Sunday, 20 July 2014

dua paspor

pernah ga ngebayangin kalau kita udah tua banget nanti, penginnya hidup kita kayak gimana? kalau aku sih angan-anganku gini...

sehat (aminnnn), punya cukup uang pensiun sendiri jadi masih bisa mandiri tinggal di rumah sendiri, masih bisa masak dan bersihin rumah sendiri ga perlu pembantu, dan ga ngarepin bantuan berupa uang bulanan atau hibah dari misalnya anak-anak, atau menantu, atau saudara; tapi tetep masih bisa hidup layak dikelilingi keluarga, saudara dan teman yang kita sayangi dan menyayangi kita. cih, ideal banget entu mah! haha...

ngimpi boleh-boleh saja donk siapa yang ngelarang, mumpung gratis...:-)

tapi tinggal dan menetap di negeri ratu elizabeth ini, membuatku agak sedikit khawatir lho. bagaimana ga khawatir, kalau beberapa budaya dan tatanan hidup di negeri yang terbilang sudah cukup makmur dan maju ini, ternyata tidak sesuai dengan kehendak hati! #ini_maksudnya_apa_ya

sabar, jangan bingung dulu, aku akan bahas sebentar lagi...

memang sih dalam hidup itu ga pernah ada situasi yang sempurna. surga donk namanya kalau sempurna, hehe. selama kita masih hidup di dunia yang fana ini #halah bahasanya, ya selalu ada positif negatif, ada plus minus, ada baik jelek, dan selalu ada dua sisi mata uang.

maksudku gini...

hidup di negara maju seperti inggris itu ada enaknya dan ada ga enaknya. pastilah di mana-mana juga gitu dink yah, hihi. enaknya sih banyak sekali, antara lain: berobat gratis, kalau hamil semua-mua gratis, sekolah sampai smu gratis, jalan tol gratis, lingkungannya lebih bersih dari polusi, urusan birokrasi lebih jelas aturannya dan to-the-point ga pake pungli dan ga pake bertele-tele, cari kerja lebih gampang (relatif sih kalau ini), dll.

ga enaknya juga ada meski ga banyak lah menurutku. kalau banyak ngapain tetep hidup di sini hayo, mending pindah lah yaw! ga enaknya antara lain cuaca yang dingin terus selama 11 bulan dan cuma hangat palingan sebulan doank dalam setahun,  bayar pajak penghasilan tinggi (tapi pendapatan tinggi juga sih, hihi #dihajar massa), barang-barang kebutuhan harganya lebih mahal, dan beberapa tatanan hidup masyarakatnya yang tidak sesuai dengan kehendak hati itu tadi :-)

***

ya namanya juga beda budaya dan beda adat istiadat yah...

tatanan yang aku maksud di sini adalah kebiasaan hidup masyarakat sini yang menempatkan para orang tua mereka yang sudah tua umurnya atau masuk usia lansia ke panti perawatan atau kalau bahasa sini disebut care homes. di kita mungkin dibilangnya panti jompo ya. entah mereka tadinya dalam kondisi sakit dan perlu perawatan, sehat tapi mulai pikun, atau sakit dan mulai pikun.

alasannya sebenarnya sangat simpel dan sangat mudah dimaklumi sih. yang pasti bukan karena mereka ga sayang atau ga cinta lagi dengan orang tua mereka yah. kebanyakan masyarakat barat dari pengamatanku, justru mempunyai affection atau ungkapan perasaan sayang yang lebih dibanding masyarakat timur, dan mereka tidak sungkan atau segan untuk menunjukkannya entah di rumah atau di tempat umum. entah itu dengan ciuman cipika-cipiki, pelukan, atau ungkapan perasaan yang lain, dengan mengatakan misalnya 'i love you mum', kepada ibunya setiap hari.

masyarakat timur sepertinya lebih segan atau sungkan untuk terbuka seperti ini. jarang kan kita lihat orang indonesia yang bilang 'aku sayang ibu' ke ibunya tiap hari, atau memeluk, atau mencium sebagai tanda sayang kepada seseorang. entah kenapa. mungkin adatnya memang demikian yah. ga tau kalo sekarang udah beda, dah lama nih ga mudik :-p #lalu curcol

tapi ketika seseorang beranjak tua, karena alasan privasi biasanya jarang ada orang tua yang hidup serumah dengan anaknya. kalaupun ada, biasanya mereka ditempatkan di rumah terpisah tapi masih satu lokasi dengan rumah anaknya (di sini disebut annex), semacam tambahan bangunan gitu deh. jadi orang tuanya semacam punya rumah sendiri di belakang atau di depan rumah anaknya, punya pintu sendiri, dapur sendiri, ruang tamu sendiri dan punya privasi sendiri.

