Monday, 8 April 2013

irit air

masih inget cerita soal tagihan air kami yang ternyata salah bayar itu? kalau belum baca, sila klik postingan yang ini dulu deh ;-p #maksa - ya kan biar nyambung critanya.... 

sejak tinggal di inggris dari tahun 2006 yang lalu sewaktu datang ke sini pertama kalinya untuk ngelanjutin kuliah master, aku sama sekali ga pernah tahu urusan tagihan pemakaian air. alasannya ya karena urusan tersebut memang sudah ada yang menangani khusus jadi kita ga perlu ambil pusing lagi. pas mahasiswa apalagi, kan kami tinggal di asrama universitas yang harga sewa kamarnya sudah termasuk tagihan pemakaian listrik, gas, air, sampai pajak, apapun lah semua sudah diurus sama para pegawai asrama. kan ribet kalau mahasiswa musti dikasih tagihan pemakaian air, listrik dan gas per kamar, hihihi... ga praktis banget.

setelah lulus dan lalu pindah ke rumah kontrakan bareng temen-temen (nyewa satu rumah gitu rame-rame satu orang dapet satu kamar tidur dengan harga sewa bervariasi tergantung ukuran kamar, yang mana aku selalu ambil yang ukuran paling kecil sekecil-kecilnya demi irit biaya sewa donk, jadi sisa duit bisa ditabung, lagipula badan kecil kerempeng gini kan ya ga perlu ukuran kamar yang gedhe-gedhe toh....); di rumah sewa inipun semua biaya sewa per bulannya sudah termasuk harga pemakaian listrik, gas dan air, yang lalu pembayarannya tentunya diurus oleh yang punya rumah alias si bapak/ibu kos-nya.

sampai akhirnya ketika aku beli rumah sendiri, baru deh mau tak mau sebagai pemilik properti, aku dan suamilah yang kini bertanggung jawab kudu ngurus tagihan bulanan pemakaian 3 buah kebutuhan dasar manusia moderen ini, yaitu listrik, gas dan air. kalau suami mah bukan hal yang baru lagi karena sebelum ketemu aku dia udah punya properti sendiri. tapi bagiku, ini adalah hal baru di negeri inggris ini.

waktu itu sempat kepikiran juga sih begitu pindah ke rumah sendiri yang ukurannya lumayan besar untuk ukuran standar rata-rata rumah di inggris (3 lantai dengan 5 kamar tidur, 4 toilet, 2 kamar mandi 1-nya en-suite). tagihan-tagihan itu bakalan gedhe ga yah? mampukah kami bayar setiap bulan? apa kudu makai ini itunya ngirit? kalau kudu irit, seirit apakah supaya tagihannya ga mahal-mahal? gitu-gitu deh... normal donk ya namanya juga ibu-ibu :-D

pas beli rumah ini juga tadinya ambisiku sih, suami udah sempat protes buat apa beli rumah gedhe-gedhe wong cuma mau ditinggali berdua doank (sebelum punya anak tentunya), dan praktisnya sih cuma perlu 1-2 kamar tidur doank kan yah, trus kalau beli rumah 5 kamar, yang 4 buat siapa? hehe. tapi waktu itu aku ngeyel dan sudah menyiapkan alasan-alasan kuat untuk berargumen mengenai finansial, kemampuan daya beli, bursa properti, inflasi, investasi jangka panjang, banyak deh! setelah bla-bla-bla mengenai hal-hal tersebut dan tentunya dengan gaya meyakinkan (salah satu keahlianku yang terkadang cukup manipulatif, hihihi) akhirnya suami setuju juga ;-p

nah, begitu pindah baru aku sadar, pastinya pemakaian listrik, gas dan air juga akan setara dengan ukuran rumah donk yah. rumah yang lebih kecil tentunya perlu listrik dan gas lebih sedikit dibanding rumah ukuran sedang atau besar (di sini gas suplainya ga pake tabung kaek di indonesia, tapi sudah disalurkan lewat instalasi pipa seperti air PAM dan pemakaiannya dihitung pakai meteran).

