ini tulisan tentang politik...
aku ga gitu tahu politik sih, bisanya cuma ikut-ikutan biar seru aja, jadi harap maklum yah kalo di postingan ini aku kesannya sotoy. gara-gara pemilu pilpres indonesia kemarin itu lho, aku jadi merasa jadi ahli politik dadakan, haha...
padahal mah ngarti juga kaga. untungnya sih, menurut pendapatku pribadi lho ini, aku ga sampe ikut terseret arus kekonyolan-kekonyolan para pendukung fanatik kedua kubu capres, yang berantemnya di sosial media, di koran, di televisi (eh ada ga sih...tuh kan udah mulai sotoy), terkesan sangat-sangat liar, parah, urakan, kasar, ga sopan, tukang fitnah, keji, kejam, tega, kotor, norak, kekanak-kanakan, apalagi yah... hihi... tau kan yang kumaksud. menyebalkan memang, tiap hari dibombardir sama begituan. emang kita cewek apaan...cih! #ga_nyambung
ga dari satu kubu doank sih, menurutku kedua kubu pendukung sama-sama ancurnya kemarin itu. paraaaaahhhhh!
ya namanya juga manusia, yang memang termasuk bagian dari animal kingdom semacam makhluk vertebrata mamalia seperti halnya para hewan di hutan, yang insting berantemnya tinggi kalau merasa terancam atau diancam. maka makhluk yang bernama manusia ini cenderung akan balik mengancam bahkan menyerang demi mempertahankan kedaulatan wilayahnya, atau keselamatannya, atau opini dan pendapatnya, atau sudut pandangnya, atau kubu capresnya! #halah_jadi_kemana-mana
dan masih menurut pendapatku pribadi, yang membedakan manusia dengan hewan cuma satu.
ga kayak bangsa hewan, manusia harusnya tahu adat, etika, kesopanan, aturan, hukum, moral, undang-undang, dan nilai-nilai peradaban termasuk pertemanan. jadi yang kemarin pas musim kampanye itu tingkah lakunya sudah melanggar salah satu atau salah dua dari daftar tersebut, ya sudah termasuk makhluk yang satunya lagi, hihi #lalu_dihajar_kedua_kubu_pendukung_capres
ga kayak bangsa hewan, manusia harusnya tahu adat, etika, kesopanan, aturan, hukum, moral, undang-undang, dan nilai-nilai peradaban termasuk pertemanan. jadi yang kemarin pas musim kampanye itu tingkah lakunya sudah melanggar salah satu atau salah dua dari daftar tersebut, ya sudah termasuk makhluk yang satunya lagi, hihi #lalu_dihajar_kedua_kubu_pendukung_capres
***
tapi di sini aku ga mau bahas copras-capres lagi ah.
udah lewat mah setelah tanggal 22 juli kemarin itu. tanggal keramat yang semua orang deg-degan nungguin karena ga ada yang percaya sama quick count lagi gara-gara kedua kubu ternyata menyatakan menang! haha...kriuk. meski ternyata hasil pengumuman akhir official count dari kpu dan real count dari kawalpemilu.org sudah bisa ditebak. yang di luar dugaan justru adanya bumbu-bumbu dramatis di sela-sela pengumuman tersebut, yang tentu akan cukup menggelitik untuk dibahas. namun demi menghindari konflik yang berkepanjangan antara kedua kubu, mending aku ga usah bahas lagi deh yah.
selain bosen, juga basi bok!
di postingan ini mendingan aku pengin ngebandingin aja gimana dinamika kampanye di indonesia dan kampanye di inggris. biar nanti kalau ada pilpres lagi, beberapa hal yang sifatnya positif dari negara lain dalam hal ini inggris, bisa kita tiru dan terapkan. oke kan temanya...
***
di sebuah negara yang menganut sistem demokrasi di belahan dunia manapun, pemilu atau pemilihan umum adalah bagian yang tak terpisahkan dari keseluruhan proses demokrasi yang berdasar pada prinsip bahwa kedaulatan sebuah negara seutuhnya ada di tangan rakyatnya. jiaaaaahhh.... jangan dikopas yah, ini karanganku sendiri lho, ga nyontek dari buku jadi bisa saja salah :-p
dan meski kita sudah menjadi negara yang menganut sistem demokrasi sejak lama, tapi seingatku baru tahun inilah demokrasi kita seolah sedang benar-benar diuji. bagaimana tidak. sejak aku lahir sampai aku hampir tamat kuliah, presidenku dulu cuma satu, itu-itu lagi dan lagi dan lagi. tiap kali pemilu yang dilaksanakan setiap lima tahun sekali, isinya cuma golkar menang lagi, dan lagi dan lagi. jadi presidennya sama lagi, lagi dan lagi. kok bisa yah kita dulu hidup seperti itu, ga pada bosen manusianya, hihi.
