waktu aku masih kecil dulu, hampir setiap kali aku diajak oleh bapak pergi keluar rumah untuk jalan-jalan, sebelum pulang kami selalu mampir ke toko buku. tidak harus beli, karena kadang-kadang memang bapak tidak memperoleh buku yang dicarinya, atau karena memang tidak ada uang untuk membeli buku. seringnya sih bapak membuka-buka buku-buku bekas dan membelinya kalau isinya dirasa menarik.
tak jarang aku juga kecipratan rejeki ikut dibelikan buku bacaan anak-anak atau majalah bekas anak-anak seperti bobo, kawanku dan ananda untuk tambahan koleksiku yang sebagian besar dibelikan oleh bapak dari toko buku atau ibuku. sering ibu membeli majalah-majalah bekas dari tukang loak yang selalu lewat di depan rumah kami dan membeli majalah-majalah itu dari tetangga kami, lalu menjualnya lagi ke ibu dengan sistem kiloan. kenapa tidak langsung beli saja dari tetangga ya, kan lebih praktis. entahlah. yang pasti kami memang kurang mampu dari segi finansial waktu itu.
kebutuhan untuk membaca bapakku memang sangat tinggi, hingga koleksi bukunya sampai berlemari-lemari. firasatku, pasti sebagian besar dari koleksi buku-buku itu diperolehnya dari tukang loak atau toko buku yang menjual buku-buku bekas. selain buku baru mahal harganya waktu itu, minat bapakku rupanya selalu mengarah pada buku-buku lama yang memang harus dibeli bekas karena yang baru sudah tidak beredar lagi.
begitu banyak koleksi bukunya, sebagian sampai dimakan rayap karena tidak disimpan dengan aman. yang mencak-mencak tentu saja ibu, yang selalu bermimpi rumahnya bersih dan menganggap koleksi buku bapak adalah sampah yang menggunung. sekedar info, ibuku hanya lulus sekolah sampai sd saja, jadi bisa dimaklumi (baca: kios).
mungkin terbawa oleh semua ingatan masa kecil soal bapakku yang kini sudah almarhum, buku-buku koleksinya, dan hobi membacanya, aku juga suka mengoleksi buku. meski kadarnya tidak separah bapak, tapi aku terbilang lebih suka membaca meski bukan kolektor seperti adikku, tapi masih lebih lumayan dibandingkan kakakku yang bahkan tak punya lemari buku di rumahnya :-) #hihihi #ngapunten-e nggih mbak ayu
sewaktu masih smp, dengan uang saku terbatas, tentunya aku masih belum sanggup untuk membeli buku dengan uangku sendiri. minat bacaku aku siasati dengan menjadi anggota setia sebuah perpustakaan umum yang meminjamkan buku-buku bacaan yang selalu kulahap sepulang sekolah. hobi ini terputus ketika aku lulus sma karena harus pindah kota dan tidak berusaha mencari perpustakaan yang bisa meminjami buku.
tapi mungkin juga karena banyak buku-buku pelajaran yang harus dilahap, jadi mau tidak mau aku masih tetap harus membaca juga. ketika sudah mulai bekerja dan berpenghasilan sendiri, entah mengapa aku selalu merasa sayang memakai dan menghabiskan uangku untuk membeli buku. alasanku waktu itu, karena harga buku mahal. aku perlu uangku untuk membayar sekolah dan ikut les ini itu di luar jam kerja. kalau masih bisa memperoleh bahan bacaan dengan gratis seperti materi kuliah atau materi les, kenapa harus membeli buku? begitu selalu pikirku #dasarnya kudu irit juga sih
masih kuingat buku-buku pertama yang (dengan sangat terpaksa) kubeli, adalah tiga seri pertama buku harry potter, hanya karena aku pengin banget mengoleksinya. kalau pinjam teman kan harus dikembalikan, begitu pikirku. buku-buku lainnya masih pinjam di perpustakaan kampus atau pinjam teman. jadi secara hitungan buku, koleksiku memang masih sangat minim.