kalau pemakaian air sih sepertinya tergantung dari jumlah penghuni dan konsumsi per kepala atau per orang, serta gaya hidupnya boros atau irit. lebih banyak penghuni di dalam rumah dan makin bergaya hidup boros, tentu pemakaian akan meningkat. cuma kalau listrik dan gas tergantung juga dari jumlah kamar dan lama pemakaian.

khusus untuk gas yang juga dipakai untuk pemanas ruangan, semakin banyak ruang yang kudu dihangatkan, semakin banyak pula konsumsinya. karena membiarkan ruangan tanpa pemanas juga tidak bagus untuk material bangunan, bisa mengkerut dan retak! apalagi selama musim dingin. jadi meski di rumah kami cuma pakai 1 kamar tidur doank, tapi kamar-kamar lain yang selalu kosong tiap hari tetep kudu dihangatkan bersama ruangan-ruangan lain di seluruh rumah, mau ga mau :-) jadi pemakaian pemanas memang standarnya begitu, ga bisa diirit-irit lagi, hihihi.

kalau listrik sih masih bisa. strategi iritnya, kami biasa cuma nyalain lampu di ruangan yang kami pakai saat itu saja. begitu keluar kamar/ruangan, lampu selalu dimatikan, lalu nyalain lampu lain di mana kita mau nongkrong setelah itu. jadi di mana kami berada di dalam rumah, cuma di situlah lampu nyala. sebisa mungkin jangan sampai ada kamar yang terang benderang tapi isinya cuma setan ama hantu casper doank alias kosong melompong, hehehe

perlu pembiasaan juga sih awalnya, karena dulu di indonesia begitu maghrib tiba, di rumah bokap-nyokap hampir semua lampu dinyalain. meski semua pada ngumpul di depan tv misalnya, tapi ruang tamu juga terang, teras rumah juga terang (maklum juga sih karena kami punya toko kelontong di depan rumah jadi kalau terang bisa ngundang pembeli gitu kali ye...). kadang-kadang ada juga lampu ga kepake yang dimatikan sih, tapi jarang-jarang karena dulu bokap emang sukanya di mana-mana ada lampu nyala hehe. pas mau tidur saja semua di matikan dan diganti lampu kecil supaya ga gelap gulita. sementara di inggris sekarang, kami selalu tidur dalam gelap dan ga bisa nyenyak kalau ada cahaya dikit aja nerobos ke kamar. beda strategi rupanya ya hehehe...

nah, sekarang untuk pemakaian air....

karena sebelumnya aku ga pernah tau dan ga pernah ngeh kira-kira tiap bulan aku tuh ngabisin air berapa galon sih buat mandi, berendam di bath-tub, cuci muka, cuci rambut, gosok gigi, ke toilet, cuci piring, nyiram bunga, nyuci mobil, masak, minum, cuci baju, dan lain-lain? ga pernah ngitung juga sih ya, kurang kerjaan banget hihihi. dan karena rekening tagihan air ga pernah bayar sendiri sebelum punya rumah, jadi ya seringkali taken for granted aja, alias cuek bebek pakai air suka-suka. 

baru kepikiran serius begitu punya rumah sendiri, aku jadi peka terhadap pemakaian air. selain karena mind-set di otakku yang selalu pengin irit dalam hal apa saja (kebiasaan orang miskin ini mah, LOL), karena aku punya prinsip "pemborosan itu sama saja dengan ngebuang duit hasil keringat sendiri ke tempat sampah dan menurutku itu adalah tindakan yang cukup bodoh! - hehehe", juga karena pada dasarnya pemakaian sumber daya alam (listrik, gas dan air termasuk contoh di dalamnya) dengan penuh tanggung jawab itu merupakan bentuk kepedulian kita terhadap kelestarian bumi untuk bekal generasi anak-cucu kita nantinya #tsahhhh.... #gubrag

