manusia ga ada yang sempurna. demikian pula halnya seorang ibu. tak ada ibu yang sempurna. yang ada hanyalah ibu yang memilih untuk berbuat yang terbaik untuk anak-anaknya.
doh, serius banget intronya....
cuma mau cerita nih pemirsa. soal tempat penitipan anak atau day-nursery di mana ethan sekarang ini kutitipkan tiap hari dari senin sampai jumat sejak aku balik ngantor awal juni lalu itu. cuma mau berbagi pengalaman dan suka duka seorang ibu yang menitipkan anaknya setiap hari untuk diasuh oleh orang lain, karena satu dan lain hal. intinya cuma mau curhat sih :-)
***
kenapa dititipkan?
karena di rumah ga ada yang jagain. karena orang tuanya dua-duanya kerja. kenapa kerja? karena tuntutan kemajuan jaman #ciehhh.
boleh saja kalian berargumen kalau wanita itu mau sekolah setinggi langit juga harusnya kalau sudah punya anak, jadi ibu rumah tangga saja merawat anak-anaknya sendiri di rumah. ya boleh saja berprinsip begitu.
tapi kembali lagi, kondisi dan situasi tiap orang itu beda-beda. karakter, watak, pendirian dan prinsip hidup orang juga beda-beda. apa yang diinginkan dan diharapkan dari sepasang suami istri ketika memutuskan untuk membangun sebuah keluarga juga beda-beda. jadi jangan disamaratakan. kalau begini, semua harus begitu. kalau punya anak, cewek harus di rumah.
karena di rumah ga ada yang jagain. karena orang tuanya dua-duanya kerja. kenapa kerja? karena tuntutan kemajuan jaman #ciehhh.
boleh saja kalian berargumen kalau wanita itu mau sekolah setinggi langit juga harusnya kalau sudah punya anak, jadi ibu rumah tangga saja merawat anak-anaknya sendiri di rumah. ya boleh saja berprinsip begitu.
tapi kembali lagi, kondisi dan situasi tiap orang itu beda-beda. karakter, watak, pendirian dan prinsip hidup orang juga beda-beda. apa yang diinginkan dan diharapkan dari sepasang suami istri ketika memutuskan untuk membangun sebuah keluarga juga beda-beda. jadi jangan disamaratakan. kalau begini, semua harus begitu. kalau punya anak, cewek harus di rumah.
ibu-ibu yang ngantor cari penghasilan dan ga bisa jaga anak sendiri juga banyak. yang memang beruntung bisa melakukan pekerjaan dari rumah dan tetap menghasilkan pemasukan bulanan sambil jagain anak juga banyak. yang bisa bawa anaknya kerja cari duit sambil momong juga ada. yang di rumah saja ga bisa kerja apa-apa ngurus anak doank lalu pas ditinggal mati suaminya jadi bangkrut juga ada.
bukan nyinyir kalo yang ini mah, idenya sih dari baca artikel waktu itu diposting temen di fesbuk, tentang wanita yang harusnya juga bisa mandiri jangan terlalu tergantung sama suami. pas ditinggal, siapa yang cari nafkah? siapa yang kasih makan anak-anak? kan suami juga ga bisa kerja selamanya, ga selalu hidup dan sehat selamanya, ga selalu kuat selamanya. gitu sih kata artikelnya aku mah nyontek idenya saja :-p
bukan nyinyir kalo yang ini mah, idenya sih dari baca artikel waktu itu diposting temen di fesbuk, tentang wanita yang harusnya juga bisa mandiri jangan terlalu tergantung sama suami. pas ditinggal, siapa yang cari nafkah? siapa yang kasih makan anak-anak? kan suami juga ga bisa kerja selamanya, ga selalu hidup dan sehat selamanya, ga selalu kuat selamanya. gitu sih kata artikelnya aku mah nyontek idenya saja :-p
dan memang bener sih kalau hidup itu cuma soal pilihan. apapun yang kita pilih, hasilnya juga ga ada yang jamin akan seperti yang kita harapkan. karena hidup itu meski simpel tapi juga rumit. bingung kan. yang jagain anak sendiri tapi anaknya tumbuh ga bener juga banyak.
sebaliknya yang tumbuh baik seperti harapan ortunya juga banyak. yang ditinggal ngantor anaknya numbuh ga bener juga banyak, tapi yang anaknya tumbuh dengan baik dan sukses juga ga kalah banyak. jadi ga ada jaminan kalau pilih ini hasilnya pasti begini, atau sebaliknya kalau pilih itu hasilnya pasti begitu. karena memang banyak sekali faktor yang mempengaruhi pertumbuhan seorang anak.