***

meski jarang juga sih rumah di sini yang ada annex-nya karena memang ijin mendirikan bangunan di sini sangat ketat sekali, ga boleh asal ngebangun. apalagi kalau sampe ada tetangga yang keberatan, ga bisa disetujui tuh proposalnya.

ga kayak di indonesia yang sudah sangat umum orang tua tinggal serumah dengan salah satu keluarga anaknya kalau mereka lanjut usia. di inggris sini ketika umur seseorang sudah tidak memungkinkan mereka untuk mandiri lagi hingga selalu perlu bantuan orang lain untuk melakukan sesuatu atau merawat mereka sehari-hari, pilihan satu-satunya adalah panti perawatan tadi.

ikut anak juga susah sih ya, kan mereka punya kehidupan sendiri dan kalau dua-duanya kerja (anak dan  menantu), siapa dong yang ngurus orang tuanya. pembantu? suster? sayangnya di sini ga umum tuh pake pembantu atau suster atau supir pribadi atau tukang kebun pribadi di rumah. kenapa? karena alasan-alasan yang pernah aku bahas di postingan ini.

karena keterbatasan inilah maka panti perawatan yang secara umum memang menyediakan pelayanan layaknya layanan para suster ke para penghuninya yang rata-rata memang usianya sudah tua dan tak jarang beberapa sudah mulai pikun atau kurang sehat, menjadi satu-satunya pilihan.

orang asli sini sih mungkin sudah terbiasa dan tidak mengeluh atau merasa gimana-gimana yah. karena dari awal mereka lahir dan dibesarkan, mereka sudah tahu bahwa nanti kalau mereka sudah tua, ya bakalnya akan menghabiskan masa tuanya di panti, bersama-sama dengan para lansia lainnya sampai ajal menjemput. jadi pastinya mereka juga sudah mahfum dari awal bahwa kehidupan mereka akan berakhir seperti itu, tanpa sedikitpun terbersit pemikiran bahwa dengan dikirimnya mereka ke panti, berarti anak mereka sudah ga sayang lagi ke orang tuanya. sama sekali tidak benar.

orang indonesia sih kemungkinan besar akan berpikiran seperti itu.

karena orang inggris itu meski mereka harus mengirim orang tuanya yang sudah lansia ke panti, nyatanya sebagai anak, mereka tetap merasa berkewajiban dan rajin mengunjungi orang tuanya di panti dari waktu ke waktu, tetap berpelukan, tetap bilang 'i love you mum', dan tetap baik-baik saja tanpa ada konflik. tatanan hidup orang barat memang sudah seperti itu sejak dulu.

***

lain halnya kalau kita lahir dan besar di indonesia... lalu hidup di barat seperti aku.

tatanan kehidupan yang bagi orang barat mungkin normal dan biasa-biasa saja seperti contohnya kehidupan di panti ini, menjadi salah satu dari beberapa hal yang membuatku kurang merasa nyaman dan kurang enak di hati.

sebagai orang indonesia yang terbiasa melihat tatanan kehidupan di mana setiap orang tua rata-rata akan dirawat oleh salah satu anaknya jika usianya sudah lansia nanti, membayangkan kalau nanti aku sudah tua harus hidup di panti perawatan seperti halnya para lansia inggris, kok sepertinya sangat menyedihkan gitu, hiks...

bagaimana aku harus menghabiskan hari-hari tuaku dikelilingi oleh suster-suster pegawai panti yang meskipun telaten dan terlatih, tapi biar bagaimana mereka tetap bukan bagian dari keluarga. bagaimana aku harus (terpaksa) bercengkerama dengan para penghuni panti lainnya yang mungkin tak pernah kita kenal sebelumnya, dan mereka selalu datang dan pergi (ke rumah sakit atau akhirnya meninggal), sementara kita juga menghitung sisa hari usia kita sendiri dan menunggu giliran sambil menyaksikan teman-teman kita meninggalkan kita satu persatu.

doh, kok jadi melow yah....