jadi ketika rekening tagihan air (yang baru ketahuan ternyata milik tetangga depan rumah itu) datang ke rumah untuk pertama kali, aku dulu sempat ngitung berapa £££ tiap bulan kami berdua masing-masing rata-rata makai air, niat banget yah ;-p

gampang sih matematikanya ga perlu kalkulator. tagihan kan biasa datang tiap 3 bulan sekali. ya tinggal dibagi 3 untuk tahu besar pemakaian per bulan, lalu dibagi 30 untuk besar pemakaian rata-rata harian, lalu dibagi 2 lagi untuk pemakaian per orang per harinya! simpel...

angka tepatnya aku lupa sih, yang pasti setelah tagihan kedua dan ketiga datang dan aku cukup yakin kalau kami makai airnya memang ga gitu mahal-mahal amat, aku jadi ga begitu peduli lagi dengan besarnya tagihan. sampai beberapa minggu kemarin itu ketika kami dikagetkan dengan kabar dari perusahaan air bahwa selama ini tagihan yang kami bayar adalah milik rumah depan, keluarga dengan dua orang anak laki-laki yang menginjak usia remaja dan bukannya tagihan pemakaian air milik kami sendiri!

setelah berhaha-hihi kegirangan karena perusahaan air mengembalikan kelebihan uang pembayaran selama hampir 2.5 tahun sebesar kurang lebih 10 jutaan rupiah itu, aku jadi mikir berarti kami berdua makai airnya sangat-sangat irit sekali yah ternyata. lha selama ini kami bayar tagihan keluarga berisi 4 orang dan aku pikir itu sudah murah lho, koq rupanya tagihan kami sesungguhnya masih jauh di bawah itu hahaha....

hmm....jadi curiga sih....

apakah ini berarti kami berdua jarang mandi? apakah ini berarti kami jarang gosok gigi, jarang nyuci baju, jarang ke toilet, jarang cuci muka dan jarang minum? koq jadi ngeri ya ngebayanginnya....jorok bener! wuahahaha....

tapi sepertinya masuk akal juga koq.... bahwa kami selama ini memang selalu menerapkan prinsip-prinsip pengiritan air yang sudah menjadi bagian dari pola hidup keseharian di rumah kami, meski agak beda dari keseharian gaya hidup masyarakat di inggris sini. cuma aku sih sebenarnya yang pegang kendali atas pelaksanaan prinsip tersebut, suami mah nurut saja dan jarang protes (karena kalau berani protes siap-siap dikudeta :-p).

apa sajakah prinsip-prinsip irit air di rumahku? mari kita lihat satu persatu.

1) tidak pernah pakai dishwasher

dishwasher adalah mesin cuci piring dan segala perabotan dapur (bagi yang belum tahu, sila lihat gambar di bawah :-p). di indonesia aku ga pernah punya alat moderen ini. punya mesin cuci baju saja baru sekitaran tahun 2003/4-an pas ada diskon buat karyawan di samsung dulu, jadi diniatin beli mesin cuci baju. padahal aku udah nyuci baju sendiri sejak kelas 4-5 SD lhoh. total berapa tahun itu aku selalu nyuci baju pake tangan, coba? hampir 20 tahun saudara-saudara! gilak ya... padahal mesin cuci kan udah ada sejak lama hahaha... yah... kan emang aku selalu bergaya hidup sederhana :-p #baca: ga mampu beli mesin cuci



source
nah, kalau mesin cuci aja masih jarang dipake di indonesia, apalagi mesin cuci piring. aku belum pernah lihat sih ada yang punya di indonesia. meski aku pernah tinggal serumah dengan keluarga yang menurutku termasuk kategori kaya-raya sewaktu aku kerja di semarang dulu, mereka juga ga punya tuh mesin cuci piring. ada ga sih sebenarnya yang jual? jangan-jangan emang ga ada yak, hihi...

