ini cerita tentang ceker ayam. kenapa bukan ceker kambing atau ceker kuda? ya karena yang punya ceker cuma bangsa unggas kan yah, dan ayam adalah salah satu contohnya kalau anatomi tubuh mereka belum berubah #hihihi garing banget openingnya
bagi kalian yang ga suka ceker ayam mungkin mikir orang yang suka makan ceker ayam itu orang jorok yah (atau miskin ;-p). bagi kalian yang suka makan ceker ayam seperti aku mungkin mikir orang yang ga suka ceker ayam itu orang paling rugi sedunia #hahaha
yang pasti sih, menurutku ceker ayam itu lezat rasanya. bisa dimasak sop, bisa dioseng-oseng, bisa diopor, bisa dikukus, dan bisa digoreng kering #kriuk
kalau mau jujur, kesukaanku sama ceker ayam ini karena emang dulu-dulu jarang makan daging ayam sih. karena daging kan lebih mahal harganya dibandingkan ceker yang murah meriah dan lebih terjangkau dompet nyokap #hehehe #merana banget yah
namanya juga keluarga besar, orang tuaku dulu ga tiap hari mampu beli daging untuk kami, anak-anaknya. jadi bahan makanan yang murah meriah semacam ceker ayam, balungan sapi, jeroan dan bagian-bagian tubuh hewan lainnya selain daging yang notabene harganya lebih miring, lebih sering menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan protein hewani keluarga. masalah berapa besar kandungan protein di ceker ayam, balungan atau jeroan dibandingkan daging, itu sih lain soal ya. yang pasti sih lebih sedikit lah, makanya lebih murah.
tapi kadang-kadang kami juga menikmati daging beneran kok, kalau pas lebaran ketupat sama lebaran haji dong! :-D
tapi kadang-kadang kami juga menikmati daging beneran kok, kalau pas lebaran ketupat sama lebaran haji dong! :-D
memang persoalan pemenuhan kebutuhan protein hewani ini rada-rada serius juga kalau dipikir-pikir ya. terbiasa sejak kecil makan protein hewaninya cuma kebagian jatah bagian-bagian tubuh hewan yang kurang penting semacam ceker ayam, usus sapi, babat kerbau, balungan iga sapi dibandingkan bagian-bagian tubuh penting yang harganya lebih mahal semacam daging has dalam yang empuk, sampai sekarang meskipun sudah bisa dibilang cukup mampu untuk beli daging yang lebih bermutu, tapi soal rasa aku kok lebih memilih bagian tubuh hewan yang kusebut bagian 'buangan' tadi. kesian yah diriku....seleranya murahan, cuih!
contohnya nih, ayam. bagian favoritku adalah pantat (bahasa jawanya: brutu). sampai-sampai bisa 'berantem' sama temen kalau pas ada acara makan-makan rame-rame dan hidangannya ayam, pasti harus cepet-cepet ngembat si brutu sebelum temen sainganku yang juga hobi makan brutu dapet duluan "you know who you are" hihihi. meski kata nenekku sama para nenek-nenek jaman dulu kalau doyan pantat ayam itu bisa bikin otak kita jadi bodoh, aku cuek saja. habis enak sih, dan waktu itu mikirnya kalau bakalnya jadi bodoh ya bodoh aja deh, terima nasib, hihihi....
selain pantat, bagian yang enak lainnya adalah tentu saja ceker, lalu jeroan ayam seperti usus, ampela, hati, telur muda, dan jantung. lalu ranking berikutnya adalah bagian-bagian yang bertulang semacam kepala dan leher, hihihi... baru yang lumayan enak bagian daging yang masih ada tulangnya semacam paha bawah, paha atas, dan punggung. dasarnya orang miskin, bagian dada ayam yang empuk berdaging tebal dan paling mewah harganya malah jadi yang paling ga disukai, payah yah!
aku memang karnivora stadium lanjut, tingkat parah. termasuk susah makan sayuran, jarang makan buah, tapi ga pernah absen ngembat binatang. hiks, tega yah. meski ga sampai makan jenis serangga-seranggaan seperti orang-orang di daratan cina sana sih. seperti nasib si ayam, sumber protein hewani lainnya juga mengalami nasib serupa, cuma bagian-bagian yang aneh-aneh saja yang menurutku jauh lebih lezat dibandingkan bagian-bagian yang mahal-mahal dan berdaging tebal. semua hewan ternak memang kuperlakukan sama, ga pandang bulu biar adil kan :-)
hingga sejak tinggal di inggris, kebiasaanku ini pelan-pelan berusaha aku tinggalkan. selain karena mungkin malu-maluin negara indonesia #hehe, juga karena di sini agak-agak susah mencari bagian-bagian 'buangan' tubuh hewan yang kusukai tadi. di sini nyari ceker ayam susah lho. harus ke toko asia yang jualan ceker. ayam di sini dijual sudah bersih tanpa jeroan, tanpa ceker dan tanpa leher. bagian-bagian itu memang sudah dibuang atau disetor ke pabrik pengolahan makanan anjing atau kucing. sama halnya dengan daging sapi, bagian-bagian yang di indonesia masih dijual untuk makanan orang dengan harga murah seperti contohnya balungan, jeroan, bagian daging berlemak banyak yang sering kita sebut sandung lamur, di sini susah nyarinya. ga ada yang jual!
alasan utama mengapa bagian-bagian tubuh dari hewan ternak favoritku ga dijual di inggris, ya karena bagian-bagian tersebut memang mengandung kadar lemak tinggi dan berpotensi menyebabkan kenaikan kadar kolesterol dalam tubuh kalau dimakan, alias sangat-sangat tidak baik untuk kesehatan. di negara maju yang notabene warganya lebih serius dalam memilih makanan yang lebih sehat, bagian-bagian tubuh hewan ternak yang dijual di pasar untuk konsumsi masyarakat memang hanya yang sehat-sehat saja. yang tidak sehat dibuang atau dipakai untuk pakan hewan.