***

panti atau care homes sendiri ada banyak macamnya dengan berbagai jenis layanan yang juga beda-beda seperti diulas tuntas di website ini. tapi untuk mempermudah penjelasan, aku ambil dua kategori saja yah.

pertama yang pasang tarif privat dan penghuninya harus membayar tiap bulan untuk menikmati layanan 24 jam karena suster-suster di sana memang kerjanya 24 jam sehari dengan sistem shift pagi, sore dan malam untuk memenuhi kebutuhan perawatan, dan yang pasang tarif standar dananya dari negara alias gratisan untuk para lansia yang memang berhak menerimanya alias yang ga mampu bayar sendiri.

hidup di panti itu memang sebenarnya ga gratis lho. meski sudah aku sebutkan di atas kalau tinggal di negara maju itu banyak gratisannya, tapi untuk urusan ini sayangnya negara ini masih kurang 'ramah' dengan para lansianya. meskipun kalau dipikir-pikir pemerintah lumayan adil juga sih.

lebih jelasnya gini.

ketika seseorang sudah menginjak usia lanjut dan tidak lagi bisa hidup mandiri serta tidak ada yang bisa merawatnya di rumah sendiri, maka saudara atau anaknya akan mengirim mereka ke panti. setiap orang di sini kan punya harta benda donk tentunya. entah itu berupa tanah, rumah, tabungan, perhiasan, apapun itu. bagusnya di negara maju itu, semua harta benda kita tercatat dan diketahui oleh negara karena berhubungan dengan kewajiban tiap warga negara untuk membayar pajak. karena itulah di sini sulit untuk melakukan korupsi, karena semua aliran keuangan kita dipantau oleh pemerintah melalui sistem pajak terpusat. hal ini pernah aku bahas di postingan ini.

karena sentralisasi sistem pajak ini pulalah maka kita ga bisa nyembunyiin berapa harta yang kita punya layaknya para koruptor kelas kakap di indonesia #uhuk. nah, begitu seseorang masuk panti perawatan, orang tersebut diharuskan membayar panti dengan tarif privat terlebih dahulu per bulannya (rata-rata sekitaran 40-50 an juta per bulan, sumber dari sini), karena negara tahu berapa harta benda yang orang tersebut miliki.

mahal amat yah? ya emang, siapa bilang hidup di negara maju murah! :-p

dan orang tersebut ga bisa bilang, 'gue ga punya duit buat bayar' karena negara akan bilang 'kan lu ada rumah, ada simpanan di rekening bank, ada perhiasan, ada tanah, jual donk!'. maka rata-rata itulah yang terjadi. seluruh harta kekayaan orang tersebut akan berubah jadi uang di rekening di bank (setelah dijual), dan negara akan otomatis mengambil uang mereka setiap bulannya, sampai habis!

ga sesimpel itu juga sih sebenernya, itung-itungannya lumayan rumit deh. kalau tertarik bisa lihat-lihat di tautan sini, sini dan sini.

tega yah...

setelah habis duit di rekening trus gimana dong? dan kenapa duitnya ga diumpetin ke rekening anaknya atau rekening orang lain saja supaya ga diambil negara? ya bisa saja begitu, tapi selain negara tetep tahu aliran dana ini kemana saja, juga kemudian negara akan mengkategorikan orang tersebut masuk kategori ga punya harta apa-apa, dan harus pindah dari panti privat ke panti yang biayanya ditanggung oleh negara dari uang pajak rakyat sampai si orang tersebut meninggal. nah lo...

tadi udah aku jelasin kan ada dua macam panti secara garis besar.

meski sebenernya ini juga salah satu sisi baik tinggal di negara maju sih, minimal para lansia ga ada yang terlantar meski mereka ga punya duit. bedanya, lansia yang masih bisa membayar privat boleh memilih di panti mana mereka pengin tinggal, dan layanannya biasanya memang lebih bagus, jumlah staf perawatnya cukup, dan lebih nyaman tempatnya. namanya juga bayar ekstra, di mana-mana juga lebih oke lah kualitasnya dibandingkan yang gratisan dan dibiayai oleh negara.

sementara mereka yang sudah ga sanggup bayar lagi karena semua harta bendanya sudah ludes-des-des-des ga tersisa, dan anak atau saudaranya sudah ga ada lagi yang mampu menanggung biaya panti privat karena tarifnya yang memang lebih mahal dari rata-rata gaji seorang manajer setiap bulan, biasanya akan ditempatkan di panti biasa dan pilihannya menjadi agak terbatas.

