seperti pernah kujanjikan pada postingan berjudul kebunku terdahulu, kali ini aku akan cerita mengenai arbour atau rumah-rumahan yang diletakkan di kebun yang biasanya fungsinya untuk mempercantik dan juga untuk area istirahat atau duduk-duduk santai. salah seorang temanku yang menulis komen di postingan terdahulu menyebutnya gazebo, meski sebenarnya kategori gazebo lebih ke bentuk rumah-rumahan kebun yang agak besar dan dibangun lebih permanen. sementara arbour, lebih ke rumah-rumahan kecil, atau lebih mirip bangku taman untuk tempat duduk tapi beratap, dan sifatnya tidak permanen, alias bisa dipindah-pindah letaknya dengan mudah.
arbour yang sekarang ini terpasang di kebunku konsepnya semi-permanen karena sebenarnya ia hanya diletakkan pada landasan lantai beton saja, tidak dipaku atau dibaut dengan apapun. sepertinya posisinya pun tidak akan kupindah-pindah karena area kebun yang terbatas dan tak seberapa luas.
arbour-ku punya cerita unik tersendiri.
seperti halnya barang-barang yang terbuat dari kayu gelondongan, bukan triplek atau kayu olahan dari partikel gergaji yang dilapis kulit kayu palsu (atau yang disebut veneer), harga sebuah arbour bisa sangat mahal. alasan pertama adalah karena bahannya yang memang rata-rata berupa kayu gelondongan atau padat tadi. kayu padat selalu menjadi bahan pilihan utama untuk membuat perabotan yang akan digunakan atau diletakkan di luar rumah seperti kebun, jalan raya, atau tempat terbuka lainnya. tentunya bahan lain seperti besi, baja tahan karat atau sering disebut stainless steel juga bisa digunakan dan harganya lebih murah. tapi dari segi estetika atau kecantikan, bahan kayu selalu lebih unggul. kayu bisa dipahat, diukir, dibentuk dan dihias dengan mudah, dibanding bahan buatan seperti besi tadi.
sayangnya bahan kayu memang mahal. selain karena suplainya terbatas dan tentunya kita tidak ingin menebang hutan terus-menerus serta merusak alam, juga karena bahan kayu terlihat lebih elegan dibanding besi. tapi kenapa harus kayu utuh atau padat yang harganya tentunya cukup mahal? karena untuk perabotan luar rumah, hanya bahan yang tahan cuaca saja yang bisa dipakai. jika kita amati, perabotan rumah tangga seperti lemari baju, sofa, rak buku dll, rata-rata kini terbuat dari bahan kayu olahan yang jauh lebih murah. kayu olahan seperti partikel memang lebih murah dibanding dengan kayu padat karena diolah dari kayu bekas gergajian. sementara kayu lapis juga murah karena bisa diselipi atau bahannya bisa diselang-seling untuk mengurangi biaya produksi.
sayangnya hampir semua jenis kayu olahan tidak tahan cuaca. coba saja kalian letakkan lemari baju kalian yang berbahan partikel itu di luar rumah barang sehari saja, pasti besoknya lapisan-lapisan yang direkatkan dengan lem akan mulai menggelembung dan mengelupas. kayu lapis juga tidak tahan cuaca karena bahan-bahan yang digunakan pada proses pelapisannya memang tidak diperuntukkan untuk pemakaian luar rumah. jadi bisa saja perabotan rumah kita yang terlihat bagus dan cantik itu harganya sebenarnya jauh lebih murah dibandingkan dengan pagar jalan tol yang terlihat jelek dan kusam tapi terbuat dari kayu padat. idealnya sih memang perabotan rumah tangga juga terbuat dari kayu padat. namun konsekuensi lingkungannya sangat-sangat luar biasa, karena satu perabot berkayu padat bisa berarti hilangnya 2-3 buah pohon di hutan. jadi selain mahal, perabotan berkayu padat juga tidak ramah lingkungan.
alasan kedua kenapa harga arbour mahal, adalah karena proses pembuatannya di dalam negeri (inggris) alias tidak diimpor dari negara lain yang bisa memproduksi dengan biaya lebih rendah. inggris adalah salah satu negara dengan pendapatan per kapita yang cukup tinggi. artinya, upah buruh di sini per jamnya sangat mahal. jadi produk dalam negeri memang harganya selangit, dibandingkan dengan produk impor. arbour diproduksi di dalam negeri dengan alasan karena ukurannya yang cukup besar dan bukan sejenis perabotan rumah tangga yang bisa dilipat dan didirikan dengan memasang baut dan sekrup seperti halnya lemari baju atau jenis perabotan rumah lainnya.