sebaliknya yang tumbuh baik seperti harapan ortunya juga banyak. yang ditinggal ngantor anaknya numbuh ga bener juga banyak, tapi yang anaknya tumbuh dengan baik dan sukses juga ga kalah banyak. jadi ga ada jaminan kalau pilih ini hasilnya pasti begini, atau sebaliknya kalau pilih itu hasilnya pasti begitu. karena memang banyak sekali faktor yang mempengaruhi pertumbuhan seorang anak.
aku sendiri dulu gede ga diasuh ibuku, tapi ga dititipin juga sih. karena kami dulu punya nenek yang mau merawat dan mengasuh cucu-cucunya. meski nenekku buta huruf, tapi orangnya asyik dan pinter. sementara meski ibuku bukan pegawai kantoran, ia dulu adalah seorang pekerja keras. ibuku kerja jualan bumbu dan kelontong di pasar. tiap pagi berangkat abis subuh, pulang menjelang maghrib. bahkan ia kerja hari sabtu minggu juga karena justru pasar ramenya pas hari libur.
kalau ibuku ga kerja begitu, gaji seorang guru smp dari bapakku ga akan cukup untuk hidup. apalagi kami keluarga besar. kata ibu dulu, gaji bapak tiap bulan minus, karena dipake untuk bayar cicilan rumah, bayar utang koperasi, dan bayar-bayar lainnya.
jadi kalau orang-orang nunggu gajian trus foya-foya, bapakku kalau gajian malah bayar utang. gali lobang tutup lobang, gitu terus. besar pasak daripada tiang. dengan bekerja, ibuku bisa sedikit-sedikit nutup lobang kebutuhan bulanan kami. minimal ga sampe kelaparan lah.
jadi kalau orang-orang nunggu gajian trus foya-foya, bapakku kalau gajian malah bayar utang. gali lobang tutup lobang, gitu terus. besar pasak daripada tiang. dengan bekerja, ibuku bisa sedikit-sedikit nutup lobang kebutuhan bulanan kami. minimal ga sampe kelaparan lah.
jadi aku adalah termasuk dalam kelompok anak-anak yang ga dibesarkan sendiri oleh tangan ibunya. kalau boleh menilai diri sendiri, aku juga ga jelek-jelek amat kan jadinya. sekolahku termasuknya sukses, kuliah juga sukses, kerja juga bisa dibilang lumayan sukses lah. saudara-saudaraku juga sama, boleh dibilang kami termasuk keluarga besar yang cukup beruntung.
meski ga sampe sekelas konglomerat kesuksesannya, tapi taraf hidup kami relatif jauh lebih baik dan lebih berkualitas lah dibandingkan waktu kami masih tinggal bareng ortu dulu. dan kupikir bagi kami itu sudah cukup untuk mengukur sebuah kesuksesan. kakak dan adik-adikku kalau baca tulisan ini juga mudah-mudahan setuju :-)
e tapi ibuku pernah bilang sih, dulu 3 orang adikku pernah ngerasain tempat penitipan anak selama beberapa tahun. karena waktu itu yang sudah sekolah kami bertiga, sementara tiga adikku yang masih kecil semua belum sekolah sementara kami harus pindah rumah ga tinggal di rumah nenek lagi. sayangnya, nenekku dulu ga mau ikutan pindah. jadi adik-adikku ga ada yang jagain sementara ibuku masih harus jualan di pasar.
untungnya kata ibuku, tahun itu (hmm, tahun berapa yah... mungkin antara 1985-1987an deh, hayoooo pada belum lahir kan kalian, hihi) pak presiden suharto baru mencanangkan program penitipan anak gratis bagi para pedagang pasar tradisional yang terpaksa harus membawa anaknya bekerja.
daripada mereka numbuh di pasar yang rata-rata di mana-mana memang kondisinya jorok, sumpek dan kurang sesuai untuk tempat bermain anak-anak, maka tempat penitipan anak yang letaknya ga jauh dari pasar, terbuka untuk anak-anak para pedagang pasar. selain gratis, mereka juga dapet makan, minum dan cemilan. asik kan?
keren juga ya program pak harto waktu itu, kirain pakdhe jokowi doang yang suka kasih ini itu gratisan untuk wong cilik, hehe. apa mending harusnya om wowo aja gitu yang jadi presiden yah karena dia menantunya pak harto, jadi kali aja bisa sama gitu program-programnya? pretttt....:-D #masih_aja_kejebak_ngebahas_copras-capres
akhir cerita, karena entah kenapa program penitipan anak ini ga berlanjut dan kata ibuku sih sekarang bayar, maka waktu itu ibuku pun memutuskan untuk berhenti jualan.
tapi ga berhenti bekerja sih, karena ia memindahkan semua barang dagangannya dari kios di pasar ke rumah kami yang baru, maka kami malah buka toko kelontong di depan rumah. plus ibu juga mulai jualan makanan matang waktu itu untuk anak-anak kos, buat nambah-nambah penghasilan sambil tetep bisa momong anak di rumah dan ga harus berangkat ke pasar lagi pagi-pagi.
