuk membayarnya. tanpa dimintapun kita harus tahu itu. tanpa diawasipun kita harus sadar bahwa kita harus membayar.
tak heran jika sering ditemui penjual-penjual kecil yang menjajakan barang dagangannya di depan rumah atau di pinggir jalan dengan hanya meletakkan sebuah kotak untuk tempat pembayaran dan tempat memasukkan uang. tidak perlu ditunggui. tidak perlu diawasi. tidak ada penjualnya. siapapun bisa memilih barang yang akan dibeli, lalu kesadaran si pembeli akan kewajiban untuk membayar yang memang sudah dimiliki masyarakat akan mengakhiri transaksi tersebut dengan memasukkan uang seharga barang yang diambil ke dalam kotak. pembelipun bebas pergi.
bayangkan jika sistem ini diterapkan di negara yang tingkat kesadaran dan kepercayaan masyarakatnya masih rendah. diawasipun masih ada saja yang berusaha mencuri. apalagi tanpa pengawasan sama sekali. yang tadinya jujurpun tergoda untuk menjadi maling. yang tadinya berniat baik sekalipun tergoda untuk berbuat jahat. kadang-kadang manusia mudah lupa, untuk berbuat baik dan benar dalam hidup tidak harus diawasi oleh sesama manusia. selalu ada sang pengawas di atas sana.
ah... seandainya manusia tak pernah alpa......
ah... seandainya manusia tak pernah alpa......
No comments:
Post a Comment