negeriku tercinta kembali ribut-ribut soal harga bbm yang naik karena subsidi dari pemerintah (terpaksa) dikurangi. sementara itu linimasa twitter-ku ribut-ribut tentang masalah yang sama sejak beberapa hari yang lalu, meski topiknya (seperti biasa) merembet ke mana-mana. sudah kulihat juga tagar #kelasmenengahngehe sejak minggu lalu, tapi baru hari ini aku benar-benar menaruh perhatian di linimasaku.
note: ngehe (betawi) = nyolot = menjengkelkan = pengin ditampol, hehe
note: ngehe (betawi) = nyolot = menjengkelkan = pengin ditampol, hehe
kecenderungan #kelasmenengahngehe yang ramai dibicarakan para pekicau di twitterland, mungkin memang tidak hanya terjadi ketika ribut-ribut soal kenaikan harga bbm ini mencuat menjadi isu nasional (bahkan internasional karena ternyata bbc juga menyiarkan hal ini dan suamiku kebetulan menontonnya).
aku sendiri malah yang kurang ngeh mengikuti berita dari negeriku karena lagi-lagi kupikir ribut-ribut ini hanya klise. toh sebentar lagi ketika ada isu baru, isu lama akan memudar dengan sendirinya, seperti biasa, anget-anget tai ayam.
dari beberapa kicauan mengenai #kelasmenengahngehe yang diributkan ikut mengantri bbm bersubsidi padahal mobilnya mewah, aku jadi tergelitik untuk membahasnya lebih jauh lagi. tak hanya sebatas isu bbm dan pemilik mobil mewah yang mampu beli (atau kredit) mobil tapi tak 'mampu' beli pertamax, tapi lebih ke gaya hidup kelas menengah yang kalau dipikir-pikir memang bisa dibilang cukup aneh dan unik.
sudah lama sebetulnya draft ini nongkrong di posting dashboard-ku tapi tak juga kutulis-tulis, hingga isu bbm ini memanas. tadinya sih cuma mau bahas soal rakyat miskin atau masyarakat kelas bawah dan dinamikanya, dibandingkan dengan kelas menengah dan atas, tapi sepertinya ngebahas tagar twitter #kelasmenengahngehe terdengar lebih alay #ihiyyy.
semisal kita ditanya, di kelas manakah kita sebetulnya tergolong, kelas bawah, menengah, atau atas, pasti pertanyaan ini takkan bisa dijawab serta merta dengan mudah begitu saja. masalahnya tentu saja karena batasan bawah, menengah dan atas itu tidak jelas dan bahkan agak-agak rancu.
akan lebih mudah jika ada pengelompokan berdasarkan harta kekayaan yang dimiliki, misalnya jika kau tak punya uang tunai di bawah bantal atau di rekening bank atas nama pribadi minimal sebanyak 100 juta saat ini, atau 500 juta jika ditotal jendral dengan investasi (rumah, mobil, emas, dll) maka kau termasuk dalam kategori masyarakat kelas bawah #kejam euy, hehe... namanya juga misalnya. tapi kalau kau memang punya harta tersebut maka kau baru termasuk ke dalam kategori masyarakat kelas menengah.
lalu bagaimana kita tahu kalau harta itu dari sumber yang halal, hasil keringat dan banting tulang sendiri, bukannya hasil rampasan tak resmi alias dari uang suap, sogokan, nilep kiri nilep kanan, sikut kiri sikut kanan, amplopan bawah tangan, atau hasil transferan korupsi berjamaah? hmmm, enaknya kalau yang itu masuk itungan sebagai harta pribadi gak ya?
menurutku, harusnya sih enggak. karena orang kaya yang duitnya hasil dari korupsi atau sikut kanan kiri itu tidak benar-benar kaya. atau istilah lainnya kaya aspal, asli tapi palsu, macam tas-tas LV seharga ratusan ribu kualitas KW buatan cina yang terlihat sama dengan aslinya buatan eropa, tapi sejatinya memang bukan buatan eropa. #hiks segitunya...
dan lagi, kekayaan yang tidak diperoleh dengan wajar dan bukan atas hasil keringat dan kerja sendiri, tapi berasal dari harta yang seharusnya hak milik orang lain atau lebih parahnya hak milik rakyat banyak tapi dikemplang atau ditilep masuk kantong pribadi, itu bukan harta resmi, dan seharunya tidak bisa dibanggakan, dipamerkan, apalagi dipakai gaya-gayaan belagak sok kaya. #go-to-hell #idihhh
oke, kalau investasi 500 juta kita setujui jadi batasan kelas bawah dan menengah, lalu seperti apa batasan antara kelas menengah dan kelas atas?