padahal kan bagian yang tidak sehat itu biasanya justru yang rasanya lebih lezat yah? apa sih enaknya makan dada ayam? kan sepa, daging doank!... apa sih enaknya has dalam? kan lebih asik makan buntut sapi sambil nyongkelin daging di sela-sela tulang ekor, penuh perjuangan! hihihi
dasarnya wong ndeso, dikasih makan enak ga doyan, milihnya malah yang jorok-jorok, hehe. sampai ketika pertama kali aku kenal sama mantan pacar yang sekarang dah jadi suamiku, ada cerita lucu mengenai kesukaanku makan ceker ayam ini.
ceritanya waktu itu kami baru pacaran beberapa bulan gitu. satu hari, kami janjian mau makan malam bareng, suit suitttt. karena di beberapa kesempatan sebelumnya kami sudah nyoba makanan barat di restauran, maka kali ini aku ajak dia nyoba makanan asia. berangkatlah kami ke pecinan di tengah-tengah kota manchester. atas rekomendasi teman-temanku, aku ajak dia ke salah satu restoran cina yang cukup enak makanannya, katanya. ketika kami diberi menu, aku mulai baca-baca dan memilih menu yang aku suka dan sudah cukup familiar. nah, salah satu menu yang aku pilih adalah 'steamed chicken feet' - ceker ayam kukus.
waktu itu suamiku...eh pacarku sempat mengerutkan dahi. 'chicken feet? are you sure?' tanyanya ragu-ragu penuh sopan santun. 'o yea... i love it' kataku penuh keyakinan tanpa merasa bersalah, hihihi. baru sadar setelah kami ngobrol panjang lebar mengenai seluk beluk daging ayam, dan apa yang biasa orang inggris makan dibandingkan dengan yang orang indonesia biasa makan, bahwasanya keputusanku dalam memilih menu barusan terbilang cukup 'aneh' di mata pacarku yang asli inggris! hahaha...
tapi bukan aku namanya kalau langsung jatuh gengsi. dengan sok yakin, aku malah nantangin dia untuk nyobain ceker ayam! lezat deh, kataku. rugi pokoknya orang-orang inggris kalau hidup cuma sekali tapi belum pernah nyobain rasanya ceker ayam. eh, tertantang dia, dan nyoba satu potong meski pas nelen mukanya jadi aneh gitu....
beberapa tahun berselang dan setelah nikah, ketika aku beli ceker ayam dan ngobrol mengenai ceker ayam lagi, baru aku tahu pada waktu itu di restoran cina, sebenernya pas aku tantangin dia ga berani nyoba cuma gengsi. takut dibilang cemen, akhirnya ia berani-beraniin meski merasa sangat-sangat jijik karena terpaksa harus makan ceker ayam yang seumur-umur ia ga pernah nyoba. tapi katanya demi menyenangkan hatiku dan demi mengambil hatiku, dan demi supaya aku tambah suka ke dia, jadi dia bela-belain nelen tuh ceker ayam yang terpaksa dia makan, semata-mata karena cinta #eaaa.... kesian ya pengorbanan suamiku sampai segitunya :-p
sekarang, kalau aku lagi makan ceker ayam lalu dengan sengaja aku sodor-sodorin ke hadapannya minta dia untuk ikut nyicipin, dia memilih kabur melarikan diri menjauh sejauh-jauhnya, ngumpet!
bwahahahahahaha....
Kalau aku paling suka makan ampela. Kalau ceker, aku makan sih tapi biasa aja. Makannya pun di restoran yang menyediakan menu ceker ayam merah. Soalnya di rumah gak pernah masak ceker kayaknya. :))
ReplyDeleteBtw, enak dong, Mbak, kalau suami Mbak gak makan ceker dan jeroan lainnya. Mbak jadi gak ada saingan. :))
yak betul 100 buat Kimi! di rumah kalau beli ayam utuh suami kebagian yg daging2, aku kebagian yg tulang-tulang, kulit, dan pantat! bagusnya, semua jadi kemakan, ga ada yg terbuang sia-sia, ya kan ya kan? hehehe...*i miss you, btw!-huuugggsss*
DeleteNayaaaaa...
ReplyDeleteaku pun sukaaa banget ceker ayam...
Di Bandung tuh ada baso ceker Pasundan yang endang bambang sekali lhoooo...
Hayuk atuuuuuh...hihihi...
Kalo tunggir/brutu daku gak suka Nay...
Tapi si Abah yang doyan...hihihi..
Tapi kalo pas masih pacaran mah waktu makan ceker semacam kurang elegan gitu yah, pas bagian nge lepehin tulang2nya itu lho Naaaaay...hihihi...
Bakso ceker? Waaaahhhh asli ini kudu masuk agenda pas mudik nanti yahhhh, hihi. Wah saingan sama Abah Ni bisa berantem kalo nemu brutu. Eh di Jogja dulu pas kuliah ada lho bi yg jual sate brutu, puas-puasin deh pokoknya, haha. Errrr, iya juga ya, ngedate makan ceker ternyata memang sama sekali tidak elegan, kenapa baru nyadar sekarang yah, bwahaha....
DeleteDi demak kan terkenal bakso balungan...? Mas Matt semakin kabur dong...he..he..
ReplyDeleteapalagi bakso balungan yg Deket kali es belakang pasar lengkap dg pemandangan alamnya ya mbak, hehehe
Delete