kecuali kalau anaknya kayak wayne rooney yang gajinya 4 miliar seminggu (gila ya bok!), mampu lah pastinya menggaji suster pribadi di rumah, atau membayar panti privat yang mewah untuk orang tuanya kalau sudah tua nanti. tapi kan ga semua orang inggris itu gajinya kayak pemain bola terkenal, apalagi aku, main bola aja ga bisa masak minta gaji segitu #salah fokus

***

nah, dengan kondisi tatanan hidup yang demikian di negara inggris ini, wajar donk yah kalau aku khawatir!

karena aku ga mau masa mudaku habis buat kerja keras bayar cicilan rumah dan ngumpulin tabungan pensiun lalu ujung-ujungnya duitnya habis semua buat bayar panti. aku juga ga mau pas tua nanti ga punya harta sama sekali trus tinggal di panti dengan tanggungan duit pajak negara. ga enak lah dua-duanya. ya kalau suamiku panjang umur jadi kami berdua bisa sama-sama terus. kalau dia meninggal duluan gimana coba? udah kesepian ditinggal sendiri, anak-anak (kalau ethan nanti punya saudara kandung) tentunya punya kehidupan mereka masing-masing, dan harus menghabiskan masa tua sendirian di negeri orang? ih, sedih! #lebay

ikut anak sih bisa jadi sebuah pilihan, tapi di sini aku mencoba mengantisipasi kemungkinan terburuk gitu lho. iya kalau pilihan itu memungkinkan, kalau ga, kan harus ada rencana lain ya kan. kalau ternyata aku ga diberi umur panjang sih itu lain cerita.

tapi, masih ada satu solusi lagi pemirsa, dan sepertinya ini yang akan kulakukan, yaitu pulang kampung! hehehe

***

iya, kenapa ga?

kalau sudah masuk masa pensiun, dan misalnya suami sudah ga ada duluan (bukan ngarep lho ini, amit-amit mudah-mudahan kami berdua diberi panjang umur oleh yang maha kuasa, amin), dan anak-anak sudah mandiri meninggalkan sarang dan hidup sendiri-sendiri, maka aku akan pulang kampung. tak lupa harta benda dibawa pulang donk yah, ngapain ditinggal ntar kesenengan yang nemu, hihi.

di kampung kan enak tuh, tinggal beli rumah lagi, tinggal deket dengan saudara, deket dengan lingkungan yang kukenal sejak aku kecil, dan deket dengan masyarakat yang budayanya suka tolong menolong dan bergotong royong itu #halah. yang paling cuhuiiii, apa-apa relatif lebih murah termasuk kalau terpaksa kudu bayar suster atau perawat pribadi hehe.

dan untuk mewujudkan niat ini, tentu saja aku kudu masih harus pegang paspor indonesia!

karena alasan penting inilah yang membuatku bertahan dan terus menguatkan diri untuk tidak tergoda memiliki paspor inggris. tentunya sampai undang-undang mengenai kewarganegaraan ganda diketok palu dan disahkan oleh yang maha mulia para wakil rakyat kita di DPR, tapi entah kapan mimpi para diaspora ini akan terwujud (pernah aku bahas di postingan ini).

meski seluruh dunia juga tahu kalau berpaspor inggris itu jelas-jelas lebih keren sih, ke mana-mana ga perlu visa, dan masih ada seabreg keuntungan lainnya. beberapa waktu lalu bahkan sempat masuk berita kalau paspor inggris itu salah satu yang paling powerful (ampuh) di dunia lho! baca deh beritanya di sini. tapi kalau tua akan berakhir seperti uraianku di atas karena ga bisa kan asal pindah negara kalau punyanya cuma paspor inggris doank, ya males juga sih menurutku. emang enak tinggal di panti.

oh ya, yang penasaran kenapa aku bisa tahu hal-hal detil mengenai kehidupan para lansia di inggris ini, karena ibu mertuaku sekarang tinggal di panti juga sejak tahun 2007 yang lalu, tepatnya sejak suaminya (atau bapak mertuaku) meninggal yang aku belum pernah sempat bertemu karena aku mulai kenal suamiku sejak tahun 2008. ibu mertuaku sih asik-asik saja tinggal di panti di masa tuanya karena memang asli orang sini yang umumnya tatanan hidupnya memang sudah begitu, seperti sudah aku bahas tadi.