aku masih inget banget, kalau masa kampanye tiba, seluruh negeri terbelah tiga (mulai pemilu 1977).
yang satu warna hijau berisi mereka-mereka yang katanya super alim pengikut aliran agama tertentu yang semuanya yakin bakal masuk surga bagaimanapun tingkah laku dan sepak terjangnya di dunia. yang satu lagi warna kuning yang selalu menang telak karena pengikutnya banyak meski sebagian mungkin karena takut pindah atau terpaksa nurut, dan setiap tiba masa kampanye selalu menyerukan program kuningisasi yaitu dengan cara mengecat semua infrastuktur entah itu milik pemerintah atau milik pribadi dengan cat warna kuning (bayangin aja bunga matahari sampai kalah saingan lhoh!). dan yang terakhir adalah warna merah menyala membara yang waktu itu seingatku diidentikkan dengan kaum radikal, suka membuat huru hara apalagi karena simbolnya adalah kepala banteng yang terlihat serem dan siap nyeruduk!
jaman dulu juga kalau masa kampanye tiba, semua lagu-lagu pop yang lagi ngetren pada masa itu, langsung berubah liriknya menjadi lirik kampanye yang kebanyakan disisipi dengan kata-kata, "pilih nomer duaaaa, aku cinta, aku cinta golkarrrrrrrrrr!!!" *eh lagu siapa dulu itu yah, hihi* - tebak-tebak berhadiah satu gantungan kunci cantik dari inggris untuk satu pemenang! silakan isikan jawaban di kolom komen di bawah ini, siapa cepat dia dapat *edisi sayembara*
seingatku juga, belum pernah denger deh ada lagu yang dari kubu nomer satu atau nomer tiga. mungkin waktu itu ga ada artis yang berani bikin liriknya, karena bisa-bisa keluar rumah cuma mau beli siomay trus ga pulang karena diculik atas perintah sang penguasa nomer dua. atau mungkin karena nomer satu merasa berkampanye lewat lagu itu termasuk dalam fatwa haram, atau mungkin karena nomer tiga merasa kalau banteng itu kudunya mengaum, bukannya menyanyi! #dilempar_sendal_sama_bu_mega
***
setelah orde baru tumbang berganti dengan orde reformasi, baru deh pemilu kita lebih berwarna. ada warna biru tua, biru muda, item kuning, ijo kuning, ijo item, merah putih, biru putih, biru kuning, merah kuning, macem-macem deh, rame kayak nano-nano pokoknya. meski selama beberapa kali pemilu setelah itu, gegap gempitanya ya gitu-gitu doank sih ga terlalu seru. semua masih belajar, semua masih terkaget-kaget dengan begitu banyaknya pilihan dan begitu luasnya kebebasan memilih. saking bingungnya, jadinya malah partai golput yang banyak pengikutnya, hihi.
hayo ngaku siapa yang pernah golput...
sampai pada pemilu tahun 2014 ini, baru terasa banget perbedaannya. bahkan bagi aku pribadi yang tinggal di luar negeri, tetap ga kuat untuk menahan diri ga ikut terjun dan berpesta demokrasi meski dari jarak 10,000 mil jauhnya. yang tadinya seumur-umur golput pun katanya juga jadi pada ikut-ikutan angkat suara dan ikut-ikutan terseret euporia pemilu 2014 lho. sangar banget memang pemilu kali ini.
apa pasal?
menurut sejarah tercatat, pemilu 2014 adalah kali ketiga kita memilih presiden secara langsung. tapi pemilu kali inilah yang hanya memberikan dua pilihan saja, sehingga keputusan rakyat menjadi binari. pilih nomor satu, atau nomor dua. selama masa kampanye setelah pencalonan diumumkan, sudah bisa ditebak kalau masyarakat kemudian terpecah menjadi dua kubu. karena tujuan akhir adalah perolehan sebanyak mungkin suara rakyat, maka dilancarkanlah segala bentuk aksi untuk mempengaruhi keputusan para pemilih untuk mendukung kubu tertentu.
walhasil seperti kita semua tahu dan alami sendiri, terjadilah perang antar pendukung kubu seperti sudah aku bahas di atas tadi.
