tiga bulan yang lalu, di kantorku ada pegawai baru. muda, cantik, rambutnya pirang dan orangnya ramah. seperti di manapun kantor pada umumnya, kalau ada yang baru-baru pasti jadi bahan perhatian. maklum, sudah bosan dengan yang lama dan karatan. aku juga menyukai pegawai baru yang satu ini, renyah, menawan, dan murah senyum. enak dilihat deh pokoknya.
tapi belakangan ini aku melihat sisi lain dari dirinya. entah karena salah kostum, atau memang tubuhnya yang pelan-pelan berubah, aku baru menyadari kalau ternyata bagian wilayah perut si mbak cantik ini kok agak membuncit ya. bukan hamil pastinya, karena kehamilan di sini bukan sesuatu yang harus ditutupi atau dirahasiakan. bahkan biasanya kehamilan selalu diumumkan dan dirayakan. entah si wanita bergelar miss, ms ataupun mrs, entah si wanita single, menikah, atau janda. kehamilan adalah kebahagiaan. begitulah.
nah, kalau bukan hamil, pastinya kebuncitan ini disebabkan oleh apalagi kalau bukan minuman beralkohol. sudah bukan rahasia lagi, di negeri barat, pria wanita, tua muda, tentunya yang termasuk umur legal untuk mengkonsumsi minuman beralkohol, menjadikan ini sebagai sebuah tradisi sosial. sebuah pertemuan, acara berkumpul, pesta, atau perayaan, tak lepas dari tersedianya bir, anggur, champagne, atau minuman yang berpotensi memabukkan lainnya.
sah-sah saja, selain karena tradisi turun temurun beribu tahun sejak jaman nenek moyang mereka, mabuk tidaknya pengkonsumsi alkohol kan juga tergantung pada porsi minumnya, dan tentunya tergantung pada ketahanan tubuh masing-masing individu terhadap pengaruh alkohol yang tentunya beda-beda per orangnya.
terlepas dari hukum islam yang mengkategorikan alkohol sebagai barang haram, di negeri di mana mayoritas penduduknya adalah penganut kebebasan universal, mengkonsumsi alkohol lebih menjadi sebuah cara untuk bertahan hidup pada jaman dulu karena alkohol membunuh bakteri di minuman, yang akhirnya kini menjadi sebuah budaya.
terlepas dari hukum islam yang mengkategorikan alkohol sebagai barang haram, di negeri di mana mayoritas penduduknya adalah penganut kebebasan universal, mengkonsumsi alkohol lebih menjadi sebuah cara untuk bertahan hidup pada jaman dulu karena alkohol membunuh bakteri di minuman, yang akhirnya kini menjadi sebuah budaya.
namun dengan hidup di tengah-tengah masyarakat yang beda ini, tidak lantas membuatku merasa bebas merdeka dan bisa minum alkohol sepuasnya. meski toh tidak ada yang melarang dan tidak akan ada yang menghujat, bagiku memilih untuk tidak mengkonsumsi alkohol sama halnya dengan memilih untuk tidak menghisap rokok. aku tidak suka alkohol, seperti halnya aku tidak suka pizza atau pecel lele. tanpa alasan, tidak suka saja, titik. bukan semata karena agama atau hal mendasar lainnya.
sering orang salah persepsi mengenai hidup di negeri barat. mentang-mentang karena lebih bebas dibanding di negeri sendiri, serta merta mereka mulai mengkonsumsi barang-barang yang tadinya tak mudah ditemukan atau dinikmati di negeri sendiri. tak masalah sebenarnya, tapi lucu saja melihat orang indonesia yang tidak terbiasa memegang gelas bir atau minum anggur, tiba-tiba mulai ikut-ikutan. kalau diperhatikan juga sepertinya kurang pas dan agak aneh alias wagu :-D
budaya minum inilah yang mungkin menjadi salah satu penyebab wanita dan pria di negeri ini berperut buncit. meski pada pria, kebuncitan perut seringkali dilihat sebagai hal yang wajar. tapi pada wanita, tentunya hal ini berpengaruh pada kecantikan dan penampilan. karena muka yang cantik menjadi kurang menarik lagi jika perutnya terlihat buncit, hanya karena kebanyakan minum bir atau anggur dan tidak pernah berolah raga.
Tapi Mbak-ku sayang itu di Inggris..coba ke Prancis ga buncit2 cewenya padahal rajin minum wine...hehehe...
ReplyDeleteDi Indo banyak yg badannya sekecil aku perutnya buncit loohhh...klo menurutku sih itu karena pola makan...ga semata2 karena alkohol yg menyebabkan beer belly...=)
ya memang ga semua lah say :-p makanya ditulisnya salah satu penyebab, hihihi... yg minum ga buncit pasti ada, yg ga minum tetep buncit juga ada hahaha
ReplyDelete