***

dan seperti aku pernah tulis juga di postingan terdahulu, aku ga mau diem-diem nyari paspor inggris tapi pura-puranya ga punya paspor inggris! jadi masih ngakunya pas lapor ke kbri di london kalau kita masih warga negara indonesia dan masih pegang paspor indonesia. bohong ini mah namanya. meski fenomena seperti ini marak dilakukan oleh (sebagian dari) teman-teman indonesia yang tinggal di luar negeri sih (denger-denger), yang maunya pegang dua paspor meski ga boleh sesuai hukum di indonesia. tapi bagiku itu melawan hati nurani lah, dan aku ga pengin aja hidup ga jujur dan mati dalam kebohongan, ciehhhhh....cuih!

kebetulan nemu foto ini di google-image 
jadi ga perlu motret sendiri pake minjem paspor suami atau paspornya si ethan hihi
sumber gambar dipinjam dari blog seorang diaspora di sini


udah lama sih sebenernya aku pengin nulis uneg-uneg ini sejak aku posting tulisan berjudul dilema tahun kemarin, tapi baru sempet sekarang ini uneg-unegnya tertuang. tulisan ini juga aku tulis sekalian untuk menjawab pertanyaan teman-temanku yang penasaran dengan alasanku, kenapa aku tetep kekeuh ga mau bikin paspor inggris meski dari segi persyaratan aku sudah sangat memenuhi, dan lebih memilih untuk tetep memegang teguh kewarganegaraan indonesia meski kemana-mana harus bikin visa.

daripada kudu repot ngejelasin satu persatu panjang lebar dan bikin pegel tiap kali ada yang nanya kenapa aku ga ganti paspor inggris saja, kan tinggal aku kasih tautan ke blog ini. praktis, efektif dan efisien kan, hehe.

selain itu aku juga berharap mudah-mudahan tulisan ini dibaca juga oleh mereka-mereka yang sudah, sedang atau akan tergoda untuk berganti kewarganegaraan dan berniat untuk memiliki paspor inggris atau paspor-paspor negara maju lainnya karena iming-iming keren dan pergi kemana-mana tanpa visa, tanpa mengetahui implikasi pengambilan keputusannya dalam jangka panjang #halah bahasanya. kecuali kalau mereka yang saat ini tinggal di inggris memang sudah tahu dan paham serta tidak keberatan tinggal di panti jompo kalau sudah tua nanti, ya sah-sah saja lah yaw ga ada yang ngelarang.

aku sih ga mau, hehe...

alasan jujur yang lain juga karena aku ga sering bepergian ke luar inggris juga sih, jadi pegang paspor mana juga sebenernya ga gitu ngaruh-ngaruh amat, hihi. karena dengan berstatus sebagai residen permanen, aku juga tetep berhak atas berbagai layanan negara meski beberapa tunjangan dari pemerintah aku ga bisa dapet, tapi suamiku kan asli inggris, dia bisa tetep dapet juga misalnya tunjangan anak. jadi tetep ga ngaruh punya paspor inggris atau indonesia.

ujung-ujungnya sih, indonesia tetaplah tanah air beta, tempat berlindung di hari tua sampai akhir menutup mata.... :-)


*lamat-lamat terdengar lagu indonesia tanah air beta dan rayuan pulau kelapa*
*edisi kangen kampung halaman karena bentar lagi lebaran*

4 comments:

  1. aku langsung merinding & terharu di last wordsmu, mba:

    ....ujung-ujungnya sih, indonesia tetaplah tanah air beta, tempat berlindung di hari tua sampai akhir menutup mata.... :-)

    mugo-mugo iseh tetep bangga dadi wong Jowo yo, mba...

    salam nggo ethan cute :*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wooo tetep bangga mestine jowo tulen aku ki. Sampeyan jowone ngendi Mb Dysta.

      matur suwun sampun sudi mampir :-)

      Delete
  2. Hai...mbak Nayarini. Ketemu lg sejak postingan heboh di grup KEB dl. ingat ga. anyway...saya salut dg keputusan mbak. Hidup mmg penuh konsekuensi ya mbak. Tergantung mn yg mau dipilih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai Yervi, bwehehehe heboh KEB itu? ya masih inget lahhhh, lha kan itu traumatic experience gitu lho haha. makasih yah masih inget aku dan masih mau mampir.
      Ho oh, hidup itu pilihan. tiap pilihan ada konsekuensinya. dan manusia yang baik akan bertanggungjawab penuh atas konsekuensi itu #apaan_sih_ini #hihi

      Delete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...