hmm, enaknya kita buat gimana ya? begini saja, misalnya kalau harta kekayaan seseorang melebihi 10 miliar, dan seluruhnya halal, catet ya, harus halal, maka bolehlah masuk dalam golongan masyarakat kelas atas. #hihi rumus super ngawur
maka pengelompokan tadi, kalau digambarkan bentuknya sesuai dengan berapa kira-kira jumlah masyarakat indonesia yang saat ini termasuk dalam tiap golongan tersebut, pastinya bentuknya ga jauh-jauh dari bentuk piramida.
kenapa piramida?
karena harus diakui masyarakat kelas bawah masih sangat besar jumlahnya dibanding kelas menengah, atau kelas atas yang jauh lebih sedikit lagi. teorinya sih (katanya), dalam sebuah negara berkembang 80% kekayaan di seluruh negeri memang hanya dikuasai oleh tak lebih dari 20% penduduknya saja. sementara 20% kekayaan selebihnya harus dibagi-bagi ke sisanya yang 80% penduduk. timpang banget ya? #ember!
sangat tidak adil dan masih sangat jauh dari impian "keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia" sila ke lima yang sudah harus kita hapalkan sejak kelas TK atau kelas 1 SD dulu.
masyarakat kelas bawah yang di piramida disebut sebagai golongan bottom of pyramid (BoP) atau keraknya piramida, sebagian besar adalah orang-orang yang hampir tak pernah tersentuh oleh gegap gempita yang terjadi di separo atas piramida. jadi mereka yang ribut-ribut mengenai kenaikan bbm itu sebenarnya adalah golongan yang terimbas langsung oleh perubahan, yang bisa jadi adalah masyarakat yang nanggung posisinya di piramida, sudah bukan termasuk golongan bawah, tapi dikategorikan ke kelas menengah juga masih ngap-ngapan.
yang paling bawah di keraknya piramida harusnya tidak terkena imbas kenaikan bbm secara langsung. sebab bagi mereka, alih-alih punya kendaraan sendiri, bisa bepergian dengan angkot sebulan sekali pun merupakan hal yang sangat jarang terjadi. mereka yang tinggal di pelosok, hidup nyaman dan damai dari hasil bumi di pedesaan nun jauh di lereng gunung, tak pernah mendengar gegap gempita yang terjadi di kota-kota besar.
paling-paling hanya melihat di layar televisi yang mungkin sebagian juga tak mampu memilikinya. yang kebetulan punya tv, nonton tv-nya pun kalau ada waktu sembari melepas kepenatan setelah seharian bekerja di ladang atau mencari ikan di laut lepas.
sementara kelompok yang sedang mendaki status sosial dari kelas bawah ke kelas menengah, jika mendakinya tanggung-tanggung dan tak benar-benar berada di posisi yang nyaman di piramida, hanya akan menggelinjang layaknya cacing kepanasan dengan isu-isu ekonomi dan politik negeri yang memang kebanyakan berimbas langsung ke kehidupan mereka sehari-hari, seperti contohnya kenaikan harga bbm ini.
kelompok menengah nanggung yang rata-rata diisi oleh kaum pekerja ini tak lain dan tak bukan adalah kelompok yang diributkan di linimasa twitter seminggu belakangan ini. tagar #kelasmenengahngehe yang secara konyol dimulai iseng-iseng karena kegelisahan publik yang gerah dengan ulah sebagian (bukan semua lho ya, jangan protes dulu!) masyarakat kelas menengah yang mengaku mampu tapi sebetulnya masih ngap-ngapan ini, menjadi seru juga untuk dibahas di blog. #meski agak mbulet penuangan idenya
lucunya, orang ribut-ribut soal bbm bersubsidi yang secara teori harusnya hanya boleh dinikmati oleh kelas bawah (pemilih sepeda motor dan nelayan misalnya), tetapi pemilik alpard dan jaguar juga tiba-tiba jadi ngaku-ngaku mendadak miskin karena tidak mau mengeluarkan uang lebih untuk membeli pertamax yang harganya lebih mahal.
