Saturday, 21 June 2014

gubernur 'gagal'

aku bukan seorang politisi, bukan pula seorang pemerhati pemerintahan. tidak juga tim sukses salah satu capres. seperti sering kubilang, aku cuma seorang blogger unyu! tapi karena sekarang lagi seru-serunya masa kampanye pilpres, jadi pengin sekedar ikut-ikutan sumbang suara, eh...opini. boleh toh?!

seperti biasa, mau minta maaf dulu karena postingannya agak panjang, huhuhu...

***

intro...

tulisan ini juga sebagai pernyataan sikapku dalam menentukan pilihan pada pilpres tanggal 9 juli  mendatang. selain itu tulisan ini juga sekaligus sebagai upayaku untuk menyikapi beragam kampanye hitam di berbagai media sosial yang semakin hari semakin marak, bahkan beberapa terkesan liar, murahan #cihhh..., tidak elegan, dan tidak terkontrol lagi itu. meski toh aku tidak juga membaca setiap tautan ke postingan yang berisi kampanye hitam yang disiarkan oleh mereka-mereka yang mengaku pendukung capres tertentu (dari kedua kubu lho, bukan salah satu kubu saja yang rajin menyerang), aku cuma mencoba bijak dalam memilih, dengan tidak mau ikut-ikutan berkampanye hitam, itu saja.

ikut-ikutan berkampanye hitam murahan soalnya, aku kan ga semurahan itu.... #lalu dirajam massa

meski kebanyakan yang melakukan juga pada ga nyadar sih, hihi. padahal ciri-cirinya mah gampang. mereka yang mendukung nomor 1 lalu postingannya selalu hal-hal yang jelek (fakta maupun fitnah) mengenai nomor 2, itu termasuk kelompok murahan, dan sebaliknya. ga peduli kalaupun ngelesnya, lho ini kan fakta bla bla bla, jadi bukan termasuk kampanye hitam donk (tapi kampanye negatif), tetep saja menurutku murahan, hehe. karena aku ga mau ikut-ikutan, di postingan ini aku cuma akan batasi pada alasan-alasan (yang baik-baik saja tentunya), kenapa aku memutuskan untuk mendukung kubu tertentu, tanpa menulis sedikitpun tentang kebaikan apalagi kejelekan kubu satunya lagi. karena aku bukan pendukung capres yang murahan :-)

***

dan seperti pembaca semua bisa duga, aku sudah mantap mendukung pasangan capres dan cawapres dengan nomor urut 2. perlu waktu lumayan lama lho, untuk membuat pernyataan sikap ini #ciehhh, apalagi dengan gencarnya kampanye-kampanye ga jelas mengenai kedua capres dan cawapres. selain kudu hati-hati dalam memilah mana informasi yang layak diambil dan mana yang ga penting dan layak masuk tempat sampah, juga aku males untuk berdebat ngalor ngidul ga jelas dengan pendukung salah satu capres tertentu kalau aku sendiri juga kurang yakin dengan sikapku. gitu aja sih.

satu lagi yang perlu digarisbawahi, aku bukannya mau mendewakan atau mengelu-elukan pilihanku. sebisa mungkin aku cuma akan mencoba menjustifikasi mengapa akhirnya aku memilih capres nomor urut 2, bukannya nomor urut 1. dan tidak seperti postingan-postingan lain dan sudah kubilang tadi di atas, aku tidak akan membahas apapun mengenai capres nomor urut 1, apalagi menjelek-jelekkannya hanya karena aku mendukung nomor urut 2.

karena dengan memilih nomor 2, bukan berarti nomor 1 tidak baik, dan dengan memilih nomor 2 bukan pula berarti nomor 2 itu sempurna. semua punya plus minus, punya kelebihan dan kelemahan. toh keduanya masih manusia, bukan dewa. tapi karena kita harus pilih salah satu, tulisan ini cuma akan berisi pertimbangan-pertimbanganku kenapa aku memutuskan memilih nomor 2. begitu... #mulai mbulet

dan karena sekarang aku sudah merasa mantap, orang mau bilang apa juga ga ngaruh toh, hehe.