lain di indonesia, lain pula di inggris. di sini hampir semua rumah sudah dilengkapi dishwasher, karena memang sudah umum banget kayak mesin cuci baju gitu lah. jadi bukan hanya orang kaya saja yang punya. dishwasher tidak termasuk barang mewah juga sih jadi ga bisa dipamerkan atau dibangga-banggain kaek misalnya kalau ada yang punya di indo pasti tiap tamu yang dateng ke rumah pasti langsung dipamerin deh #hihihi.

tapi tetep ada juga sih rumah di inggris yang tidak ada atau ga punya dishwasher karena mungkin keterbatasan tempat buat naruhnya, atau keterbatasan finansial untuk bayar biaya listrik dan airnya atau mungkin si penghuninya emang hobinya nyuci piring pake tangan! boleh-boleh saja toh... ;-p

ketika kami beli rumah, di dapur sudah dipasang dishwasher sebagai bagian sepaket sama lemari dapur dan kulkas tanpa kami minta. memang harga rumah sudah termasuk semuanya. kecuali untuk mesin cuci baju dan pengering baju, pihak developer-nya cuma menyediakan ruang buat naruh saja, dan kami kudu beli sendiri.

tapi karena sebelum beli rumah ini aku memang jarang sekali pakai mesin cuci piring, cuma pernah pakai sesekali saja pas ngontrak bareng-bareng temen dulu dan waktu ikut ibu kos pas statusnya masih karyawati jomblo, secara pribadi aku juga ga gitu suka sih nyuci piring pakai mesin. ga yakin aja bersih enggaknya.

karena pada prinsipnya cara kerja mesin ini adalah: perabotan dapur cuma disusun di rak, terus sewaktu mesinnya nyala, air akan disemprotkan dengan kekuatan jet (halah), lalu perabotan direndam dengan bubuk sabun yang sebelumnya ditaruh di kotak yang disediakan, lalu setelah itu air rendaman dibuang sama si mesin, trus perabotan dibilas dengan cara disemprot lagi dengan air panas ga tau sampe berapa kali, tergantung setingan pas nyalainnya. dah gitu doank, ga ada acara gosok menggosok atau sikat menyikatnya :-p #tangan siapa emang yang mo dipake ngegosok di dalam mesin hihihi

dengan proses pencucian ala mesin ini, jumlah air yang dipakai untuk sekali putaran tentunya cukup banyak yah, apalagi kalau kapasitas mesinnya gedhe. kalau yang perlu dicuci banyak sih ga papa, tapi kalau jumlah perabotan makan dan dapur yang perlu dicuci jumlahnya ga seberapa kan jadi boros air, karena pemakaiannya akan sama saja mau mesinnya kosong atau penuh. yah mirip-mirip mesin cuci bajulah. mau diisi separo atau penuh, kalau setingnya sudah segitu ya jumlah air yang dipakai tetap sama.

dan inilah yang membedakan cuci piring pake mesin dengan cuci piring manual pake tangan, karena kalau dicuci pakai tangan kan jumlah air bisa kita kontrol, ya kan? ditambah lagi, kadang-kadang setelah keluar dari mesin, apalagi kalau mesinnya sudah agak-agak uzur, suka-suka masih ada bekas sabun gitu lhoh nempel di piring (karena emang ga pake acara gosok-ngegosok itu tadi ;-p), kan jadi males tiap mau makan musti bilas dulu lagi hihihi.

kesimpulannya sih, nyuci piring secara manual atau pakai tangan tetap menjadi andalanku sampai sekarang :-)

dasarnya otakku emang primitif, dulu aku sempat skeptikal/ga yakin juga lhoh sewaktu beli mesin cuci baju untuk pertama kali yang dari samsung itu. karena selama 20 tahun selalu ngucek baju terutama bagian kerah dengan tangan dan selalu yakin tingkat kebersihan yang aku capai selalu tingkat tinggi #halah, begitu makai mesin cuci, kaeknya ada yang kurang bersih gitu begitu bajunya keluar dari mesin. agak-agak kurang percaya saja sih sama si mesin, hihihi.

