Sunday, 12 February 2012

whitney

pagi-pagi masih di bawah selimut dan mataku masih kriyip-kriyip, suamiku tiba bilang, babe, whitney houston dies. eh? how? tanyaku spontan. lalu pembicaraan di tempat tidur di hari minggu pagi itupun praktis seputar berita-berita mengenai whitney yang dengan mudah diakses suamiku dari itouch-nya, meski baru melek beberapa menit lalu. memang sudah menjadi kebiasaannya untuk mengecek berita meski masih di bawah selimut.

ergghhh, nyawa manusia, siapa yang tahu kapan akan kembali ke pemiliknya. 


tapi melihat dan membaca gaya hidup para bintang tenar kelas dunia dan bagaimana mereka akhirnya meninggalkan dunia gemerlap mereka tapi fana ini, koq jadi miris ya. tak terhitung berapa nama tersohor di dunia hiburan yang akhirnya meninggal gara-gara pemakaian obat-obatan. entah karena efek langsungnya, efek sampingnya, atau efek ketergantungannya. kasihan ya.

kalau dipikir-pikir, mungkin memang sulit ya menjadi orang terkenal itu. pencitraan, imej, keglamoran dan beban-beban lain yang dituntut oleh masyarakat awam sebagai penggemarnya, bagi beberapa memang terlalu berat untuk dipikul seorang diri. setenar-tenarnya mereka, tetap juga manusia. energinya terbatas, kemampuannya terbatas, waktu yang dimiliki juga terbatas, sama seperti kita, orang biasa yang ga terkenal ini.

jika perlipatgandaan beban sosial akibat menjadi tenar ini terbayar penuh dengan uang dan materi yang mereka peroleh, ya sah-sah saja. tapi nyatanya, ternyata uangpun tak mampu membantu meringankan beban ketenaran dari pundak para selebriti ini. akhirnya, mungkin satu-satunya pilihan adalah dengan membantah realita. beratnya beban hidup sebagai seorang selebriti, mungkin akan terangkat dengan sendirinya jika tingkat kesadaran tubuh dan otak terambil alih oleh obat-obatan. 

ujung-ujungnya, kembali ke dunia nyata mungkin menjadi momok yang menakutkan bagi mereka, saat kesadaran penuh kembali merengkuh dan beban itu kembali terasa. obat-obatan itupun menjadi jalan keluar lagi. begitu seterusnya, hingga tiba saat dimana organ-organ tubuh normal tak lagi mampu menangani hadirnya pil-pil asing ini, lalu menyerah.

salahkah mereka yang terlanjur masuk ke dunia glamor yang sangat menggoda itu? salahkah kita karena menjadikan mereka pujaan kita di dunia? salahkah para produsen obat yang sejatinya hanya bermaksud untuk membantu meringankan beban ketenaran? salahkah si penjual dan si pengedar? salahkah si pembeli? atau... mungkin ini salah peradaban manusia yang menuntut gebyar dunia hiburan sebagai bagian dari eksistensi hidup. entahlah...



.:kalau kamu suka artikel di atas, mungkin kamu suka ini juga:.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...