jadi pemirsa yang berseberangan pendapat, jangan buang-buang energi dan waktu dengan mencoba-coba mengulik-ulik keputusanku yah. percuma! tidak masalah juga kok kalaupun nantinya tidak menang, yang penting aku sudah memberikan suara mengikuti hati nurani dan akal sehatku. kalau menang, ya pastinya aku juga ikut senang :-)

i stand on the right side, not the wrong one #hihi
sumber: https://twitter.com/nayarini
***

jokowi...

siapa yang tak kenal nama itu. begitu populernya, hingga gaungnya terasa sampai ke negeri inggris #lebay.

dulu sewaktu masih menjabat sebagai walikota solo, terus terang tak banyak yang kudengar mengenai jokowi, karena namanya memang belum sepopuler sekarang. selain mungkin karena media kurang mengeksposnya, juga mungkin waktu itu aku tidak terlalu rutin memantau perkembangan berita dari tanah air. namun begitu menjabat sebagai gubernur dki, aku mulai rajin mengikuti setiap langkah dan pemberitaan mengenai pakdhe yang satu ini dalam kiprahnya mencoba memperbaiki ibukota dibantu asistennya yang cerdas dan galak tapi ganteng, koh ahok!

belum pernah sih, aku mengikuti berita mengenai kinerja seorang pejabat seperti aku mengikuti sepak terjang jokowi-ahok. mungkin karena aku juga berdarah solo, plus mantan pertamaku dulu berdarah tionghoa! #haha #ganyambung. tapi beneran bapakku alm memang asli solo sih, dan kalau dilihat foto-foto masa muda bapakku, tampangnya juga mirip-mirip jokowi, muka jawa tulen, kalem, pendiem, memang ga gitu ganteng tapi adem, hihihi :-) #penilaian_yang_sangat_subyektif_sekali. soal mantan yang tionghoa, ga usah dibahas lah ya, cape deh aja! :-p

kembali ke tema...

dari jadi gubernur dki, tiba-tiba jokowi jadi capres. maka hebohlah dunia persilatan indonesia. ada yang pro, ada yang kontra. ada yang mendukung, banyak yang menghujat. ada yang suka, ada yang nyinyir. ada yang rajin berkampanye yang baik-baiknya, ada yang rajin berkampanye hitam menjelek-jelekkan. ada yang cinta mati, ada yang benci abis. ada yang gegap gempita ikutan kampanye juga, ada yang malas-malasan ga mau ikutan heboh kayak aku. ayo, kalian termasuk kloter yang manakah? :-)

semua itu wajar sebenernya, namanya juga menyambut datangnya pesta demokrasi.

dan namanya sebuah pesta, pasti ada berbagai macam ulah manusia di pesta itu. ada yang jingkrak-jingkak tertawa-tawa, ada yang duduk diam di sudut saja (sambil ngemil non-stop), ada yang heboh cerita segala macam ke semua orang, ada yang heboh menjelek-jelekkan orang, ada yang mabuk ga jelas meracaunya, hehe. sama dengan pesta demokrasi indonesia. segala tingkah polah manusia ada semua, komplit. entah itu di sosial media, di jalan raya, di rumah, di kampus-kampus, di mana-mana deh. seru juga sih...apalagi lalu dibarengi piala dunia, hihihi...

***

lalu kenapa akhirnya aku lebih tertarik untuk mendukung kubu jokowi, bukannya prabowo?

pertama, karena aku merasa lebih mengenal jokowi dibanding prabowo, sejak rajin mengikuti sepak terjangnya melalui media sejak ia menjabat gubernur dki. terlepas dari apakah yang diberitakan itu fakta atau (katanya) hanya pencitraan. sementara prabowo, aku cuma tahu ia dulu menantunya pak harto, selebihnya, aku ga pernah tau banyak mengenai sosoknya. setelah aku mencari tahu pun, hasil temuanku yang kuharapkan bisa memberikan persepsi yang berbeda terhadap sosoknya dibandingkan dengan persepsiku dulu, toh tetap tidak bisa menyakinkanku untuk merubah keputusanku.

kedua, karena aku merasa lebih tahu kerja apa yang sudah jokowi lakukan, dibandingkan dengan apa yang sudah prabowo lakukan. sekali lagi, hasil temuanku mengenai hal ini ditambah dengan opiniku mengenai beberapa hal, dan harapan-harapanku ke depan semakin meyakinkan aku untuk berdiri di kubu nomor 2, bukannya nomor 1.