ada juga yang menyebutkan di twitter orang-orang semacam ini memang sebenarnya belum begitu mampu untuk menempatkan diri di posisi kelas menengah atas yang sesungguhnya, karena keterbatasan pendapatan, tapi mati-matian mencoba memompa pengeluaran yang terkadang melebihi pemasukan. demi apa? tentu saja demi sebuah gengsi! #gubrag
bahkan ada lagi pekicau yang dengan sinis berkata, lha mobil mewahnya itu sebenarnya mobil kreditan koq, kartu kreditnya juga numpuk utangnya ga sanggup bayar, padahal gajinya segitu-gitu doank, makanya meski terlihat keren naik mobil mewah, belinya masih premium, hihihi. *bukan aku lho yang ngomong*
jadi ingat dulu aku punya seorang tetangga yang kisahnya kira-kira mirip dengan kisah pemilik mobil kreditan ini. di kala rumah orangtuaku pelan tapi pasti berangsur menua, merapuh dan mulai bobrok di sana sini karena tak mampu memperbaiki, tetangga-tetangga kami sibuk merenovasi rumah mereka masing-masing agar terlihat lebih bagus, lebih mewah dan lebih wow.
sah-sah saja karena mereka memang lebih kaya, berpendapatan lebih dan punya uang 'sisa' untuk melakukan renovasi itu. tapi ada salah satu yang demi keren-kerenan merenovasi, ternyata anaknya suka ngoceh di sana sini dan mengeluh kalau hari itu ia cuma diberi makan nasi dan tempe goreng di rumah.
dasarnya anak-anak, kalau ngumpul di perempatan kan memang suka pamer-pameran. kadang ada yang cerita hari itu ibunya masak opor ayam, lainnya cerita kalau ibunya hari itu masak sambal goreng udang, lainnya masak daging empal. tentunya si anak yang cuma makan tempe ini akhirnya berkeluh kesah ke temannya kalau ia jarang sekali mencicipi lezatnya masakan milik ibu teman-temannya tadi.
rupanya, sudah jadi bahan gosip di seputaran kompleks kalau keluarga si anak itu memang terkenal irit dan pelit untuk urusan makan sehari-hari, demi merenovasi rumah mereka! hihihi #gosip digosok makin sip
berkaca pada kasus jaguar minum premium dan anak makan tempe demi renovasi tadi, cukup nyata bukti-bukti bahwa kelas menengah itu kadang-kadang memang ngehe! dibilang miskin ngamuk, dibilang kaya juga belum begitu meski lagaknya sih sudah dapet! hehe...
golongan ini harusnya mungkin disebut kaya nanggung ya, alias masih berusaha untuk kelihatan 'kaya' di mata tetangga, teman, saudara atau masyarakat tapi dengan mengorbankan pengeluaran-pengeluaran untuk kebutuhan primer atau mendasar lain. naik mobil mewah eh tapi makan tempe. #maaf ya tempe, kau terpaksa jadi korban hehe
tentu masih banyak lagi contoh-contoh kasus #kelasmenengahngehe lainnya. namanya juga posisi di tengah-tengah. sifat alaminya memang nanggung. jelek ga, cakep juga ga. miskin ga, kaya juga belum. jahat ga, baik banget ga juga. ga jelas pokoknya! #tulisan ini juga makin ga jelas sih arahnya ;-p
balik lagi ke soal piramida.
berbeda dengan bentuk piramida di negara berkembang, jika sebuah negeri terbilang sudah makmur, justru kelas menengah dan atasnya-lah yang paling besar jumlahnya. mungkin kalau digambarkan, piramidanya akan bertransformasi seperti ini.
entah apa kata para ahli ekonomi kalau membaca blog ini dan membaca kesimpulanku yang super ngawur bahwa piramida demografi kependudukan menurutku kurang lebihnya mirip-mirip dengan penyebaran tingkat kekayaan individu atau kesejahteraan penduduk, jika sumbu x tetap jumlah penduduk, tapi sumbu y diganti dengan jumlah harta kekayaan per individu.
piramida di sebelah kiri menurutku mirip dengan piramida pengelompokan tingkat kesejahteraan penduduk negara berkembang, di mana (terlepas dari usianya) penduduk miskin memang jumlahnya lebih banyak, dan ada di urutan paling bawah. sementara gambar tengah dan kanan menggambarkan sebaran di negara maju di mana kelas menengah dan atas jumlahnya bertambah dan mendominasi jumlah angka di piramida.
bingung? aku juga bingung... #eh
tapi karena di negara maju kelas menengahnya adalah mayoritas, sepertinya bisa dikatakan kalau kelas menengah di negeri yang sudah makmur bukan termasuk ke dalam kategori #kelasmenengahngehe lagi. emang apa bedanya?