tapi lama-lama jadi terbiasa dan cuek juga serta merasa tertolong dengan adanya mesin cuci baju, ga usah pake ngos-ngosan lagi kalau kudu meras cucian yang berat-berat semacam sprei atau celana jeans. dan terutama setelah tinggal di inggris ini karena ga begitu sering keringetan seperti di indonesia, aku percaya 100% sekarang kalau mesin cuciku sangat-sangat berjasa membersihkan bajuku dengan sempurna tanpa harus ngucek dengan tangan dan meres-meres kain sampai ngos-ngosan lagi :-) #peluk mesin cuci

lucunya, ketika aku mulai kenal suamiku dan rajin berkunjung ke apartemennya (baca: ngapel), aku baru sadar ternyata dia juga tipe manusia yang ga pernah makai dishwasher. aku taunya karena ketika aku buka pintu dishwasher yang nangkring di dapurnya, ternyata dalamnya masih baru dan kinclong! bukannya dipakai untuk nyuci piring dan perabotan dapur, mesin cuci piring di apartemen suami berubah fungsi jadi tempat naruh kantong plastik belanjaan yang ga kepake, hehehe.

alasan dia sih, cuma hidup seorang diri kenapa kudu ribet-ribet pakai mesin kalau cuma mau nyuci piring 1 atau 2 doank ama panci 1 biji, hihihi. bener juga sih...

prinsip ini rupanya berlanjut ketika akhirnya kami nikah dan pindah ke rumah sendiri. mesin cuci piring kamipun akhirnya bernasib sama, dari baru belum pernah dipakai. di dalamnya masing nongkrong dengan manis buku manual dari pabriknya, belum pernah kami nyalakan, belum pernah dioperasikan, dan sekarang isinya adalah kantong plastik belanjaan yang ga kepake! hahaha....

yah, tinggal berdua juga kebutuhan cuci piring dan alat-alat dapur kami ga gitu banyak juga sih. meski di inggris sini, orang-orang umumnya tetep make mesin meski mereka tinggal sendirian sekalipun, demi gaya hidup moderen doank. dan umumnya memang mereka ngumpulin dulu piring-piring kotor sampai banyak berhari-hari ga dicuci, baru kalau sudah rada penuh baru mesin dinyalakan. nurutku sih malah jorok mah ya, abis makan ga langsung dicuci tuh piring-piring, bisa jamuran sisa makanan yang nempel! hiiiii..

kalau keluarga besar misalnya dengan 2-4 anak sih memang wajar kalau tiap hari mesinnya langsung penuh tiap kali abis masak dan makan bersama. tapi dipikir-pikir konsumsi air dan listriknya juga besar kan yah jadinya.

mungkin nantilah kalau aku sudah mulai kewalahan nyuci alat dapur dan alat makan dengan tangan dan aku sudah punya anak banyak (12 misalnya hahaha), baru aku akan fungsikan itu mesin supaya bermanfaat daripada dianggurin kesian juga. tapi untuk saat ini, aku masih milih buat nyuci piring pake tangan saja, irit air dan dijamin bersih :-)

2) prinsip fully-loaded laundry

seperti halnya mesin cuci piring, memakai mesin cuci bajupun aku punya strategi irit. kalau orang inggris sini pada umumnya setahuku selalu nyuci baju hampir tiap hari atau 2 hari sekali (teman kantorku rata-rata bilang begitu), aku sama suami koq ga boros-boros amat ya make bajunya.

aku juga ga mau sih nyuci baju tiap hari, karena strategiku nyuci baju adalah nunggu sampai terkumpul cukup baju kotor sebanyak 3 kali daya muat mesin cuci. kenapa 3 kali? karena aku perlu pisahkan baju-baju kotor jadi 3 atau 4 bagian. biasanya cuma 3 sih, yaitu warna putih dan terang (krem muda misalnya) selalu aku cuci terpisah. lalu warna gelap, hitam, coklat tua jadi satu kelompok, dan selebihnya warna-warna lain jadi kelompok ketiga.