ketiga, karena aku mengikuti kata hati #ciehhh. hatiku lebih merasa sreg dan nyaman untuk mendukung jokowi untuk menjadi presiden RI berikutnya, bukannya prabowo. kalau yang ini sudah bicara mengenai perasaan yah, susah dijelaskan lah pokoknya #haha. sejujurnya sih, alasan sebenernya adalah karena kalau disuruh nulis tentang prabowo, aku ga punya banyak bahan di kepalaku buat diketik dan jadi postingan blog ini, dah gitu aja alasannya sih, simpel :-) #hihi #alasan_ga_mutu_ini_mah

***

kembali ke pesta demokrasi...

maka ketika masa kampanye pilpres tiba, orang-orang mulai sibuk berpartisipasi. bagus sih ikutan aktif memikirkan nasib bangsanya. tapi setiap kali aku membaca status beberapa temanku di fesbuk yang rajin berkampanye hitam, atau melihat selentingan-selentingan di twitter yang kurang berkualitas dan agak-agak norak caranya, telingaku eh, mataku jadi gatel juga lama-lama.

dilarang juga ga bisa sih ya, ntar dikira negara diktator kayak korea utara, tapi kalau dibiarkan semua orang berkoar seenaknya kok kayak ga ada aturan juga gitu. jadi terkesan liar kampanyenya. sesuka-suka udelnya masing-masing mau jelek-jelekin kek, mau bagus-bagusin kek, bebas ga terkontrol. ujung-ujungnya pada ga terarah gitu jadi buram ga jelas, hihihi.

masing-masing kubu terlihat sama-sama liar dalam mendukung capresnya masing-masing. aku sih paling berhaha hihi saja kalau akhirnya ada yang sewot dan berantem sesama teman sendiri cuma gara-gara beda kubu saja. yaelah, segitunya. buang-buang energi saja :-)

secara prinsip, aku sih ga akan terpengaruh sama kampanye-kampanye segala bentuk. yang muji kek, yang jelekin kek, yang mendewakan kek, yang nyembah-nyembah kek. kalau banyak orang yang prinsipnya sudah mapan seperti aku gini dan sudah berpendirian tegas #uhuk, kaeknya ga bakal ada kampanye sih ya.

tapi seperti kata pak anies baswedan, sebagai warga negara yang baik, aku juga ingin berpartisipasi positif dengan mengutarakan pemikiranku, dalam bentuk postingan di blog abal-abalku sendiri, yang mungkin pengaruhnya juga ga bakal sebanyak dan segegap gempita seperti tabloid "obor rakyat" yang cukup bikin geger dan heboh itu, hihihi.

tidak pula bermaksud membela jokowi, yang pasti aku juga ga akan menjelek-jelekkan prabowo. biar bagaimana, keduanya adalah tokoh yang pantas dan layak dihormati. biar bagaimana keduanya sudah mempunyai rekam jejak dan sepak terjang serta catatan keberhasilan terhadap ibu pertiwi di bidangnya sendiri-sendiri. dan biar bagaimana, keduanya juga ga kenal aku, jadi kenapa repot-repot, ya toh :-) #kriuk

***

kembali ke jokowi...

dalam kampanye yang banyak beredar luas, dan dari suara-suara mereka yang anti-jokowi, ada yang menyebutnya gubernur gagal, ada yang menyebutnya kutu loncat, ada yang menyebutnya gila jabatan, dan lain-lain. banyak lah, pasti sudah pada sering lihat atau dengar atau baca. cari-cari saja sendiri di internet. lebih mudah nemunya daripada nemu jurnal ilmiah, hihihi.

ketika hendak memilih salah satu capres, aku tentu sudah berpikir dan mengecek rekam jejak capres tersebut terlebih dahulu. menurutku, seorang jokowi tidak akan sepopuler sekarang, kalau ia pernah melakukan hal-hal yang tidak baik dan tidak benar di masa lalu. seorang jokowi tidak akan seperti sekarang kalau ia memang seperti yang para haters tuduhkan. aku merasa, apa yang sudah jokowi lakukan dalam tugasnya sehari-hari entah ketika menyandang jabatan apapun, adalah riil, nyata dan ada hasilnya. itu alasan utama di antara beberapa alasan lain kenapa aku akhirnya memilih nomor 2, kerja nyata!