baru ketika aku pindah ke eropa dan kini menetap di inggris, aku menyadari betapa mudah dan murahnya ternyata untuk memiliki buku dan menambah koleksi. pertama karena pendapatan per kapita negara-negara eropa barat jauh lebih tinggi dibandingkan negeriku, kedua (yang membuatku garuk-garuk kepala) adalah karena harga-harga buku di sini ternyata malah lebih murah!!!
kenapa bisa begitu ya?
meski penasaran, lagi-lagi, seperti biasa aku malas survei. prasangkaku, mengapa harga buku di eropa bisa lebih murah dari harga-harga buku di indonesia, adalah karena seperti halnya harga tiket pesawat terbang, harga buku mungkin juga bertarif flat atau setara, hampir sama di tiap negara meskipun pendapatan per kapita penduduknya jelas-jelas berbeda.
maksudku dengan memberikan contoh tiket pesawat adalah begini. harga tiket dari inggris ke jakarta rata-rata sekitar 10 jutaan pulang pergi dan sebaliknya, baik itu dibeli dari inggris maupun dari indonesia. jika bagi orang indonesia uang sebesar itu sangat berarti, paling tidak itu gaji bulanan seorang manager atau karyawan senior di sebuah perusahaan menengah lah ya kira-kira, di inggris mereka yang bekerja serabutan saja mungkin bisa mengumpulkan dua kali lipat dari itu.
jadi jangan heran jika salah seorang teman indonesia dulu pernah berkata, di eropa tukang kebun, tukang sapu atau office-boy kantor saja tiap tahun pasti bisa berlibur jalan-jalan ke luar negeri. bukan karena sok-sok-an, tapi ya karena mereka mampu dan itu hal yang lumrah di sini. dan lama-lama setelah menetap di inggris ini aku baru sadar, demikian juga rupanya dengan harga buku!
jadi jangan heran jika salah seorang teman indonesia dulu pernah berkata, di eropa tukang kebun, tukang sapu atau office-boy kantor saja tiap tahun pasti bisa berlibur jalan-jalan ke luar negeri. bukan karena sok-sok-an, tapi ya karena mereka mampu dan itu hal yang lumrah di sini. dan lama-lama setelah menetap di inggris ini aku baru sadar, demikian juga rupanya dengan harga buku!
sebuah novel biasa kelas menengah di indonesia dipatok dengan harga sekitar 50 ribuan sampai 80 ribuan tergantung tebal halaman, jenis kertas, tampilan halaman depan dan (mungkin) tingkat ketenaran buku atau penulisnya #hasil analisa ngawur
kalau dikonversi ke poundsterling, itu sekitaran £3.5 sampai £6-an. hampir sama dengan harga-harga novel atau buku dengan ketebalan serupa di kebanyakan negara eropa, terutama di inggris. bahkan, beberapa buah buku di sini mungkin bisa dibilang lebih murah dibandingkan dengan buku dengan jenis dan kualitas serupa dengan buku di indonesia!
fakta mengejutkan? nyatanya memang begitu!
bahkan di inggris sini, banyak sekali buku-buku yang masih bagus kondisinya dijual lagi oleh toko-toko amal/charity shops, dengan konsep buku-buku tersebut setelah selesai dibaca disumbangkan dengan cuma-cuma oleh siapa saja dengan maksud atau tujuan beramal (yang tadinya mereka tentu membelinya dari toko buku dengan harga penuh dan kondisi baru), lalu badan amal menjualnya dengan harga murah sekitaran £1-2-an (sekitar 15-30 ribu rupiah) dan kemudian uangnya digunakan untuk tujuan-tujuan kemanusiaan.
konsep berikutnya setelah itu adalah, menghimbau orang untuk tidak mengoleksi buku, tetapi setelah membelinya dari badan amal, membacanya, lalu mengembalikan lagi ke badan amal tersebut sehingga bisa dijual lagi dan seterusnya. harga yang dibayar akhirnya bisa dihitung sebagai harga sewa sementara, meski himbauan ini boleh saja dilakukan atau tidak (yang dalam hal ini buku tersebut akhirnya disimpan atau dikoleksi).
dengan perbandingan harga buku di kedua negara dengan tingkat pendapatan masyarakatnya yang sangat jauh berbeda, dengan konsep pemahaman pemakaian buku yang berbeda, bagaimana ini akhirnya berpengaruh kepada minat baca masyarakat secara umum?
