Monday, 23 April 2012

biro jodoh

kalau dulu dunia perjodohan seringkali difasilitasi oleh hubungan orang tua kedua belah pihak keluarga, yang menjodohkan anaknya dengan anak temannya, koleganya, teman bisnisnya, atau teman baiknya, kini dunia perjodohan telah bergeser meninggalkan tradisi-tradisi lama itu.

kalau dulu siti nurbaya tak berdaya ketika diharuskan menikah dengan datuk maringgih yang tak ia cintai, kini para remaja putri lebih bebas menentukan siapa yang akan menjadi suaminya kelak, meski masih ada saja beberapa yang tetap diwajibkan mematuhi beberapa peraturan dari pihak keluarga terutama orang tua (kalau ga mau diusir dari rumah atau dicoret dari daftar penerima warisan) #yaoloh #segitunya. peraturan-peraturan klise yang sering diterapkan misalnya, minimal harus satu keyakinan, minimal harus satu suku, atau minimal harus punya mobil #ihiyyy #inimah #edisimatre.

kalau dulu mereka yang jomblo dan tak juga diberikan kesempatan untuk mengenal jomblo lainnya 'terpaksa' mengiklankan dirinya sendiri di iklan kecik atau iklan baris di surat kabar harian lokal di bawah kolom biro jodoh (perjaka tulen, profesional muda, perbankan, mendambakan gadis/janda tanpa anak, usia 25-35, hubungi kode #347281 - ngarang ini lho ya :-p),  kini era teknologi telah mengambil alih peran iklan baris tersebut dengan munculnya website-website perjodohan online di internet yang tentunya ruang lingkupnya tak lagi lokal, tapi telah menjangkau dunia global atau internasional.

tema biro jodoh online ini yang akan kubahas.

bukan, bukan karena aku berpengalaman di dunia online biro jodoh, bukan pula karena aku bertemu jodohku di sini (aku ketemu suami di manchester koq, di dunia nyata :-p), tapi aku memang suka mengamati hal-hal yang menarik perhatianku, entah karena iseng atau karena aku penasaran, seperti halnya biro jodoh - biro jodoh online yang belakangan bertambah marak ini :-D

secara prinsip, aku tidak menolak adanya perjodohan melalui fasilitas internet. bagiku, internet hanyalah sarana, sekali lagi hanya sebagai sarana bagi dua orang insan untuk saling mengenal, menjajagi satu sama lain pada awalnya. sebelum ada internet, orang bertemu karena dikenalkan teman, karena tak sengaja bertubrukan atau bersenggolan di jalan, saling minta maaf, senyum-senyum #ihiyyy dan akhirnya kenalan, atau karena bertemu di sebuah acara kondangan. pertemuan awal itu, entah di dunia maya atau nyata, hanyalah sebuah permulaan sebuah kisah panjang. jadi secara prinsip, itu tidak menjadi masalah.

meski kelanjutannya setelah pertemuan awal itu akan berbeda jika keduanya ternyata saling berjauhan, maka perjodohan melalui internet akan memulai terbukanya sebuah kisah baru dua insan manusia yang saling menyukai tapi terpisah jarak ribuan mil jauhnya. dari sinilah masalah-masalah mulai muncul, seperti keterbatasan kesempatan untuk bertemu, beda zona waktu, beda budaya, bahasa, adat istiadat dan lain-lainnya. kalau jaman dulu tanpa internet orang tak mungkin tertarik kepada orang lain yang tak pernah ia lihat atau ia temui, tapi kini dengan tersedianya teknologi yang memungkinkan seseorang di kutub utara untuk bercengkerama dengan seseorang di kutub selatan dan akhirnya saling jatuh cinta, maka semuanya menjadi mungkin.

hingga satu-satunya yang bisa melanggengkan atau menghentikan ketertarikan di antara keduanya hanyalah freewill atau keinginan di dalam hati masing-masing. soal tahapan berikutnya di mana keduanya harus kopi darat, saling mengenal lebih jauh, lalu saling mengikat janji dan akhirnya ke pelaminan, banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesuksesannya. jadi sekali lagi, pertemuan di biro jodoh di internet hanyalah sebuah awalan saja.