sebagai seorang yang sudah cukup kenyang berkecimpung di dunia kerja selama hampir 15 tahun dan sekarang berkarir di inggris, aku sepertinya merasa tahu betul apa yang seorang jokowi sudah lakukan, akan lakukan, dan masih impikan. 

perbaikan!

tepatnya, perbaikan yang berkesinambungan, atau bahasa kerennya continues improvement. dan perlu diketahui bersama, memperbaiki itu jauh lebih sulit daripada membangun dari awal lho. yang sudah dan akan jokowi lakukan, entah di solo, entah di jakarta, entah di seluruh indonesia nantinya (kalau menang tentunya), adalah memperbaiki.

memperbaiki apa-apa yang rusak, membangun apa-apa yang belum tersentuh, mengganti apa-apa yang rusaknya sudah terlalu parah, dan melestarikan apa-apa yang sudah baik dan layak diteruskan. karena rata-rata permasalahan di negeri kita itu klasik, itu-itu saja dari dulu-dulu ga banyak berubah. kemiskinan, ketimpangan sosial, kesejahteraan, kesehatan, pendidikan, kita semua tahu itu.

sayangnya karena terlalu lama dibiarkan, terlalu lama cuma ditinggal main golf oleh para petinggi-petinggi terdahulu, terlalu lama dikesampingkan, kurang dianggap penting isunya, terlalu lama pe-er nya ditumpuk-tumpuk doang ga dikerjain, jadi ya memang dari dulu ya begitu-begitu saja tanpa terobosan perubahan yang berarti.

***

sama persis dengan di lingkungan kerja.

meski beda ruang lingkup, dinamika kerja juga mirip dengan dinamika sebuah negara sih menurutku. ada saja hal-hal yang terabaikan, ada saja pegawai yang tidak pernah didengar suaranya, ada saja masalah yang berulang-ulang terjadi tapi ga pernah terselesaikan tuntas, atau ditunda-tunda penyelesaiannya, ada saja pe-er pe-er yang tidak segera dikerjakan dan menumpuk dari waktu ke waktu karena penanganan manajemen yang kurang baik, dan ada saja bos-bos yang sepak terjangnya dianggap mengecewakan.


ibarat manajer perusahaan, sosok jokowi yang kulihat itu sudah mempraktekkan dan berhasil mengimplementasikan teori-teori perubahan yang aku pelajari dan gunakan dalam lingkup kerjaku sehari-hari. jokowi sudah melakukan teori-teori sebut saja salah satu contoh (yang kucomot dengan ngawur) misalnya 3G - Gemba, Gembutsu, Genjitsu yang orang jepang sudah sukses menerapkannya selama beberapa dekade di perusahaan-perusahaan ternama mereka.

setiap persoalan itu bisa rampung kalau dilihat di lokasi kejadiannya (gemba), dilihat sendiri apanya yang bermasalah (gembutsu) dan fakta-fakta serta data-data riil (genjitsu) di lapangan yang bisa dimanfaatkan untuk menganalisa masalah sehingga bisa ditemukan solusi yang paling tepat untuk melakukan perbaikan dan membawa perubahan yang berkesinambungan (continues improvement atau oleh dunia industri jepang dikenal dengan sebutan Kaizen) ke arah yang lebih baik dari sebelumnya. jokowi sudah dan sedang mempraktekkan itu.

***

masalahnya...

ketika ada seorang jokowi yang bisa melakukan semua itu, yang meski kurus kerempeng dan jarang sarapan berniat dengan tulus dan sepenuh hati mulai mengerjakan pe-er pe-er menumpuk yang ditinggalkan para pemimpin terdahulu, kenapa ada yang tidak suka yah?

ketika seorang jokowi ikhlas dan rela blusukan bermandi keringat supaya masalah lekas tuntas bukannya cuma duduk di kantor berAC dan terima laporan dari bawahan yang isinya selalu 'asal bapak senang' seperti halnya kelakuan para pejabat-pejabat pada umumnya, kenapa ada yang membenci?

ketika seorang jokowi terang-terangan melawan segala bentuk penyimpangan anggaran dan mafia-mafia berkedok pns alim yang rajin ngembat duit negara meski sholatnya selalu lima kali sehari dan sudah bolak balik ke tanah suci, kenapa banyak yang gerah?

kenapa hayooo....