kalau salah satu kelompok tidak begitu banyak, aku selalu nunggu sampai jumlahnya cukup jadi begitu masuk ke mesin, mesinnya akan mencapai kapasitas maksimalnya. dengan begitu, setiap kali nyuci pemakaian air dan listrik akan maksimal juga. irit kan? kendala strategi ini cuma satu sih, kami kudu punya stok baju banyak. kalau ga kan susah tuh bajunya masih kotor, lemari udah kosong ga ada baju sisa buat dipakai, hahaha.

enaknya hidup di negara empat musim yang selalu dingin hawanya, tingkat kekotoran baju ga separah kalau tinggal di negara tropis seperti indonesia, yang selalu penuh debu dan keringetan setiap saat. kadang-kadang aku sampe ga bisa bedain sih mana baju kotor mana yang bersih, karena baju kotornya juga ga gitu kotor atau bau banget, suwer deh....

3) makai bathtub atau tempat berendam di kamar mandi seperlunya

supaya irit air, gampang saja lah strategi irit pemakaian bathtub. jangan sering-sering berendam kalau mandi! gitu aja koq repot hihihi....

lagipula mandi dengan cara berendam perlu waktu lebih lama sih, jadi untuk mandi harian kami selalu pakai shower saja, cepat dan praktis. berendam cuma kami lakukan kalau pas akhir pekan saja dan punya waktu luang banyak, karena memang berendam merupakan saat untuk relaksasi dan merenung sembari menikmati kehangatan air di bak rendaman.

semakin jarang berendam, semakin irit kami pakai air, karena sekali berendam memang perlu beberapa galon untuk mengisi baknya sampai penuh. yah, sekali dua kali per bulan masih oke lah ya.... meski sejak hamil akhir-akhir ini aku jadi lebih sering minimal seminggu sekali pasti berendam. enak sih bisa rileks gitu otot-otot yang dibikin pegel sama si Beebee... hehe...

4) nyiram bunga/kebun seperlunya

di negara empat musim, nyiram bunga dan kebun ga kudu tiap hari seperti di negara beriklim panas. apalagi kalau masuk musim gugur, dingin dan semi. praktis selama musim gugur biasanya selalu turun hujan dan hawa mulai dingin dan basah. selama  musim dingin bersalju, bunga semua berhibernasi jadi ga perlu air sama sekali, lalu selama musim semi ketika suhu mulai menghangat, biasanya masih sering turun hujan dan hawa masih cukup basah juga.

jadi umumnya, urusan siram menyiram kebun yang memerlukan pemakaian air cuma dilakukan selama musim panas saja, termasuk menyiram halaman rumput. aku belum begitu menerapkan prinsip pengiritan air sih untuk urusan satu ini, tapi karena kebun rumah kami ukurannya lumayan kecil, tentu pemakaian air kran untuk penyiraman selama musim panas juga ga gitu banyak. mereka yang halaman rumputnya luas mungkin konsumsi airnya akan melonjak naik selama musim panas, karena kalau rumput tidak disiram bisa cepat mati dan mengering.

strategi irit lain yang orang-orang sini biasa lakukan adalah menampung air hujan dari talang/saluran air dari atap di tong-tong plastik selama musim basah, untuk digunakan buat nyiram tanaman selama musim kering jadi airnya gratis dari langit ga perlu make air dari kran. kami mungkin kudu melakukan hal ini juga cepat atau lambat. tapi saat ini belum perlu-perlu banget kaeknya beli tong plastik :-)

