akhir tahun 2007...
aku baru saja kembali dari indonesia untuk liburan selama tiga minggu lamanya. selain untuk menuntaskan rasa kangen dengan keluarga karena sudah hampir 2.5 tahun lamanya tidak bertemu, aku juga menyempatkan diri untuk ikut kursus mengemudi mobil di depok, di mana aku menumpang selama liburan di rumah kakak perempuanku. ya, aku ingin bisa menyetir mobil sendiri meski sempat ada rasa ragu apakah aku bisa.
tadinya kupikir aku sudah terlalu tua untuk mulai belajar menyetir mobil, tapi karena satu alasan yang kuat, akupun bertekad untuk bisa. aku ingin menyetir karena aku sudah merasa penat, letih dan menyerah dengan situasiku saat itu. koq bisa?
begini ceritanya...
aku diterima bekerja di sebuah perusahaan otomotif di inggris sebulan setelah aku lulus kuliah master di manchester. tentu saja aku sangat gembira. tiga bulan pertama aku tempuh jarak setengah jam berkendara dengan angkutan umum bis yang kalau dibandingkan dengan kondisi bis-bis di indonesia, tingkat pelayanan dan kenyamanannya tentu jauh lebih bagus.
yang membuatku menyerah adalah kenyataan bahwa aku harus kerja shift, dalam artian jam kerjaku selalu berubah setiap minggu. jika minggu ini aku kerja dari jam 7 pagi sampai jam 3 sore, minggu depan akan berubah menjadi dari jam 3 sore sampai jam 11 malam, dan minggu berikutnya lagi dari jam 11 malam sampai jam 7 pagi lagi. begitu seterusnya. karena memang tempat kerjanya lebih tepat kalau disebut pabrik yang beroperasi selama 24 jam termasuk sabtu-minggu. untungnya sebagai staf kualitas, aku hanya kerja dari hari senin sampai jumat saja, meski tetap terkena shift malam karena aku ditempatkan sebagai supervisor kualitas di bagian produksi.
selama 3 bulan pertama aku mencoba untuk beradaptasi dengan suasana baru, lingkungan baru, teman-teman baru, dan tentunya pekerjaan baru. meski bidang yang aku geluti terbilang lama karena sebelumnya aku sudah berkutat di bidang kualitas selama hampir 5 tahun di indonesia, tapi ini adalah pekerjaan pertamaku di luar negeri. sama tapi beda.
aku mulai kerja akhir bulan agustus. selama 3 bulan aku jalani pekerjaan itu dengan sukacita tanpa mengeluh. sebisa mungkin aku memang tidak mau mengeluh atau menyerah begitu saja dengan keadaan kalau memang tidak terlalu serius. aku juga yakin kalau aku bukan termasuk manusia cengeng. hidup tak pernah mudah dan lurus-lurus saja, dan di usiaku yang sudah cukup matang ini, aku yakin aku cukup mengerti itu.
satu-satunya kendala yang pada akhirnya aku keluhkan hanyalah fakta bahwa cuaca di inggris itu sangat tidak ramah di musim dingin, apalagi untuk tubuh tropikalku.
jadi ceritanyaa gini (lhah, dari tadi belum mulai toh ceritanya? ;-p)
pabrikku eh.. perusahaan tempat aku kerja itu letaknya di sebuah kawasan industri. untuk mencapai ke sana, bisa dengan naik bis tapi sayangnya halte bisnya hanya sampai di depan kawasan. untuk menuju pabrik, harus jalan kaki lagi kurang lebih selama 10-15 menitan *halah cuma segitu koq ngeluh*
sebentar toh...
di inggris, aku kemana-mana memang jalan kaki jika tidak terlalu jauh. selain sehat, juga irit tidak usah bayar bis *segitunya*. aku juga termasuk manusia yang kuat jalan kaki berkilo-kilo meter jauhnya. buktinya aku pernah jalan kaki dari stasiun tugu malioboro jogja ke jalan babarsari dekat pertigaan janti malam-malam, hanya karena tidak punya ongkos untuk bayar bis! (nanti aku cerita terpisah soal ini, seru pokoknya!).
masalahnya, setelah 3 bulan kerja, pelan tapi pasti cuaca di inggris mulai memasuki musim dingin. angin mulai bertiup sepoi-sepoi dan bertambah kencang jika malam tiba. salju dan hujan es mulai turun. pertahananku pun lambat laun goyah. terutama kalau pas kena shift sore dan shift malam. shift pagi agak lumayan karena perjuanganku hanya soal bangun pagi-pagi dan harus sudah sampai terminal bis jam 6 pagi. berangkat dari rumah jam 5.30 pun masih aman. jam 3 sore sudah pulang, sampai rumah paling jam 4-an.