apakah lalu karena di inggris buku begitu murah dan bisa didapatkan dengan sangat mudah, orang tak lagi berminat untuk mengoleksi? apakah lalu minat baca masyarakat di inggris otomatis lebih tinggi?
lalu...
apakah karena buku di indonesia terbilang mahal dibandingkan tingkat pendapatan masyarakatnya, serta merta bisa kita simpulkan kalau memperkenalkan konsep buku untuk amal pasti akan sulit? karena itukah maka orang lebih cenderung menyimpan dan mengoleksi buku? kalau untuk makan saja sulit, apakah orang akan memprioritaskan menyisihkan uangnya untuk membeli buku? dan pertanyaan mutakhir yang paling penting tentunya, apakah tingginya harga buku ini memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap minat baca masyarakat indonesia secara umum?
pertanyaan-pertanyaan tersebut bisa saja dikembangkan untuk riset ilmiah atau untuk membuat sebuah tesis mungkin ya, karena tentunya hanya bisa dijawab melalui sebuah penelitian. apa mungkin sudah ada yang melakukannya? kalau pembaca ada yang tahu tolong minta link-nya kalau sudah ada yang pernah melakukan riset, membandingkan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan otak kusutku di atas #terima kasih sebelumnya #hehehe
aku sendiri, sewaktu pulang ke indonesia bulan kemarin itu, pengin banget membeli buku-buku berbahasa indonesia yang tak bisa kudapatkan di inggris sini. tapi begitu melihat harga-harganya, dan membandingkannya dengan harga buku-buku di inggris, jujur saja aku mundur, keluar dari toko buku tanpa membeli sebuah pun! rasanya koq sayang membeli buku-buku itu dengan harga yang hampir dua kali lipat harga buku jenis serupa di inggris :-p
jadi pengin membandingkannya dengan harga mobil!
jika harga buku-buku di indonesia rata-rata hanya sedikit lebih mahal dibandingkan di inggris, harga mobil dengan kondisi setara bisa jadi 5-10 kali lipat lebih mahal di indonesia dibandingkan di inggris atau eropa pada umumnya. kenapa bisa begitu? nanti aku tulis di artikel terpisah untuk lebih jelasnya ya. yang pasti untuk beli mobil di indonesia memang sangat mahal. sebuah mobil bekas kondisi bagus keluaran tahun 2005-an yang di indonesia masih bisa berharga 50-100 jutaan, di sini paling cuma laku 10-20 jutaan saja (harga beli baru mungkin setara atau beda sedikit karena selisih pajak). meski beda situasinya dengan buku, tetap saja hal-hal seperti ini membuatku tak habis pikir!
kesimpulanku, kalau kamu tinggal di indonesia dan kamu punya mobil, kamu kumasukkan kategori orang kaya! kembali ke soal buku..., kalau kamu tinggal di indonesia dan koleksi bukumu banyak, kamu masuk kategori orang kaya juga :-)
jadi pengin membandingkannya dengan harga mobil!
jika harga buku-buku di indonesia rata-rata hanya sedikit lebih mahal dibandingkan di inggris, harga mobil dengan kondisi setara bisa jadi 5-10 kali lipat lebih mahal di indonesia dibandingkan di inggris atau eropa pada umumnya. kenapa bisa begitu? nanti aku tulis di artikel terpisah untuk lebih jelasnya ya. yang pasti untuk beli mobil di indonesia memang sangat mahal. sebuah mobil bekas kondisi bagus keluaran tahun 2005-an yang di indonesia masih bisa berharga 50-100 jutaan, di sini paling cuma laku 10-20 jutaan saja (harga beli baru mungkin setara atau beda sedikit karena selisih pajak). meski beda situasinya dengan buku, tetap saja hal-hal seperti ini membuatku tak habis pikir!