***

karena untuk mau berubah itu sulit sekali, saudara-saudara!

orang lebih suka status quo. orang lebih suka bosnya jalan-jalan maen golf supaya ga ngawasi kerja mereka para bawahannya, jadi bisa bebas nilep duit negara dan mark-up dana apbd. orang lebih suka kawasan kumuh terus merajalela sehingga mafia-mafia tanah dan kos-kosan bisa mengeruk duit orang susah sebanyak-banyaknya. orang lebih suka kepemilikan rusun tidak ditertibkan sehingga para pns kemaruk bisa memperjualbelikannya sesuka hati mereka, lumayan buat nambah-nambah uang bulanan.

orang lebih cenderung memilih pemimpin yang perlente dan keren ga mau berkotor-kotor ria karena ujung-ujungnya borok-borok yang mereka tutupi ga akan pernah ketahuan. gorong-gorong yang macet, kantor kelurahan yang kosong, pungli di mana-mana, preman menguasai area pedagang kaki lima, dan lain sebagainya. mau sampai kapan negara kita akan dibiarkan seperti itu, ga bakal maju-maju kalau ga diubah mentalitas rakyatnya #salam_revolusi_mental

sumber

"karena sejujurnya, borok-borok pembangunan di sekeliling kita juga merupakan borok kita bersama. pelakunya kita juga, orang tua kita, tetangga kita, saudara kita, dan saudara setanah air kita"

jadi ketika seorang jokowi yang berkepribadian sederhana ingin melakukan perbaikan, banyak yang khawatir kepentingannya akan terkena dampaknya. orang tidak mau berubah, orang tidak suka perbaikan, karena hanya akan menambah beban kerja di awal-awal. karena semua orang kan sukanya leha-leha! dan juga, karena perubahan ke arah yang lebih baik akan mengurangi pemasukan fulus ke kantong-kantong orang tertentu dan tentunya para mafia anggaran.

mungkin mereka-mereka inilah yang lalu berteriak lantang, mengutuk penggerak perbaikan, bersumpah serapah mencari-cari kelemahan si pendobrak status quo. salah satu teriakan mereka yang cukup sering terdengar tentu saja bahwa jokowi adalah gubernur gagal, yang berhenti bekerja sebelum selesai menjabat.

***
benarkah gagal?

tidak menurutku. coba buka matamu lebar-lebar. tanpa jokowi, waduk-waduk di jakarta selamanya akan cuma terisi enceng gondok dan bangkai-bangkai hewan mati yang membusuk. tanpa jokowi pedagang kaki lima di tanah abang selamanya akan terus membayar uang perasan para preman keamanan. tanpa jokowi gorong-gorong di jakarta akan selalu sempit dan mampet karena ulah para pemborong yang tidak becus membuat saluran pembuangan yang layak dan cuma ngeruk duit proyeknya saja. tanpa jokowi apbd jakarta akan terus dipecundangi dan disunat para pegawai negeri yang ngakunya pengabdi negeri.

banyak foto-foto bukti kerja nyata jokowi di internet, silakan di-google sendiri dengan kata kunci "jokowi foto sebelum-sesudah".

dan yang paling penting, semua yang dilakukan jokowi adalah memberi contoh. bagaimana cara kerja yang benar. bagaimana memperbaiki sistem yang rusak menjadi benar. bagaimana seharusnya sebuah kantor kelurahan bekerja. bagaimana seharusnya sebuah waduk berfungsi. bagaimana seharusnya kawasan kumuh ditata. bagaimana seharusnya pedagang berjualan. bagaimana seharusnya anggaran negara dibelanjakan. 

sudah, gitu tok!

kalau sudah diberi contoh, ya tinggal mengikuti, melaksanakan, menuruti. kan sudah jelas aturannya. melanggar, copot jabatan. kalau sudah diberi contoh tapi terlalu bodoh untuk mengikuti, atau pura-pura bodoh dan membangkang, ya resiko tanggung sendiri. memberi contoh pun ga perlu lama-lama kan. kalau satu-dua tahun sudah cukup, ya sekarang saatnya memberi contoh ke cakupan yang lebih luas lagi. gitu lho, ya toh? tooohhhhh...... :-)

solo dulu hanyalah sebuah pemanasan. lalu jakarta menjadi tantangan yang meski sulit akhirnya bisa ditembus juga karena memang ibukota lah yang penyakitnya paling parah dari seluruh provinsi di indonesia. dana apbdnya paling besar, jadi kebocorannya juga paling besar, boroknya paling bau, dan orang-orangnya paling munafik. di ibukota itu malingnya canggih-canggih, mafianya kelas wahid, dan pe-er pe-er lain seperti macet dan banjir ga kalah menantangnya untuk diperbaiki.