lha kalau shift sore, memang berangkatnya tidak masalah setiap jam 2 siang ke terminal. pas pulangnya itu lho. bubaran shift jam 11 malam, nunggu bis terakhir yang lewat jam 11.30, sendirian, gelap, dingin! apa ga horor coba?! apalagi kalau di bis banyak yang mabuk pulang dari pub. tampang-tampang seram berkeliaran di terminal, dan masih harus jalan kaki sendirian ke rumah karena sudah tidak ada bis lagi lewat tengah malam.
kalau kena shift malam, tantangannya lain lagi. kali ini pulangnya yang tidak masalah, karena kerjaku berakhir jam 7 pagi. orang-orang normal mulai muncul dan beraktivitas. rasanya sudah aman kalau hari sudah mulai terang. tapi berangkatnya? aku harus ke terminal jam 9 malam. masih ga papa sih, jam segitu ukuran sini masih sore. banyak manusia berlalu lalang di jalan, masih banyak mahasiswa yang berkeliaran dari kampus atau perpustakaan. so masih aman lah. biasa dapat bis yang jalan jam 10, sampai di halte depan kawasan jam 10.30 malam! turun bis sendirian, dan masih harus jalan kaki menembus gelapnya malam, sendiri, dingin, dan sepi!
namanya kawasan industri, di mana-mana cuma terlihat bangunan pabrik besar-besar, jalanan lurus kotak-kotak, dan tak ada satu makhluk pun yang lewat jam segitu. jangankan di inggris yang rata-rata para pekerjanya menyetir mobil sendiri, di indonesia saja jam segitu pasti juga sudah sepi terutama di daerah pabrik atau kawasan industri.
hingga satu malam, ketika aku berjalan sendirian dari halte bis ke pabrik sambil menggigil kedinginan meski sudah berpakaian tebal dan bersarung tangan, angin berhembus kencang, dan salju mulai turun. hawa dingin menusuk tulang, angin kencang menggigit badanku yang kerempeng, dan salju yang turun bercampur air es, membekukan wajahku yang sudah berusaha kututupi penutup kepala. pertahananku pun retak. aku berjalan semakin cepat dan mulai menangis!
*perlu diketahui ya pemirsa, jarang lho aku nangis, kecuali kalau sedang marah* #eh..
saat itu aku memang marah. aku marah pada situasi. aku marah pada badanku yang tak lagi mampu menahan cuaca di negeri di mana aku baru mulai berusaha mencari nafkah ini. aku marah pada rasa takutku akan gelap dan malam dan sepi! aku marah! maka aku menangis...
awal tahun 2008...
bermodalkan kemampuan menyetir mobil seadanya dari kursus kilat di depok itu, aku memperoleh sim A dan sim internasional. lalu aku putuskan untuk membeli sebuah mobil bekas yang kuberi nama goldie, karena memang warnanya kuning emas. rasa ragu akan kemampuan menyetirku pun lambat laun sirna. apalagi ketika satu hari aku bertemu dengan seorang nenek-nenek yang sangat tua, bungkuk dan rambutnya putih semua, dan dengan yakinnya ia berjalan ke arah mobilnya yang terparkir di pinggir jalan, membuka pintunya, menyalakan mesin, dan nyetir! brooomm...
wuihhh...
kupikir, kalau nenek tua itu bisa, harusnya aku yang masih muda dan kuat ini pun pasti bisa. lalu akupun melanjutkan kursus menyetir dengan lebih serius di inggris dan akhirnya lulus ujian menyetir di sini, dengan poin gemilang yang membuat instrukturku bangga ;-p *smug*
sejak ada mobil, akupun lebih bebas dan tak lagi punya masalah dengan kerja shift terutama jika harus berangkat atau pulang malam-malam. kebebasan yang melepaskan aku dari belenggu hawa dingin karena ada pemanas di mobil, dari gelap karena ada lampu depan mobil, dari sepi karena aku bisa nyetir sambil mendengarkan radio, dan dari rasa takut karena ancaman manusia-manusia horor menakutkan yang selalu berkeliaran malam-malam. di dalam mobil yang selalu terkunci, aku merasa aman.
meski aku kini tak lagi kerja shift di perusahaan otomotif lagi, kebebasan itu yang sampai kini selalu aku rayakan dan nikmati, nyetir mobil sendiri! :-)
No comments:
Post a Comment