beasiswa

kadang suka minder kalau dengar si a itu sudah 10 kali lho dapet beasiswa ke luar negeri. si b udah pernah dapet 6 kali dan yang terakhir program doktorat lho! 

wuih, keren ya...

tapi kalau kupikir-pikir lagi, kenapa aku harus minder? jelek-jelek gini, aku pernah dapet beasiswa juga lho, meski tidak sampai sekeren si a atau si b di atas. beasiswa pertamaku kuperoleh sewaktu aku kelas 5 sd karena menang lomba pelajar teladan tingkat kabupaten. lumayan lah, ketika naik ke kelas 6, tiap bulan aku berhak memperoleh sejumlah uang.

keberuntunganku tak berhenti sampai di situ. aku kembali diberikan peluang untuk memperoleh beasiswa selama 3 tahun penuh untuk belajar di sebuah instansi pemerintah secara cuma-cuma. sebetulnya sih bukan benar-benar beasiswa yang hanya beberapa orang saja yang mendapatkannya, tapi lebih ke sekolah ikatan dinas yang memang gratis. kusebutnya beasiswa ya karena intinya aku ga membayar apa-apa selama bersekolah di sana.

beasiswa ketiga yang kuperoleh mungkin baru benar-benar beasiswa yang sebenar-benarnya. dananya dari uni eropa yang berkantor pusat di brussel belgia, dan jumlahnya tak tanggung-tanggung, 42 ribu euro untuk sekolah dan hidup di eropa selama 2 tahun! kalau dirupiahkan berapa itu ya? *ambil kalkulator* - mulai terkena virus rupiah mentality lagi hehe...

whoaaaa...siap-siap ya...awas jangan sampai kena serangan jantung mendadak. setelah kuitung dengan nilai tukar 1 euro = 12ribu rupiah, 42ribu euro hampir setara dengan 504 juta rupiah atau setengah miliar lebih!!!

jreng!....kaya donk?

kaya apanya... ya ga lah. kan uang segitu dipecah-pecah lagi. paling besar porsinya untuk bayar kuliah. emang murah apa kuliah di eropa? mahal lah! jadi duit segedhe gaban itu udah ilang aja separo lebih hehehe... 

lalu biaya tiket pesawat, visa dan lain-lain, lumayan mahal juga. lalu sisanya yang dibayarkan setiap bulan, sebagian besar terpakai untuk bayar akomodasi yang tentunya mahal juga, kos-kosan di eropa gitu lho..., trus buat makan, beli buku, jalan-jalan keliling eropa (wajib kalau ini :-p) dan ditabung untuk situasi darurat!

abis duit segitu?

setelah 2 tahun di eropa sih, iya! hehe... itu juga dengan gaya hidup sederhana ala mahasiswa lho, bukan ala artis :-) kalau dulu setelah lulus masih belum dapet kerja lebih dari 2 bulan, aku sudah bertekat untuk pulang kampung. untungnya aku langsung kerja ga lebih dari sebulan setelah kelulusan.

buat kamu-kamu yang punya impian ngedapetin beasiswa juga tapi ga tau mau mulai dari mana, coba lihat video ini dulu *narsis dikit gpp lah*

yang lantas jadi pengin tahu lebih banyak mengenai beasiswa yang dari belgia itu setelah menonton video di atas, jangan malas-malas untuk ngobok-obok link-link berikut ini:

http://emundus.wordpress.com/
http://indoem.info/

yang ingin melihat peluang-peluang beasiswa lainnya, silakan obok-obok link di blog bli made andi yang seorang pakar beasiswa dan sekarang bermukim di australia ini:
http://madeandi.com/scholarships/

atau ada juga blog milik mas yan, warga indonesia di manchester yang sekarang mengajar di  MBS (manchester business school):
http://kemisan.wordpress.com/2009/08/27/beberapa-informasi-sumber-beasiswa/

tapi seperti sudah kuceritakan tadi, aku masih kurang keren dibandingkan mereka yang berkali-kali memperoleh beasiswa dari lembaga-lembaga di luar negeri. bahkan ada juga lho cerita penerima beasiswa yang sampai bisa beli rumah dari hasil tabungan 'sisa' uang jatah beasiswanya. hebat bener.

mereka, para ahli atau pakar beasiswa ini, memang sangat pintar dalam merebut setiap tawaran beasiswa yang lewat di depan mata mereka. dan karena sudah beberapa kali sebelumnya mereka belajar dan hidup di luar negeri, trik dan tips untuk mendapatkan beasiswapun sudah ada di dalam genggaman. beberapa nama sekarang menjadi begitu tenar di kalangan pemburu beasiswa. salah satunya bahkan kini juga tenar karena buku yang ditulisnya mampu merebut hati jutaan pembaca di tanah air. 

a.fuadi, penulis buku negeri 5 menara adalah seorang pakar beasiswa sejati. bukunya pun berkisah mengenai semangatnya untuk belajar sejak di pondok pesantren sampai melanglang buana ke luar negeri, dengan bantuan sarana beasiswa. iapun sering menghadiri acara temu wicara yang temanya tak jauh-jauh dari topik beasiswa (selain topik mengenai buku-bukunya tentunya).

aku sendiri? 

sepertinya untuk saat ini, hidupku sudah cukup mapan dan stabil. jujur saja, belum ada niatan lagi untuk berburu beasiswa. selain karena mungkin akan lebih sulit karena kini aku berdomisili tetap di eropa, juga karena aku  sudah merasa cukup dengan gelar akademis yang kuperoleh.

meski kalau untuk belajar ilmu apa saja terutama ilmu kehidupan, aku takkan pernah berhenti, tapi untuk ilmu akademis, aku ingin istirahat dulu. 

mungkin satu hari ini, statusku akan berubah lagi menjadi mahasiswi.

siapa tahu?!

.:kalau kamu suka artikel di atas, mungkin kamu suka ini juga:.

• ambisius
• putri bangsa
• head hunter
• soal UN bocor
• juragan properti