Q: “Kenapa Cinta Itu Dekat Sekali Dengan Galau?”
A: karena semua diawali oleh adanya "rasa"...
kembali ke masa lalu
ketika aku mulai merasa disukai oleh dirinya, ada rasa hangat yang menjalar di dalam hatiku, lalu pelan tapi pasti merasuk ke kalbu. rasa yang nyaman dan menyenangkan. meski masih belum begitu yakin pada mulanya, tapi lama-lama dari cara dia memandang, berbicara, bersikap dan memihakku di depan teman-temanku, aku pelan-pelan mulai tahu bahwa panah cintanya memang sedang diarahkan ke hatiku. hati yang tadinya selalu sendiri dan sepi, yang haus akan kasih dan belaian rasa sayang, kini berbunga-bunga dengan indahnya. bagai seorang kalifah yang kehausan di tengah padang pasir dipertemukan dengan sebuah mata air.
namun sebelum adanya sebuah kepastian dari dirinya, akupun tetap ragu. apakah rasa ini nyata, atau hanya khayalanku belaka. dalam keraguan itu, akupun memutuskan untuk menunggu, karena memang hanya itu yang perempuan bisa lakukan, sembari tersipu dan terkadang senyum-senyum malu. anehnya sejak saat itu, rasa cemas dan resahpun makin sering menghampiriku. seribu tanya berkecamuk di dada, benarkah tanda-tanda yang diisyaratkannya ditujukan untuk diriku? benarkah dia memang menyukaiku? benarkah panah cintanya memang ditujukan hanya untukku?
kegalauan hatipun tak mudah untuk kupungkiri. tapi aku terlalu gengsi untuk pula bertanya langsung padanya, mencari jawab agar tak lagi didera rasa penasaran yang begitu menyiksa. apa kata dunia? di mana harga diriku sebagai seorang wanita? akupun kembali diam dan menunggu, meski perasaanku menjadi mudah berubah galau tak menentu.
waktu berjalan pelan. kamipun semakin sering bertemu. entah karena dia sengaja, atau aku yang semakin sering mencari cara agar bisa berjumpa dengan dirinya. tak harus bersapa. cukup melihat sekilas saja sosoknya, aku sudah bahagia tak terkira. curi-curi pandang menjadi salah satu keahlianku yang baru. dan ketika mata kami tak sengaja bertemu, darahku berdesir kencang, akupun tersipu. entah apa yang dia rasa, tapi kuharap diapun merasakan hal yang sama.
hingga minggu pagi itu...
ketika sosoknya tak ada di sana, di antara kerumunan kawan-kawanku yang bersiap-siap mengikuti sebuah acara outdoor kampus, galau kembali menyergapku. ingin bertanya kemanakah gerangan dia, tapi bertanya pada siapa. aku tak mau kawan-kawanku memandangku heran kenapa aku begitu gusar karena dia tak hadir di antara kami. aku tak mau orang tahu perasaanku saat itu, kalau aku begitu khawatir akan ketidakhadirannya. lagipula, aku ini siapanya dia? kutelan lagi rasa galauku seorang diri. pahit sekali. acara outdoor hari itu yang telah lama kunanti-nanti, tak lagi mampu meninggalkan kesan yang begitu berarti.
esok harinya, sewaktu sosoknya muncul lagi di kampus dengan gaya khasnya yang selalu membuatku rindu itu, sambil tertawa-tawa dia santai saja berbicara "hai friends, sori semua, gua ga bisa gabung kemarin, ada urusan mendadak. sori juga lupa ngabarin". kawanku yang lain menimpali "ga papa, emang kami nungguin elo? kaga! lo mah ga penting!" lalu semuapun tertawa.
ga penting?! teriakku dalam hati. semalam suntuk aku tak bisa tidur nyenyak bertanya-tanya kemanakah dia hari itu, dan bagi semua orang itu ga penting? dan lagaknya yang sok santai itu lagi-lagi menusuk hatiku. teganya dia membiarkan aku galau tak menentu, tanpa sedikitpun peka bahwa ada sebuah hati yang merindunya? tapi lagi-lagi aku tersadar, dia toh bukan siapa-siapaku.