karena meski akut, separah-parahnya macet dan banjir jakarta, pasti ada solusinya. semua orang juga sudah tahu apa solusinya supaya ga macet dan supaya ga banjir lagi. tapi siapa gubernur yang benar-benar merubah solusi menjadi aksi nyata? siapa yang benar-benar menuntaskan permasalahan sampai ke akar-akarnya? yang sampai turun sendiri ke gorong-gorong bukannya sekedar terima laporan asal bapak senang? yang benar-benar mengawasi pengerukan waduk? yang selalu bekerja siang malam dan ga pernah main golf?

kalau ada yang bilang, urusan tetek bengek kecil-kecil gitu mah harusnya bukan kerjaan pejabat/gubernur/presiden donk, ga level, malu-maluin. masak kalau nanti jadi presiden masih begitu?

anda salah besar!

dari yang kecil-kecil tapi riil-lah sebuah sistem akan bergerak maju. dari memperbaiki yang sepele-sepele-lah sebuah keberhasilan yang besar akan bermula. dari urusan-urusan detil yang njelimet lah seorang pemimpin bisa membuat keputusan yang tepat sasaran dan memperbaiki masalah sampai ke akar-akarnya. kalau detilnya saja ga paham, bagaimana bisa mengambil keputusan yang besar dan benar? paling juga dibohongi dan dipinteri anak buahnya lagi. kapan majunya?

***

memang dengan berkotor ria jadi terlihat ga elit sih, memang terlihat ga gagah sih, memang terlihat ndeso sih.

tapi hanya dengan cara itulah sebuah perbaikan bisa dilakukan karena sumber masalahnya ditemukan. itu juga yang aku pelajari dan praktekkan selama bertahun-tahun sebagai seorang karyawan yang bekerja di departmen kualitas di perusahaan yang berbeda-beda, dari perusahaan kecil, menengah sampai besar. sejak di indonesia, sampai di inggris.

intinya sama. perbaikan cuma bisa dilakukan dan memberikan hasil yang konkrit dan nyata, jika permasalahannya dianalisa sampai tuntas. dengan cara bagaimana? turun ke lapangan, berkotor-kotor ria, masuk keluar gudang ngecek barang, naik turun truk angkutan pabrik, dan mau mendengarkan pendapat, opini dan saran orang lain yang tahu betul mengenai hal yang akan kita perbaiki #ini_sih_curhat_pengalaman_masa_lalu

karena penyebab banjir adalah waduk yang dangkal dan ga pernah dikeruk, gorong-gorong yang sempit dan buntu karena pengawasan yang lemah terhadap para pengembang, kiriman air dari bogor yang hutannya sudah penuh villa. karena waduk dangkal sudah diduduki rumah kumuh, dan gorong-gorong harus ditata ulang, villa-villa kudu dibongkar. karena menggusur rumah kumuh harus juga menertibkan rusun. menata ulang gorong-gorong perlu proyek besar dan harus didukung pemerintah pusat, dan membongkar villa harus melalui proses hukum dulu, ngecek mana yang resmi mana yang ilegal.

dan jangan lupa buat kalian yang suka teriak-teriak mencaci kalau kebanjiran, meski semua perbaikan itu sudah dilakukan, toh mungkin masih banjir juga kalau curah hujan lebih tinggi dari angka normal. apalagi kalau negeri ini masih saja dipimpin oleh mereka-mereka yang cara bekerjanya masih seperti pejabat-pejabat dulu yang meski sudah menjabat lama, ga melakukan apa-apa. merekalah para pejabat yang gagal!