***
bagaimana halnya dengan kampanye di inggris?
meski sistemnya agak berbeda dengan sistem pemilu yang kita anut, aku amati kurang lebihnya kondisi indonesia saat ini dan inggris belakangan ini ada kemiripan. terutama karena di inggris partai terbesar yang berkuasa dalam beberapa dekade terakhir cuma ada dua partai, meski partai lain juga banyak dan warna-warni kayak di indonesia.
tercatat sejak akhir perang dunia, dari tahun ke tahun yang memimpin parlemen inggris itu kalau ga partai konservatif atau disebut tory, ya partai buruh. sumber lengkap ada di sini. dan setahuku sejak aku tinggal di sini belum ada partai lain yang bisa mengalahkan kedua partai itu, meski pada pemilu terakhir partainya om nick clegg yaitu partai libdem (liberal democrats) rada bagus perolehan suaranya hingga mengantarkannya untuk berkoalisi dengan partai pemenang dan ia pun menjadi wakil perdana menterinya pak david cameron.
namun karena kinerjanya si om selama duduk di pemerintahan dinilai kurang memuaskan, kayaknya perolehan suara partainya om nick clegg bakalan jeblog sih pada pemilu berikutnya. apalagi ada partai baru sekarang yang mulai naik daun cuma gara-gara pemimpinnya pakdhe nigel farage menang debat di radio lawan si om nick clegg beberapa waktu yang lalu, hihi.
nah, karena di pemilu 2014 kemarin itu kita juga cuma bisa memilih di antara dua pilihan, ciehhh...dah mirip judul lagu romantis, jadi aku bisa melihat kemiripan antara pendukung kedua kubu di indonesia dengan pendukung kedua kubu partai terbesar di inggris ini.
***
***
bedanya nih....
di inggris, kampanyenya ga heboh bok. di inggris, kedua kubu ga norak, meski masa kampanye juga lumayan terasa. di inggris, atribut kampanyenya saking kecilnya ukurannya jadi hampir-hampir ga kelihatan, ga menyolok, bahkan kadang kita ga nyadar kalau ada atribut kampanye ditempel di situ, atau ditancepin di pojokan situ. ga kayak di indonesia (jakarta terutama) yang sampai disebut hutan alat kampanye saking banyaknya atribut di mana-mana. di inggris, meski ada juga selebaran-selebaran yang dikirim ke kotak pos di rumah-rumah, tapi ga ada yang isinya separah obor rakyat, dan ga ada yang diselipin duit, beras, atau indomie hihi #ngarep_dot_com_ini_sih
atas: atribut kampanye legislatif di inggris; bawah: atribut kampanye legislatif di indonesia beda bingits ya bok! seruan di indonesia dong pastinya, hihi.... sumber dari sini dan sini |
dan di inggris, meski banyak juga yang skeptikal dengan dunia politik dan milih golput kayak suamiku, pada dasarnya mereka yang rajin ikut pemilu pun malas untuk datang ke acara ngumpul-ngumpul arak-arakan atau rame-rame berkoar-koar mendukung partainya. kayak ga ada kerjaan lain yang lebih penting saja. iming-iming duit atau nasi bungkus pun di sini ga bakalan mempan, wong rakyatnya notabene ga ada yang kelaparan sampe segitunya hihi.
dan yang paling penting menurutku, di inggris sini kayaknya orang memilih di dalam hati.
ga ada yang repot-repot ngajak-ajak temen, ga mencoba mempengaruhi temen, ga mengintimidasi temen yang mendukung partai yang beda. jadi mereka tuh santai aja tetap melakukan aktivitas sehari-hari selama masa kampanye seolah-olah ga terjadi apa-apa. ga ada juga obrolan seperti, kamu dukung partai apa, pilih apa dst. yang rajin kampanye biasanya sih cuma para petinggi partai dan jajarannya saja, tanpa mengajak massa pendukung. di inggris dan mungkin juga di negara-negara maju yang lain, seperti halnya agama yang dilihat sebagai urusan pribadi dan orang lain ga perlu tahu, demikian pula urusan hak politik, mereka melihatnya sebagai pilihan individu juga. kayaknya sih gitu...
ga ada yang repot-repot ngajak-ajak temen, ga mencoba mempengaruhi temen, ga mengintimidasi temen yang mendukung partai yang beda. jadi mereka tuh santai aja tetap melakukan aktivitas sehari-hari selama masa kampanye seolah-olah ga terjadi apa-apa. ga ada juga obrolan seperti, kamu dukung partai apa, pilih apa dst. yang rajin kampanye biasanya sih cuma para petinggi partai dan jajarannya saja, tanpa mengajak massa pendukung. di inggris dan mungkin juga di negara-negara maju yang lain, seperti halnya agama yang dilihat sebagai urusan pribadi dan orang lain ga perlu tahu, demikian pula urusan hak politik, mereka melihatnya sebagai pilihan individu juga. kayaknya sih gitu...