ketika asyik bercengkerama dengan lamunanku sendiri, tanpa kusangka tiba-tiba dia menghampiriku dan berkata ringan, "kangen gua kemarin pasti ya? sori, gua lupa kasih tahu, ga lagi -lagi deh".
nah lo!
aku langsung bengong ditembak dengan perkataan seperti itu. kesunyian memisahkan percakapan kami selama 1 detik, 2 detik, 3 detik, tak satupun kata keluar dari mulutku yang terkunci rapat. jawab apa donk? kata otakku panik. salah tingkah juga kalau ketahuan memang aku kemarin merindu. tapi gengsi juga kalau sampai dia tahu hal yang memalukan itu.
dalam keadaan genting itu, satu-satunya pertahananku yang terakhir, adalah berbohong dan mengkhianati isi hati. agak gemetar aku menjawab "siapa bilang kangen, enak aja. sapa elo?" lalu akupun ngeloyor pergi.
yes!
gengsi sudah dimenangkan kembali. aku meninggalkan dirinya yang terdiam menatap punggungku yang berjalan menjauhinya.
hatiku berkata, aku ingin dia mengikuti langkahku, mengejarku, menarik tanganku lembut, menggenggamnya dan meminta maaf paling tidak. tapi dasarnya lelaki, mana tahu dia kalau wanita berkata a itu artinya z dan sebaliknya? dasar mahkluk kurang peka! walhasil, diapun hanya garuk-garuk kepala, bergabung dan bercengkerama lagi dengan kawan-kawannya. tanpa beban, tanpa rasa berdosa.
aku? kembali terpekur sendiri dengan perasaan galau yang semakin membuncah di hati. dan mulai bertanya-tanya pada diri sendiri, bagaimana kalau dia anggap serius jawaban ngacoku tadi? bagaimana kalau dia pikir aku memang tak rindu dirinya? mengutuki diri sendiri-pun akhirnya menjadi agendaku menghabiskan waktu di sore yang mendung itu. cinta, mengapa tak jua kau menyapa. hanya galau terus-menerus mendera di dada. tak nyenyak lagi tidurku malam itu.
jam 7 pagi di kampus
masih setengah ngantuk, aku paksakan diri menghadiri kuliah pagi. aku sedang sibuk mengeluarkan materi kuliah hari itu dari dalam tasku ketika kulihat sahabat tomboy-ku setengah berlari menghampiriku sambil melambai-lambaikan sepucuk amplop putih. terengah-engah, tanpa berkata sepatah katapun, ia sodorkan amplop itu. tak ada tulisan apapun di luarnya.
keningku berkerut "apaan nih?" tanyaku spontan. "buka aja" kata sahabatku masih ngos-ngosan. "dari siapa?" tanyaku makin penasaran. "udahhh, buka aja. bawel amat!". doh, siapa yang bawel, masa bertanya saja tidak boleh.
menyerah berdebat dengan cewek tomboy satu itu, kubuka juga si amplop misterius dan kudapati selembar kertas kecil bertuliskan satu kalimat. "kutunggu kamu di depan gerbang sore nanti jam 5, i have something to tell you". nama dia menjadi penutup surat pendek itu.
deg!
hari itupun menjadi hari yang berjalan paling lambat dalam hidupku. tak ada satupun kata-kata pak dosen yang masuk ke telingaku. pikiranku menerawang jauh, dan lagi-lagi hatiku galau tak menentu. tak sabar rasanya jam dinding menunjuk ke angka lima. angka yang biasanya tak begitu menarik perhatianku, tapi hari ini tiba-tiba menjadi angka yang paling penting bagiku. otakku tak mau di ajak konsentrasi, perutku tak pula menuntut untuk diisi. aku resah, galau, gelisah. apa yang akan dia katakan jam lima nanti? bagiku, hari ini adalah hari paling galau seumur hidupku. apakah aku akan mendapatkan cintanya? cinta yang selalu kudamba? ataukah dia hanya ingin mempermainkan perasaanku saja?
tapi jam lima masih lama.
cinta dan galau itu berdekatan :)
ReplyDeleteiya, setuju banget :)
ReplyDeletecinta yg indach,, tak die sangka brbh mnjdi cinta yg sngat galau
ReplyDeletenamanya juga cinta galau :-)
ReplyDelete