5) tombol siraman toilet

di sini hampir semua rumah toiletnya toilet duduk, yang pakai tangki air di belakang untuk nyiram itu. nah, toilet yang sudah moderen biasanya dilengkapi dengan dua tombol siraman, yaitu tombol kecil dan tombol besar (lihat contoh foto dari internet di bawah ini). ya tujuannya untuk apalagi agar supaya pemakaian air siraman bisa lebih optimal dan irit, yaitu tombol kecil untuk nyiram setelah buang air kecil dan tombol besar untuk yang satunya lagi :-p



source
kalau jenis toiletnya masih yang model lama sih mau ga mau cuma ada 1 opsi tombol atau tuas untuk nyiram, yang mana kalau tekanan atau jumlah debit air yang keluar dari tangki untuk nyiram setiap kali tombol ditekan cukup banyak meski cuma untuk nyiram sehabis buang air kecil, kan jadi boros pemakaian airnya. sebaliknya kalau debit airnya jumlahnya terlalu kecil, setiap kali buang air besar jadi kudu nyiram berkali-kali yang juga jadi tambah boros deh.

untungnya karena kami beli rumahnya yang baru dibangun, jadi dapet toiletnya yang udah moderen donk, dengan 2 pilihan tombol untuk ditekan sesuai kebutuhan. kalau mereka yang rumahnya masih ada toilet yang jenis lama, nurutku sih bakalan lebih murah biaya pemakaian air tiap bulannya kalau tangki toilet lama dibongkar lalu diganti tangki moderen yang pake dua tombol itu. meski banyak juga yang ga gitu peduli sih dengan itung-itungan urusan siram-menyiram toilet ini, jadi ya masih banyak saja di mana-mana ditemui toilet jenis lama dengan pilihan tombol cuma satu doank!

6) gosok gigi kran ditutup

masih banyak lagi hal-hal kecil yang bisa kita jadikan kebiasaan sehari-hari yang ujung-ujungnya bisa membantu irit air. salah satu contoh klasik yang sampai sekarang orang-orang masih saja susah berdisiplin melakukannya adalah gosok gigi dengan kran ditutup. selalu saja kalau kita berdiri di depan wastafel mau gosok gigi, otomatis kran dibuka untuk membasahi sikat. lalu ketika kita sibuk gosok gigi, kran yang tidak terpakai tetap kita biarkan terbuka sehingga air mengucur sia-sia ke pipa pembuangan, ya kan?

padahal harusnya sih setelah membasahi sikat, kran ditutup dulu sampai kita perlukan lagi airnya untuk berkumur setelah selesai nyikat gigi, tapi kebanyakan orang masih sulit lho membiasakan hal yang sepertinya sepele ini. ayo ngaku siapa yang masih suka gosok gigi tapi kran air tetap nyala, tunjuk tangan? :-)

akhir kata #haiyah, dengan prinsip-prinsip irit air di atas sepertinya memang tagihan pemakaian air di rumah kami tidak akan pernah terlalu mahal (kecuali kalau aku bener-bener punya 12 orang anak hihihi). dan mudah-mudahan tulisan ini bisa menginspirasi kalian semua untuk mencoba menerapkan prinsip-prinsip yang sama, jika memang mau...

ps: yang penasaran, koq ga dikerjain (mbak) pembantu sih urusan cuci-cucinya, kenapa musti repot-repot kudu mesin yang kerjain? jawabannya ada di postingan ini: pembantu



“Tulisan ini diikutsertakan untuk memeriahkan GiveAway Komik mak Irits #GueBangets”
 
http://www.makirits.com/2014/09/giveaway-mak-irits-guebangets.html
 

.:kalau kamu suka artikel di atas, mungkin kamu suka ini juga:.

11 comments:

  1. wuah, mbak, toilet di kampusku di malaysia, persis kayak yang di nomor 5, dan aku baru tau kalau fungsinya itu seperti yg mbak bilang di blog mbak, hahahahahaha..... Gedung fakultasku termasuk yg baru siap dibangun, mungkin krn itu toiletnya lebih moderen dr pd toilet di fakultas lain hahahaha. Berarti aku udah bisa praktekan pengiritan air di kampusku:)

    ReplyDelete
    Replies
    1. hihihi... itu dia kadang-kadang fasilitas udah komplit kalau yg pakai ga dikasi tau fungsinya jadinya percuma yah, ga bisa irit juga mana tombol yang kudu ditekan hahaha... kalau dah tau silakan disosialisasikan ke teman-teman kampus, itung-itung kampanye irit air xixixi....

