gara-gara sebelum tidur acara televisi terakhir yang kutonton adalah acara kuis tebak lirik lagu, dan kontestan harus menyerah saat ia tak lagi mampu menebak lirik salah satu lagu favoritku against all odds-nya phil collins, yang membuatku agak gemes, sampai akhirnya terbawa mimpi. tak ada yang istimewa dari acara kuis itu sebenarnya. aku beranjak ke peraduan meski hari masih sore karena jumat malam adalah malam akhir pekan. tak kusangka rupanya lirik ini membekas dalam benakku dan terbawa sampai ke alam bawah sadarku.
***
"how can i just let you walk away, just let you leave without a trace,
when i stand here taking every breath with you, ooo...
you're the only one who really knew me at all
when i stand here taking every breath with you, ooo...
you're the only one who really knew me at all
so, take a look at me now, well there's just an empty space,
and there's nothing left here to remind me, just the memory of your face
and there's nothing left here to remind me, just the memory of your face
take a look at me now, well there's just an empty space,
and you coming back to me is against the odds and that's what i've got to face"
and you coming back to me is against the odds and that's what i've got to face"
aku tahu ia akan datang. aku telah menunggunya. kebetulan rumahku sepi. hanya ada aku seorang diri. sewajarnya memang begitu, kurasa. kupersilahkan ia masuk ketika pintu rumahku diketuk. kini sosok yang telah menghilang sekian lama itu hadir lagi di hadapanku. dan kali ini ia bertamu ke rumahku. dan aku merasa wajar-wajar saja.
"terima kasih sudah mau menerimaku. tapi aku takkan lama di sini. hanya untuk urusan kerjaan" katanya. aku cukup mengerti dan maklum. hari-hari berikutnya berlalu tanpa makna berarti. meski kami hanya berdua, ia rupanya cukup disibukkan dengan urusan kerjanya. yang kuingat ada begitu banyak rupa peralatan yang ia kerjakan, entah untuk apa. lagi-lagi aku mengerti. aku hanya sesekali melihatnya dari jauh meski kami begitu dekat. karena aku tak mau mengganggunya. yang penting ia ada di sini, di dekatku. itu yang kurasa, dan itu cukup bagiku.
hari itu aku keluar rumah. entah untuk urusan apa, tak begitu jelas. tengah ku berjalan sendiri, seseorang berteriak memanggilku. suara seorang perempuan. "hei, ia mencarimu kemana-mana sedari tadi. kini ia menunggumu di stasiun itu. cepatlah!" perempuan itu pun menghilang.
aku tersentak. kenapa ia harus pergi hari ini, tanpa memberitahuku terlebih dulu? kenapa ia meninggalkanku lagi? aku setengah berlari bergegas menuju ke stasiun. kulihat sosoknya berdiri di sana, menungguku. ia terlihat tegap dan gagah seperti biasa. semua terasa wajar saja. ia melihatku dan tersenyum. aku lega. ia belum pergi!
masih ada waktu untuk kata-kata selamat tinggal yang tak pernah terucap kali terakhir ia meninggalkanku. aku menghambur ke arahnya. ia memelukku. rengkuhannya masih hangat seperti terakhir kali kuingat. lalu ia menunjuk gerbong kereta yang berhenti menunggu tak jauh dari tempat kami berdiri. "itu keretaku" katanya pendek. "barang-barangku sudah ada di dalam semua". aku mengangguk mengerti. waktu kami tak banyak lagi.
kuputuskan untuk menggandeng tangannya dan mengajaknya duduk di sebuah bangku kosong peron di pojok stasiun. berdua kami memandang kosong ke arah gerbong kereta yang sebentar lagi akan membawanya. lalu lalang calon penumpang yang menghalangi pandangan kami tak kami hiraukan. lagi-lagi semua terasa wajar saja. sampai sebuah suara lantang dari dalam gerbong menusuk telingaku.
"hei, ingat. kini kau tak lagi sendiri. siapa pula lelaki itu?!" terdengar sebuah suara seorang perempuan seakan menghardikku.
kutatap sosok di sebelahku. aku mengerti ia pun tak lagi sendiri. meski terakhir kudengar ia telah bercerai, dan meski aku telah punya pengganti dirinya, tapi bagiku pertemuan ini tetap wajar-wajar saja. toh hubunganku dengan penggantinya saat ini baru seumur jagung, belum resmi dan masih bisa kuakhiri, jadi kurasa harapan itu masih ada. harapan untuk kembali berdua dengannya, meski kini ia harus pergi lagi.
gerbong kereta perlahan tapi pasti mulai dipenuhi oleh para penumpang, tak lama lagi pasti kereta akan segera berangkat. dan kami masih duduk di sana saling berpegangan tangan erat, seakan tak mau terlepas lagi. masih ada waktu untuk ucapan selamat tinggal, sebelum gerbong kereta itu benar-benar beranjak pergi.
tapi kami masih ingin menikmati tiap detik kebersamaan terakhir itu dalam diam, ketika tiba-tiba serombongan perempuan berbaju pesta menghampiri kami entah dari mana datangnya. mereka muncul begitu saja. dengan canda riang, satu dari mereka berkata padaku "hei, setengah jam lagi ya. jangan lupa acara pertemuan kita. oh ya, kali ini kamu bagian konsumsi kan? jangan lupa juga bawa kue-kuenya ya!", mereka pun berlalu.
