pernahkah merasa kalau kita sekarang kurang nyambung lagi ketika ngobrol dengan teman yang dulunya dekat, atau saudara dekat atau saudara jauh kita sendiri yang sudah lama tidak bertemu? pernahkah merasa kita kurang mengenal mereka lagi? aku sering merasa seperti itu. entah karena aku yang terlalu jauh berubah, atau mereka yang berubah, atau dunia juga ikut berubah?
setiap orang berubah, bahkan orang-orang terdekat kita sekalipun yang kita rasa sudah kenal baik, tetap saja membuat kita terkaget-kaget dengan perubahan yang terjadi dalam hidup mereka. wajar saja sebenarnya, setiap manusia berhak mengambil setiap keputusan yang dirasa paling baik dalam hidupnya. sayangnya keputusan yang diambil kadang-kadang tidak lagi sejalan dengan keputusan yang kita ambil saat kita dihadapkan pada persimpangan yang sama. akibatnya, lambat laun arah, tujuan hidup, keinginan, selera dan gaya hidup kita menyimpang dari arah yang orang lain tempuh.
tidak ada arah tertentu yang lebih baik dari yang lain. setiap individu mempunyai kekuasaan penuh atas hidupnya untuk menuju ke arah yang ia yakini paling baik. jikapun arah tersebut berbeda atau bahkan berseberangan dengan kita, itupun bukan masalah.
yang bermasalah justru karena kita dulunya begitu dekat dengan mereka dan mengamini segala sesuatu dengan opini yang tak jauh berbeda, tapi kini berseberangan. dalam pertemanan, terkadang secara tidak sadar, kita selalu memutuskan untuk berada di antara orang-orang yang sejiwa (orang bilang 'klik') atau berpandangan serupa tentang banyak hal. kita merasa nyaman berada di tengah-tengah mereka yang mengerti kita.
sedangkan teman-teman dari masa lalu yang mau tak mau harus berpisah jarak, pelan-pelan menemukan teman-teman baru yang lebih sejiwa dengan mereka. gesekan-gesekan kehidupan lambat laun tapi pasti membentuk pribadi dan karakter seseorang hingga saat kita kembali bertemu mereka, seakan-akan kita tak kenal lagi. 'klik' itu tiba-tiba hilang. lebih seringnya obrolan dilakukan hanya untuk menjaga kesopanan saja, bukan karena 'klik' tadi.
lalu bagaimana kalau itu saudara sendiri? dulu sewaktu kecil kita hidup satu rumah di bawah satu atap dan satu aturan rejim, orangtua kita. begitu dewasa, masing-masing mencari dan menemukan jalan hidupnya sendiri-sendiri. nasib membawa mereka pergi satu persatu mengarungi jalan hidup yang telah digariskan. nasib pula yang kemudian membentuk jiwa, pribadi, karakter dan cara berpikir mereka. akupun mengalami hal yang sama.
ketika tiba waktunya berkumpul kembali, seringkali siapa yang dulunya kita pikir sungguh kita kenal baik, ternyata telah berubah, sangat berubah. apakah mereka juga mempunyai pikiran yang sama terhadap diriku?
mungkin saja....
tidak ada arah tertentu yang lebih baik dari yang lain. setiap individu mempunyai kekuasaan penuh atas hidupnya untuk menuju ke arah yang ia yakini paling baik. jikapun arah tersebut berbeda atau bahkan berseberangan dengan kita, itupun bukan masalah.
yang bermasalah justru karena kita dulunya begitu dekat dengan mereka dan mengamini segala sesuatu dengan opini yang tak jauh berbeda, tapi kini berseberangan. dalam pertemanan, terkadang secara tidak sadar, kita selalu memutuskan untuk berada di antara orang-orang yang sejiwa (orang bilang 'klik') atau berpandangan serupa tentang banyak hal. kita merasa nyaman berada di tengah-tengah mereka yang mengerti kita.
sedangkan teman-teman dari masa lalu yang mau tak mau harus berpisah jarak, pelan-pelan menemukan teman-teman baru yang lebih sejiwa dengan mereka. gesekan-gesekan kehidupan lambat laun tapi pasti membentuk pribadi dan karakter seseorang hingga saat kita kembali bertemu mereka, seakan-akan kita tak kenal lagi. 'klik' itu tiba-tiba hilang. lebih seringnya obrolan dilakukan hanya untuk menjaga kesopanan saja, bukan karena 'klik' tadi.
lalu bagaimana kalau itu saudara sendiri? dulu sewaktu kecil kita hidup satu rumah di bawah satu atap dan satu aturan rejim, orangtua kita. begitu dewasa, masing-masing mencari dan menemukan jalan hidupnya sendiri-sendiri. nasib membawa mereka pergi satu persatu mengarungi jalan hidup yang telah digariskan. nasib pula yang kemudian membentuk jiwa, pribadi, karakter dan cara berpikir mereka. akupun mengalami hal yang sama.
ketika tiba waktunya berkumpul kembali, seringkali siapa yang dulunya kita pikir sungguh kita kenal baik, ternyata telah berubah, sangat berubah. apakah mereka juga mempunyai pikiran yang sama terhadap diriku?
mungkin saja....
No comments:
Post a Comment