kalau memang mahal, memang mahalnya seberapa sih?
ambil contoh sebuah arbour yang paling murah berbahan kayu ringan, agak jelek dilihatnya, harganya sekitar 1 jutaan. ga percaya? ini dia fotonya, dan lihat harganya di sini.
kalau mau yang agak cantik dan bagus, paling ga perlu merogoh kocek 2 jutaan atau lebih. contohnya seperti gambar ini. cek harga di sini.
nah, kalau mau yang bagus banget? arbour ini harganya mencapai 15 juta rupiah, dan 'hanya' terlihat seperti foto berikut ini. cantik sih, tapi menghabiskan uang sebesar itu untuk kebun? hehe mikir-mikir dulu lah.
gimana? geleng-geleng kepala kan? tiket pulang pergi jakarta-london juga sekitaran 10 jutaan. kenapa harga rumah-rumahan harus sama bahkan lebih mahal dari tiket pesawat pulang kampung? itu yang terkadang membuat aku gemes.
tapi dari dulu aku memang ingin punya arbour di kebun. kalau sedang jalan-jalan ke garden center (seperti supermarket besar tapi hanya berjualan barang-barang yang berhubungan dengan aktivitas berkebun) aku selalu tertarik untuk melihat-lihat arbour yang dipajang di sana. sepertinya enak kalau ada arbour di kebun. pas musim panas bisa duduk-duduk santai sambil baca buku dan menikmati pemandangan bunga-bunga musim panas yang bermekaran. bisa saja sih sebenarnya duduk di rumput, atau bawa kursi dari dalam rumah ke kebun. tapi kan ga seru! di mana jiwa senimu?! *halah* :-D
jadi begitulah, keinginan untuk mempunyai arbour itupun akhirnya terkabulkan tanpa sengaja. lho koq tanpa disengaja? jadi ceritanya karena harga arbour yang mahal itu, aku agak pesimis juga kalau aku akan sampai pada titik kerelaan dan keikhlasan penuh untuk melepaskan uang sebesar itu untuk membeli sebuah arbour. hingga suatu hari ketika kami melihat-lihat arbour yang dipajang di garden center, tanpa sengaja kakiku melangkah terlalu jauh melanglang buana sampai ke bagian pojok paling belakang dari halaman garden center yang sangat luas itu.
biasanya sih ga sampai jauh-jauh karena yang dipajang di bagian belakang rata-rata barang-barang yang tidak laku atau sudah terlalu lama dan usang. jarang ada pembeli yang tertarik untuk 'nyusup-nyusup' sampai ke sana. lha kebetulan aku koq ya iseng waktu itu. di salah satu pojok, terlihat sebuah arbour yang kondisinya lumayan mengenaskan. berdirinya sudah agak miring mirip menara condong di kota pisa italia. bagian belakang yang ditempelkan ke tembok sudah mulai ditumbuhi lumut. karena kayu-kayunya tidak pernah dicat, warnanya sudah berubah karena tempaan panas, hujan dan salju yang entah sudah menerpa arbour ini sejak kapan dan sudah berapa musim yang lalu.
sekilas, arbour ini memang terlihat mengenaskan dan siap dipotong-potong untuk dijadikan kayu bakar!
tapi ada satu hal yang membuatku tertarik. bentuk atapnya yang mirip rumah-rumahan gaya jepang atau cina, dan bahan kayunya yang meski terlihat uzur tapi masih padat dan kokoh. dan yang paling penting, karena tampang jeleknya ini, harga si arbour didiskon hampir 60-70% dari harga awalnya yang sekitaran 5 jutaan! blink-blink... otakku langsung tersenyum gembira melihat harga diskon ini. namanya juga perempuan! :-p
jadi hanya dengan harga 2 jutaan si arbour ini bisa dimiliki. wah, otakku pun lantas berpacu melaju dan berpikir keras meski tak selalu harus cerdas. kira-kira bisakah si itik buruk rupa ini diperbaiki dan disulap menjadi itik cantik? insting tukang-kupun mulai mereka-reka, kira-kira kalau ini dipotong, itu digergaji, ini dipasang lagi, itu dicat, bagaimana hasil akhirnya ya?