namun kadang-kadang ada juga pasangan yang terlalu nekat dan berani, dengan hanya berkomunikasi melalui internet dalam jangka waktu yang (mereka pikir) cukup lama, merasa saling cocok dan tanpa proses kopi darat yang cukup, langsung saja mengikat janji sehidup semati. menurutku ini agak gambling atau beresiko tinggi, seperti ungkapan membeli kucing dalam karung (eh, sejak kapan sih kucing diperjualbelikan, kenapa ungkapannya ga pilih beli ayam gitu ya #errr...).

meski nyatanya ada saja loh yang melakukan langkah nekat seperti ini, entah demi gengsi, demi trendi atau demi apa, terutama mereka-mereka yang hidup di dunia barat atau hidup di timur tapi adatnya kebarat-baratan #nomention. tapi mempertaruhkan kesakralan sebuah pernikahan hanya dengan mengandalkan internet, sepertinya koq kurang pas ya. kecuali kalau memang pernikahan bukan hal yang (mereka anggap) sakral, jadi kalau tidak cocok lagi, toh tinggal cerai, trus cari gantinya di biro jodoh lagi #ini sih penyakit hehe #janganditiru!

idealnya sih, ga masalah cari jodoh di internet (justru disarankan! - banyak pilihan soalnya, daripada nyari jomblo di lingkungan RT setempat, kurang bervariasi :-p). karena aku juga punya beberapa teman yang ketemu jodohnya lewat internet, saling suka, lalu kopi darat, tambah suka, pacaran, lamaran, nikah, dan kini hidup bahagia bersama anak-anak mereka. yang seperti ini, memang yang hanya memanfaatkan internet sebagai fasilitator atau sarana saja untuk bertemu seseorang yang menarik hatinya. selebihnya, mereka memakai akal sehat dan pertimbangan-pertimbangan masuk akal lain, seperti restu dari orang tua, teman, sahabat, dan kecocokan budaya, bahasa, adat istiadat dan lain-lain, sebelum memutuskan untuk menikah.

yang sebaiknya (harus) dihindari, adalah membabi buta berkenalan dengan orang "asing" dalam artian orang yang tidak kita kenal di dunia nyata (asing bukan berarti orang dari luar negeri saja ya), lalu jatuh cinta dengan membabi buta juga (eh, kenapa sih istilahnya harus si 'babi' yang buta, kenapa bukan kuda gitu? - ada yang tahu? :-p), dan mengambil keputusan untuk melangkah menuju jenjang yang lebih serius, tanpa cukup bertatap muka atau bertemu dan mengenalnya di dunia nyata.

karena setelah menikah, keduanya (mau tak mau) harus hidup di dunia nyata di bawah satu atap, bukan lagi berhaha-hihi dan saling memuji di kotak chatting lagi, atau bersapa mesra lewat telepon atau skype lagi. dan yang paling penting, karena pernikahan (kalau bisa) usahakan cukup sekali seumur hidup (amien...), jadi berhati-hatilah sebelum menentukan pilihan. menyesal kemudian tiada guna.

demikian episode "siraman rohani perjodohan" diakhiri sampai di sini dulu :-D




.:kalau kamu suka artikel di atas, mungkin kamu suka ini juga:.

4 comments:

  1. kalau jaman sekarang sih mungkin perjodohan online sudah banyak ya...
    buktinya acara TV yang seperti itu juga sudah laku dan banyak situs perjodohan juga sudah mulai marak. No more Love... because love doesn't exist gitu ya... hehehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. jaman sudah berubah mas...ikutan perubahan jaman atau mau ketinggalan jauh di belakang, itu kembali ke pribadi masing-masing :-p

      Delete
  2. jadi inget, temenku ada yg barusan dilamar sama cowoknya, yg kenalnya dari blog (sesama blogger).
    Lha aku kok belum ketemu jodoh blogger ya? #eaaaaaaaaaaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. wahhh selamat ya buat temennya.... mudah-mudahan jodoh pety sudah menunggu juga hehe.... gpp masih muda ini ah... jalan masih panjangggg :-D

      Delete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...