      Delete
  2. Nimbrung Rin, dulu baru kawin, mau dibeliin mesin cuci piring dengan suami aku tolak, ngapain pakai mesin cuci piring wong piringnya ngak banyak yang dicuci?, tapi suamiku tetap kekeh bilang beli aja, sampai akhirnya punya anak pertama, karena disini ngak ada sodara atau pembantu dimana semua urusan rumah tangga harus dihandle sendiri, baru merasakan kewalahan soal cucian piring ini, kayaknya piring kotor ada terus didapur hehe.... akhrinya aku nyerah deh, kita beli mesin cuci yang cuma untuk 6 pasang (kecil), aku pikir listrik dan air bakalan naik banyak nih, eh ternyata ngak tuch, perbedaannya kecil sekali, karena setiap kali mesin cuci piringku bekerja cuma memerlukan 14 liter air untuk ukuran 6 piring soup, 6 piring makan, 6 piring kue, 6 gelas, 6 cangkir.... alhasil lebih irit penggunaan air :) dan listriknya cuma kecil sekali (naiknya paling cuma 10 - 15 usd per bulannya jika dibandingkan ngak pakai mesin cuci piring) ... sekarang mesin cuci piringku sudah berusia 9 tahun, duhhh jangan sampai rusak deh, bisa2 aku jadi tukang cuci piring lagi, kering deh nih kulit tangan hahahaha....

    Salam dari Budapest yang mulai memanas :)

    Hayati

    ReplyDelete
    Replies
    1. yachhh, mbak udah nyerah ama mesin yah, hihi... iya sih kaek crita mesin cuci bajuku itu yah jadinya udah tergantung hehe... kita liat aja nih entar kalau anakku udah lahir, kali aku nyerah juga ama godaan si mesin cuci piring xixixi....

      Delete
  3. Di indo ada kok mbaa mesin cuci piring, prnah liat wktu pameran di mall, tp aku ngebayanginnya apa ngga pecah2 tu piring dicuci pk mesin *dikira ky mesin cuci pakean hihi* Eh mba hrga rmh di Inggris brp? hehe kepo pgn tauu, mksih udah ikut GA Mak Irits, TERDAFTAR

    ReplyDelete
    Replies
    1. Maap yg bener ga pake s http://www.rightmove.co.uk/property-for-sale.html . O ya makasih postingan nya udah didaftar :)

      Delete
  4. Eh ada tamu dari jauh *gelar karpet merah*
    wooo di indo ada yah mesin cuci piring, berarti aku emang yg ndeso hihi. dulu jg ngebayanginnya gitu sih piringnya diputer jungkir balik lol
    wahhh nanya harga rumah mo pindah sini yah mak, asekkk tetanggaan yuk kita haha
    boleh diintip rightmoves.co.uk mak soal harga :D

    ReplyDelete
  5. Kreatif banget ya? Bisa nih sehape coba di rumah. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. silahkan dicoba, siapa tahu cocok tips nya hehe. makasih udah mampir :-)

      Delete
  6. Salam kenal mba..selama ini cuma silent reader aja..mba skrg DW nya masih dianggurin ya walau udh ada ethan? Wahh walau sy di indo tapi malas bgt cuci piring rencana pgn beli cuma pingsan duluan liat harganya..

    ReplyDelete
  7. Hai Nia, salam kenal kembali :-)
    Makasih ya sudah jadi reader meski cuma silent hehe. Iya tuh DW nya masih dianggurin, biar kata nambah anggota keluarga tapi dia nggak banyak pakai peralatan dapur juga haha... suka ngga percaya sama hasil cuci mesin sih, paling mantab tetep pake tangan hehe

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...