singkat cerita, meski lagi-lagi suamiku yang insting tukangnya lumayan 'tumpul' karena lebih seringnya aku yang ngebor dan memakai palu dan gergaji di rumah, agak kurang setuju, aku nekat saja membeli arbour yang menyedihkan itu. dan bisa diduga, sempat terjadi adu argumen sedikit dengan suami, karena agak susah menjelaskan apa rencanaku dengan arbour jelek ini untuk mengubahnya menjadi cantik, jika orang yang diberikan penjelasan memang kurang begitu paham seluk beluk pertukangan. contohnya seperti ketika aku berusaha menjelaskan bagaimana mengecilkan sebuah baju yang kebesaran, ke teman cewekku yang sama sekali tidak paham seluk beluk persoalan jahit menjahit! begitulah...
singkat cerita, meski lagi-lagi suamiku yang insting tukangnya lumayan 'tumpul' karena lebih seringnya aku yang ngebor dan memakai palu dan gergaji di rumah, agak kurang setuju, aku nekat saja membeli arbour yang menyedihkan itu. dan bisa diduga, sempat terjadi adu argumen sedikit dengan suami, karena agak susah menjelaskan apa rencanaku dengan arbour jelek ini untuk mengubahnya menjadi cantik, jika orang yang diberikan penjelasan memang kurang begitu paham seluk beluk pertukangan. contohnya seperti ketika aku berusaha menjelaskan bagaimana mengecilkan sebuah baju yang kebesaran, ke teman cewekku yang sama sekali tidak paham seluk beluk persoalan jahit menjahit! begitulah...
susah lah pokoknya...
jadi daripada frustasi sendiri, aku akhirnya bilang ke suami: "sudahlah babe" (ciehh biar dibolehin maksudnya). "ga usah khawatir aku salah beli arbour ini, aku yang bayar deh! resiko aku yang tanggung! 100%"! akhirnya seperti biasa iapun ngalah.. eh.. harus ngalah dink karena ga ada pilihan lain hehe...toh dia juga ga kehilangan apa-apa...*evil grin*
seminggu kemudian, si itik buruk rupa arbour jelek itupun terkirim ke rumah.
dua minggu berikutnya, aku disibukkan dengan aktivitas mengamplas, menggergaji, mengecat, memotong, menyekrup, mengebor, mengangkat, dan tak lupa ngomel-ngomel karena kecapean. suamiku kularang membantu karena dari sononya, aku tak suka ditemani kalau sedang sibuk kerja kecuali kalau ia siap jadi asisten penuh yang hanya melaksanakan instruksiku tanpa berdebat atau bertanya kenapa begini kenapa begitu, kenapa harus begini dan tidak begitu. pada intinya aku malas berdebat, jadi lebih baik tidak ada asisten sama sekali alias kerja sendiri di garasi depan rumah. dan lagi, aku perlu suamiku untuk stand by di rumah agar selalu ada yang siap masak kalau aku lapar, win-win solution :-)
mungkin orang berpikir aku ini makhluk aneh. dulu sewaktu masih kuliah, aku juga jarang mau ditemani kalau pergi travelling. sering aku keliling eropa seorang diri, karena lagi-lagi aku malas berargumen dengan teman seperjalanan karena beda pendapat. semisal aku ingin lihat museum a, teman seperjalananku maunya lihat b. atau aku ingin berlama-lama di kota a, tapi ia ingin segera ke kota b. ujung-ujungnya yang terjadi adalah kita berusaha ikhlas melakukan sesuatu meski kita tidak suka, hanya untuk menjaga perasaan orang lain saja. sungguh situasi yang sangat tidak efisien menurutku. ini opini lho ya, boleh-boleh saja toh.
akhirnya, selang tiga minggu kemudian (karena aku hanya nukang selepas pulang kantor), itik buruk rupa itupun berubah total. setelah dibersihkan, dibongkar, diampelas, dilapis cairan pelindung kayu, disusun ulang lagi, diperpendek kakinya, dan dicat, arbour yang kubeli murah meriah dari pajangan yang terlupakan itupun kini cantik berdiri megah di tengah-tengah kebunku. silakan lihat foto-fotonya di postingan berjudul 'kebunku', atau langsung klik link ini.
aku puas! kerja kerasku terbayar sudah...
suamiku memujiku berkali-kali dan masih tak habis mengerti bagaimana visiku untuk menyulap itik buruk rupa menjadi putri cantik yang pernah kami perdebatkan di garden center bulan lalu, ternyata bukan omong kosong belaka. kini, ia selalu memamerkan hasil kerjaku ke siapapun tamu yang berkunjung ke rumah kami dan berkomentar mengenai arbour itu. aku tahu iapun bangga, karena istrinya ternyata bukan seorang wanita biasa, tapi wanita kurus keras kepala nan perkasa.
No comments:
Post a Comment