aku tersentak, "kue! aku lupa memesan kue!" sejenak aku ragu. ia akan berangkat sebentar lagi, kereta itu telah menunggu. waktuku tak lama lagi. tapi kalau tak segera kupesan kue-kue itu, tukang kue mungkin akan tutup kalau aku tak segera ke sana. waktuku makin sempit.
kulepas genggaman tangannya dan berkata "tunggu aku, aku hanya pergi sebentar ke seberang jalan itu, takkan lama". ia mengangguk setuju. aku berlari menyeberang. masih kulihat di sudut mataku sosoknya masih duduk di sana, di bangku pojokan peron itu. ia menungguku.
sesampainya di tukang kue, aku lega karena tokonya masih buka. kusebutkan pesananku dengan terburu-buru dan kujelaskan ke tukang kue itu aku harus segera pergi, tapi aku akan kembali mengambil dan membayarnya. tukang kue tersenyum mengerti sambil dengan cekatan mulai membungkus kue-kue yang kupesan. aku menghambur keluar toko dan menyeberang jalan setengah berlari, kembali ke peron stasiun itu.
tapi kudapati peron kali ini sepi. bangku di sudut itu kini kosong tak berpenghuni. kupalingkan pandang secepat kilat ke arah gerbong kereta yang dari tadi menunggu diam di sana. masih kulihat sekelebat bayangan gerbong yang melaju pergi meninggalkan jejak siluet yang perlahan kabur di mataku. aku menatap bagian belakang gerbong dengan nanar.
ingin ku berlari mengejar kereta itu tapi kakiku kelu. aku berdiri kaku terpaku diam di lantai peron yang kini mendadak senyap sunyi. ingin ku berteriak "tungguuuuuu", tapi yang keluar hanya lenguhan serak dan parau dari tenggorokanku yang tiba-tiba kering dan terasa sakit sekali. ia telah pergi, tanpa sempat kuucapkan kata-kata selamat tinggal itu, sekali lagi.
kurasa aku berdiri di sana cukup lama, menatap kosong rel kereta. lalu kuputuskan untuk melangkah pergi, meninggalkan stasiun itu dengan perasaan hampa. kuambil pesanan kue-kueku meski aku tak lagi berkeinginan untuk datang ke acara pertemuan para perempuan itu.
perasaanku masygul, antara rindu yang membuncah namun tak sempat tersampaikan, dera perasaan sunyi yang tak sempat terucapkan, sedih sesal yang menyergap karena lagi-lagi ia pergi tanpa sempat berucap selamat tinggal tuk terakhir kali. dadaku sesak, aku limbung...
"i wish i could just make you turn around, turn around and see me cry,
there's so much i need to say to you, so many reasons why,
you're the only one who really knew me at all...."
***
dan aku terbangun...
masih masygul, kulirik jam weker di samping tempat tidurku. sudah hampir pagi rupanya. sedetik kemudian realita menyergapku. telingaku menangkap suara dengkur halus suamiku yang masih terlelap di sebelahku.
ah, aku bermimpi rupanya. sosok itu kembali hadir dalam tidurku, sekali lagi. kali ini ia menyelinap ke era di mana aku belum bertemu suamiku kini dan era ketika aku masih berharap ia akan kembali padaku dan kami akan berdua lagi. yang tak habis ku mengerti, mengapa dalam mimpi kupahami bahwa ia tlah berpisah dari pasangan hidupnya kini, padahal realitanya itu sungguh bukanlah yang terjadi? aku tak tahu, mungkin karena memang seperti itulah sebuah mimpi. fakta dan ilusi saling mengingkari.
ah, aku bermimpi rupanya. sosok itu kembali hadir dalam tidurku, sekali lagi. kali ini ia menyelinap ke era di mana aku belum bertemu suamiku kini dan era ketika aku masih berharap ia akan kembali padaku dan kami akan berdua lagi. yang tak habis ku mengerti, mengapa dalam mimpi kupahami bahwa ia tlah berpisah dari pasangan hidupnya kini, padahal realitanya itu sungguh bukanlah yang terjadi? aku tak tahu, mungkin karena memang seperti itulah sebuah mimpi. fakta dan ilusi saling mengingkari.
sepenggal memori masa lalu dan sentuhan lirik lagu yang kudengar tadi malam berhasil memutar balik sang waktu di alam bawah sadarku. namun pagi ini aku sadari, kini telah ada sosok lain yang hadir nyata, mencintaiku dan kucintai sepenuh hati sampai akhir masa. meski kuyakin sosok di mimpi itu akan datang lagi mengaduk-aduk kembali memoriku satu malam nanti.
.:kalau kamu suka artikel di atas, mungkin kamu suka ini juga:.
.:kalau kamu suka artikel di atas, mungkin kamu suka ini juga:.
Wajar itu mah, Mbak. Wajaaaaaaar... *ngomong sama kaca juga*
ReplyDeleteini mimpinya mirip2 punya Kimi deh :p
Deleteiya mbak, kadang aku juga mimpi aneh2, khususnya untuk sesuatu yang sangat menggangguku ataupun unfinished business.
ah kalian ini!!! nggodain aku ya... *nyisir poni*
Deletelho kok godain?
Deleteeh bijim, itu lagunya aku suka juga, tapi yg versi Westlife feat Mariah Carey :)