***

kita sih pasti maunya jakarta serta-merta langsung bebas banjir gitu kan, bebas macet gitu kan, kemana-mana enak dan apa-apa ga bayar gitu kan. itu sih cuma mau hasil bagusnya saja tapi ga mau tau gimana proses kerja kerasnya, dan ga menghargai upaya perbaikan yang sudah dan akan terus dilakukan. dengan kata lain maunya seenak udelmu sendiri #ciattt

trus yang ikut-ikutan ngehujat dan bikin status mencaci maki tiap hari di sosial media, emang mau kalian siapa sih presiden berikutnya yang lebih cocok? yang pinter ngaji? yang rajin maen golf? yang jago naik kuda? yang hobi nyanyi dan bikin lagu? yang jago pidato? yang cas cis cus bahasa inggris? yang mana? eh... cuma ada dua pilihan dink #hihi

atau jangan-jangan bokap-nyokap kalian pegawai pemda dki ya, yang sakit hati lantaran ortu kalian ga bisa ngembat duit apbd lagi? atau bokap-nyokap kalian juragan kontrakan di bantaran kali? atau tukang jual-beli rusun dan properti milik dki? atau ortu kalian duduk di lembaga tinggi, jadi takut kalau nanti jokowi presiden, pada ga bisa korupsi anggaran jadi dana kampanye pileg kemarin ga bisa terlunasi?....hihi #jadi emosi

kenapa sih pada ga pengin punya presiden yang jago bikin perbaikan?

yang jago menuntaskan persoalan? yang jago mengatasi masalah? yang tulus menyapa rakyat jelata? yang hobi tangannya berkotor ria? meski mungkin ia ga jago main golf, meski mungkin ia ga segagah seorang jenderal, meski mungkin ia ga ganteng dan agak-agak ndeso sehingga kurang bisa dibanggakan ke negara tetangga, meski mungkin ia ga pintar pidato atau berbahasa dengan baik dan benar layaknya seorang presenter televisi. tiap individu punya kelemahan. tapi kalau kelemahan itu dibarengi dengan kelebihan-kelebihan yang negara ini benar-benar butuhkan saat ini, seharusnya individu itu layak mendapat dukungan.

***

"meski jokowi bukan manusia super, dan tentu punya seabreg kelemahan, tapi menurut pendapatku dialah yang lebih tahu bagaimana seharusnya seorang pejabat negara bekerja untuk rakyatnya."

aku tulis ulang lagi dan aku garis bawahi ya, bekerja untuk rakyatnya!

bukan untuk yang lain-lain (misalnya partai) dan benar-benar bekerja. turun tangan sendiri, mau kotor istilahnya. kalau yang cuma bisa nyuruh-nyuruh mah sudah ada banyak di masa lalu yang model begitu #nomention. bosen donk ah...

yang rakyat indonesia saat ini butuhkan adalah presiden yang bisa berkarya nyata dan sudah teruji. ga harus ganteng, ga harus pandai pidato atau jago debat. yang penting mau dan bisa bekerja, dan sudah ada hasilnya. yang penting ia mengerti betul apa yang dibutuhkan rakyatnya. yang penting ia paham perbedaan antara yang benar dan yang salah, berpendirian kuat, anti-korupsi dan bermoral!

tentu saja kalaupun menang, langkahnya nanti ga akan segampang membalikkan telapak tangan. pasti akan banyak tantangan, hambatan, rintangan, kritik, cercaan, fitnah, bahkan mungkin hinaan. namun mudah-mudahan dengan berpegang teguh pada cita-cita dasar NKRI, di tangan jokowi negeri ini akan lebih gemah ripah loh jinawi, seperti cita-cita awal para pendiri negeri.

demikian...

sumber
#salamduajari

6 comments:

  1. Tos dulu kita, Mbak. Aku juga dukung Jokowi. Salam 2 Jari!

    ReplyDelete
  2. Hahaha tossss Mbaaakk. Dan seperti kata Om Anies Baswedan, aku memilih Jokowi tanpa beban moral apapun... memang pakai hati nurani hehehehe. Mungkin kalau Prabowo nggak sama Hatta Rajasa agak mendingaaaan. Aku ngga sukaaaa sama Hatta Rajasaaaaa...

    Baca tulisan Mbak, aku jadi mikir. Iya yah, Jokowi jago golf ngga sih?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waahhh ada tamu penting di blogku, hihi. Kalo soal golf coba yuk iseng2 google dg kata kunci "jokowi golf" kira2 dapetnya apa yak, kalo ga search image, kan kemana2 doski dikuntit pewarta tuh, kalo pernah golf pasti ada donk fotonya *niattt bgt* hihi

      Delete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...