kesimpulanku, kalau kamu tinggal di indonesia dan kamu punya mobil, kamu kumasukkan kategori orang kaya! kembali ke soal buku..., kalau kamu tinggal di indonesia dan koleksi bukumu banyak, kamu masuk kategori orang kaya juga :-)
dulu sewaktu kecil dan minat bacaku tinggi, buku terlalu mahal bagiku dan bagi keluargaku. saat aku sudah mandiri dan bisa mencari nafkah sendiri, buku belum juga menjadi prioritas dalam hidupku karena banyak hal lain yang harus kuutamakan dan membutuhkan dana yang tak sedikit.
ketika kini aku sudah mapan dan malah dimanjakan dengan kemudahan akses membeli dan membaca buku di negeri inggris, masih saja aku dihadapkan pada kenyataan bahwa buku di indonesia ternyata harganya lebih mahal daripada buku-buku di eropa. parahnya, karena aku belum bisa menjustifikasi mengapa demikian adanya, aku pun menyurutkan niat untuk membelinya!
ketika kini aku sudah mapan dan malah dimanjakan dengan kemudahan akses membeli dan membaca buku di negeri inggris, masih saja aku dihadapkan pada kenyataan bahwa buku di indonesia ternyata harganya lebih mahal daripada buku-buku di eropa. parahnya, karena aku belum bisa menjustifikasi mengapa demikian adanya, aku pun menyurutkan niat untuk membelinya!
dan, otakku pun semakin kusut....:-S
.:kalau kamu suka artikel di atas, mungkin kamu suka ini juga:.
Harga buku di sini semakin lama semakin mahal, Mbak. Entah itu yang terjemahan atau yang memang asli penulisnya dari Indonesia. Apalagi buku impor. Mahalnya jadi amit-amit.
ReplyDeleteAku sendiri mau hemat dari buku, susah. Karena aku cinta betul dengan buku. Sehari saja tidak pegang buku rasanya ada yang hilang. Mau pinjam di perpustakaan daerah, ya gitu deh. Bukunya mana ada yang bagus. Mau pinjam di rental buku, ya bukunya kebanyakan komik dan teenlit begitu. Bukan seleraku.
Jadi opsinya ya beli buku atau pindah ke kota atau negara yang perpustakaannya lengkap dan keren juga harga buku di sana murah. Sejauh ini sih opsi yang paling memungkinkan itu yang nomer satu: beli buku. Aku rela memotong anggaranku yang lain dan bikin gede anggaran untuk beli buku. Mumpung masih mudah dan belum menikah. Jadi uangku bisa diprioritaskan untuk beli buku. Hihihihihihi...
itu yg masih bikin aku kusut sampai sekarang Kim, kenapa bisa begitu ya? sepertinya aku harus investigasi tanya2 ke penerbit. kebetulan ada kenalan yg punya prsh penerbitan di cambridge, tp dia org indonesia dan skrg bisnisnya jalan dari 2 negara. mungkin ia bisa mengurai otak kusutku mengenai masalah ini #hihihi... nanti ada artikel jilid dua deh kalau pertanyaan2ku sudah mulai terjawab hehehe
Deleteartinya negara kita lebih maju ya... kalau lebih mahal harga buku... atau lebih edan ya negara kita...
ReplyDeletebiasanya buku buku di subsidi negara juga ... sehingga buku bisa di beli oleh semua kalangan masyarakat...
hmm, ada ya mas subsidi buku? wah perlu diinvestigasi lebih lanjut ini hehehe. makasih poin pentingnya nanti ditindaklanjuti #halah #dah kayak menteri aja nih aku haha
Deletewah, mbak Nay ini tibake anak kedua dari 3 bersaudara kah? tak kira mbarep :)
ReplyDeleteiyo, mbakku crita, dosennya yg pernah kuliah di Inggris, pulang2 bawa buku sak kontainer, karena harga buku di luar murah, kayak harga sekali makan kalo disini, 30rb an gitu.
selamat hunting jawaban ke temennya ya mbak, kenapa disana murah & disini amit2 mahalnya :)
haiyyyyaaa... aku anak kedua dari enam bersaudara!!! edan toh? hahaha.... iya nih dapat banyak masukan aneh bin ajaib dan kocak-kocak juga dari FB, ada jg yg jadi serius mbahas lewat chat. semua nanti dirangkum jadi tulisan jilid dua ya. sabar dikit tapi, narsum yang penerbit itu belum dikontak hahaha
Delete