yang pasti sih sebagian penduduk kelas menengah di negara berkembang sifatnya masih nanggung seperti contoh-contoh di atas tadi, sedangkan di negara maju, kelas menengahnya cenderung sudah mapan. dalam artian, kebutuhan mendasar sandang, pangan, papan serta kebutuhan sekundernya sudah benar-benar terpenuhi dengan sendirinya, tanpa harus terpaksa mengorbankan salah satu kebutuhan mendasarnya entah dengan alasan gengsi atau semacamnya.
contoh yang kusebutkan di mana uang tabungan dipakai sebuah keluarga untuk merenovasi rumah tetapi kebutuhan pangan sebagai kebutuhan dasar harus dikorbankan dengan membeli bahan makanan yang super irit, bisa dikatakan ingin memenuhi kebutuhan sekunder atau tersier, dengan mengorbankan kebutuhan primer.
si pemilik mobil alpard atau jaguar yang terlepas dari belinya kredit atau memang beli tunai, tapi terpaksa mengorbankan 'urat malu'-nya dengan mengantri untuk beli premium bersama-sama dengan tukang bajaj, abang-abang ojek atau supir angkot, bisa dikatakan mereka terlalu berambisi ingin memenuhi kebutuhan tersier bermewah-mewah, tetapi masih 'mikir' seribu kali merogoh kocek lebih untuk isi bensin yang mungkin masuk kebutuhan primer bagi para pemilik kendaraan bermotor.
kelas menengah di negara maju tidak perlu pusing dengan kebutuhan dasar, karena tingkat kenyamanan hidup mereka sudah lumayan tinggi. mereka tak lagi itung-itungan untuk urusan kebutuhan primer dan sekunder. yang membuat mereka pusing mungkin ketika harga paket liburan ke disneyland florida tahun ini tiba-tiba naik.
sementara rakyat yang miskin di negara maju karena tiap bulan terima subsidi dari negara, sudah tak pusing lagi dengan kebutuhan dasar sandang pangan dan papan. mungkin yang mereka pusingkan adalah ketika harga bbm naik, hehe. tapi karena jumlah mereka tak seberapa, suaranya kadang tak terdengar.
eh, mungkin ga ya, sebuah negara bentuk piramidanya menjadi terbalik, di mana masyarakat golongan atasnya jauh lebih besar daripada golongan menengah atau bawah? sepertinya sih mustahil. karena di mana-mana golongan pekerja kelas menengah-lah yang mendominasi demografi dan membentuk sebuah negara.
kelas atas yang hanya terdiri dari kaum konglomerat, keluarga kerajaan atau kaum penguasa secara alaminya tak mungkin berjumlah banyak, atau semakin bertambah jumlahnya. karena apapun yang kaum menengah berusaha capai, tingkat kesuksesan untuk meraih status kelas atas sangatlah rendah. belum lagi kalau jalan yang ditempuh untuk itu lebih ke jalur 'apapun disikat, halal ga halal yang penting diembat', bisa-bisa mereka cuma nongkrong di golongan atas sebulan-dua bulan lalu mendekam di penjara selama sisa hidupnya. #sukurin
idealnya sih, kalau uang pajak yang dibayar dengan peluh dan keringat rakyat tidak dikemplang, mental korupsi yang (terlanjur) menggurita di tengah-tengah masyarakat bisa sembuh total, negara akan punya cukup pemasukan dan dana tahunan untuk mengalirkan kran-kran kesejahteraan ke masyarakat tingkat paling bawah di piramida.
pelan tapi pasti taraf kehidupan para BoP akan terangkat ke jenjang piramida yang sedikit lebih tinggi dan jumlah mereka akan berkurang. sementara #kelasmenengahngehe hidupnya semakin mapan dan tak ngehe-ngehe lagi. hingga suatu saat bentuk piramida negara berkembang bisa bertransformasi menjadi bentuk baru seperti di negara-negara maju.
meski untuk menuju ke sana, jalannya tentu tak semudah hanya dengan menuliskannya di blog saja :-)
.:kalau kamu suka artikel di atas, mungkin kamu suka ini juga:
kalau ga salah di venezuela priramidanya terbalik... lebih banyak orang kaya daripada orang miskinnya. semoga indonesia bisa seperti itu, sehingga ga dikit dikit ribut dan memang harusnya pantas sebagai negara yang kaya raya.
ReplyDeleteeh cepet amat, baru diposting udah ada yg komen hihi... oh ada ya piramida yg terbalik, kirain ga mungkin hehe... (males riset langsung nulis emang begini) haha .. yah ga usah muluk2 lah ya, berubah dikit aja indonesia udah lumayan harusnya.. tapi entah kapan #pesimis euy
Delete