***
kenapa bisa beda begitu yah...
apa karena mereka sudah berdemokrasi dan melaksanakan pemilu sejak tahun 1802 sementara pemilu pertama kita setelah merdeka baru mulai diselenggarakan sejak tahun 1955? kata salah satu temenku ketika kami sempat saling lempar komen membahas hal ini di fesbuk, ia ga setuju dengan pernyataan ini sih. tapi menurutku bisa jadi ada benarnya karena panjangnya proses pembelajaran berdemokrasi di negeri inggris ini sudah berjalan jauh lebih lama dibandingkan kita bangsa indonesia, maka ya wajar saja kalau mereka seakan-akan sudah jauh lebih matang dan lebih dewasa dalam bersikap.
berdasarkan pengamatanku pribadi yang mungkin saja bias dan datanya sangat terbatas karena aku tinggal di inggris cuma sejak tahun 2006 saja, ga ada tuh gempur-gempuran di sosial media. ga ada saling ejek dan saling fitnah atas pilihan masing-masing, ga ada hubungan pertemanan yang putus gara-gara beda pilihan, ga ada yang merasa dirinya lebih alim, lebih mulia, lebih tinggi derajatnya, lebih cakep, atau lebih segalanya cuma karena mendukung kubu tertentu, dan yang pasti ga ada yang sampai repot-repot mempertontonkan watak aslinya dalam rangka mempertahankan apa yang diyakininya benar.
alih-alih menang debat kusir...
yang kelihatan dari kampanye ala indonesia kemarin-kemarin itu justru malah memunculkan sifat-sifat asli individu-individu yang super menyebalkan karena beberapa tiba-tiba jadi ahli ilmu agama dan ilmu kehidupan lalu sok berceramah ala ulama/pendeta/biksu, beberapa yang lain muncul sifat-sifat aslinya sebagai individu-individu yang menyeramkan kayak ga pernah makan sekolahan, hihi #nomention
yang kelihatan dari kampanye ala indonesia kemarin-kemarin itu justru malah memunculkan sifat-sifat asli individu-individu yang super menyebalkan karena beberapa tiba-tiba jadi ahli ilmu agama dan ilmu kehidupan lalu sok berceramah ala ulama/pendeta/biksu, beberapa yang lain muncul sifat-sifat aslinya sebagai individu-individu yang menyeramkan kayak ga pernah makan sekolahan, hihi #nomention
demikianlah...
rakyat indonesia yang ibaratnya baru memperoleh kebebasan berdemokrasi mungkin sejak orde reformasi saja dan bukannya sejak tahun 1955, bisa dibilang wajar lah ya kalau kita masih agak kekanak-kanakan dalam menyikapi pesta demokrasi kali ini, karena kita semua masih dalam proses belajar. dan selayaknya anak-anak, segala tingkah polah para pendukung kubu capres selama masa kampanye pilpres 2014 kemarin itu juga menurutku ga jauh-jauh dari sifat kekanak-kanakan. dan mungkin aku juga termasuk di dalamnya :-)
rakyat indonesia yang ibaratnya baru memperoleh kebebasan berdemokrasi mungkin sejak orde reformasi saja dan bukannya sejak tahun 1955, bisa dibilang wajar lah ya kalau kita masih agak kekanak-kanakan dalam menyikapi pesta demokrasi kali ini, karena kita semua masih dalam proses belajar. dan selayaknya anak-anak, segala tingkah polah para pendukung kubu capres selama masa kampanye pilpres 2014 kemarin itu juga menurutku ga jauh-jauh dari sifat kekanak-kanakan. dan mungkin aku juga termasuk di dalamnya :-)
bagaimana menurutmu?
Bisa jadi karena kita memang masih muda dalam berdemokrasi, Mbak. Apalagi setelah 32 tahun kita tidak bisa bebas dalam bersuara, baru setelah 1998 lah kita bisa bebas bersuara. Jadi, orang2 menikmati kebebasannya.
ReplyDeleteMenurutku, pilpres kali ini sungguh menarik. Baru pilpres kali inilah yang kurasa betul-betul rakyat Indonesia sangat bersemangat mengikutinya. Banyak yang menjadi relawan, tidak dibayar, betul-betul berpartisipasi, bahkan sampai mengawal penghitungan suara. Kurasa ini terjadi karena calon presiden hanya 2 dan masing2 figur calon juga memegang peranan penting sehingga membuat rakyat aktif berpartisipasi dalam pilpres kali ini. Bahkan, yang golput pun sampai turun gunung.
Mengenai perilaku dari para penbois kedua kubu, ya aku juga merasakan hal yang sama. Kita masih dalam belajar pendewasaan diri dalam sikap berpolitik. Mudah-mudahan ke depannya masyarakat kita bisa lebih dewasa ya, Mbak.
aminnnn :-)
Delete