meski ga sampe sekelas konglomerat kesuksesannya, tapi taraf hidup kami relatif jauh lebih baik dan lebih berkualitas lah dibandingkan waktu kami masih tinggal bareng ortu dulu. dan kupikir bagi kami itu sudah cukup untuk mengukur sebuah kesuksesan. kakak dan adik-adikku kalau baca tulisan ini juga mudah-mudahan setuju :-)
e tapi ibuku pernah bilang sih, dulu 3 orang adikku pernah ngerasain tempat penitipan anak selama beberapa tahun. karena waktu itu yang sudah sekolah kami bertiga, sementara tiga adikku yang masih kecil semua belum sekolah sementara kami harus pindah rumah ga tinggal di rumah nenek lagi. sayangnya, nenekku dulu ga mau ikutan pindah. jadi adik-adikku ga ada yang jagain sementara ibuku masih harus jualan di pasar.
untungnya kata ibuku, tahun itu (hmm, tahun berapa yah... mungkin antara 1985-1987an deh, hayoooo pada belum lahir kan kalian, hihi) pak presiden suharto baru mencanangkan program penitipan anak gratis bagi para pedagang pasar tradisional yang terpaksa harus membawa anaknya bekerja.
daripada mereka numbuh di pasar yang rata-rata di mana-mana memang kondisinya jorok, sumpek dan kurang sesuai untuk tempat bermain anak-anak, maka tempat penitipan anak yang letaknya ga jauh dari pasar, terbuka untuk anak-anak para pedagang pasar. selain gratis, mereka juga dapet makan, minum dan cemilan. asik kan?
keren juga ya program pak harto waktu itu, kirain pakdhe jokowi doang yang suka kasih ini itu gratisan untuk wong cilik, hehe. apa mending harusnya om wowo aja gitu yang jadi presiden yah karena dia menantunya pak harto, jadi kali aja bisa sama gitu program-programnya? pretttt....:-D #masih_aja_kejebak_ngebahas_copras-capres
akhir cerita, karena entah kenapa program penitipan anak ini ga berlanjut dan kata ibuku sih sekarang bayar, maka waktu itu ibuku pun memutuskan untuk berhenti jualan.
tapi ga berhenti bekerja sih, karena ia memindahkan semua barang dagangannya dari kios di pasar ke rumah kami yang baru, maka kami malah buka toko kelontong di depan rumah. plus ibu juga mulai jualan makanan matang waktu itu untuk anak-anak kos, buat nambah-nambah penghasilan sambil tetep bisa momong anak di rumah dan ga harus berangkat ke pasar lagi pagi-pagi.
***
kembali ke ethan.
kenapa ga pilih alternatif yang lain? misalnya pake jasa pembantu atau asisten rumah tangga atau nanny atau suster atau apalah sebutannya.
pilihan ini memang paling banyak yang diambil oleh ibu-ibu indonesia yang harus kembali bekerja setelah melahirkan. memakai jasa pembantu dengan tugas melakukan pekerjaan rumah tangga sehari-hari ditambah momong anak majikannya, adalah fenomena umum kebanyakan masyarakat indonesia. yang lebih kaya lagi, biasanya punya pembantu untuk tugas rumah tangga saja, dan punya nanny khusus untuk momong anak. tergantung tebal dompet si majikan lah pokoknya. mampu apa ga nya untuk bayar beberapa asisten sekaligus, jadi sang ibu bisa tetap berkarir.
kembali ke ethan.
kenapa ga pilih alternatif yang lain? misalnya pake jasa pembantu atau asisten rumah tangga atau nanny atau suster atau apalah sebutannya.
pilihan ini memang paling banyak yang diambil oleh ibu-ibu indonesia yang harus kembali bekerja setelah melahirkan. memakai jasa pembantu dengan tugas melakukan pekerjaan rumah tangga sehari-hari ditambah momong anak majikannya, adalah fenomena umum kebanyakan masyarakat indonesia. yang lebih kaya lagi, biasanya punya pembantu untuk tugas rumah tangga saja, dan punya nanny khusus untuk momong anak. tergantung tebal dompet si majikan lah pokoknya. mampu apa ga nya untuk bayar beberapa asisten sekaligus, jadi sang ibu bisa tetap berkarir.
sayangnya pilihan itu ga ada di inggris sini.
sudah sering aku kutip juga di beberapa tulisan terdahulu, kalau di inggris itu ga ada pembantu. baca postingan ini deh. kalau baby sitter atau nanny sih ada, tapi mahal bingits! jadi kebanyakan jasa mereka cuma dipakai sesekali saja kalau pas perlu banget misalnya ada undangan makan malam di restoran yang ga memungkinkan untuk bawa anak kecil, entah demi privasi atau karena bakalnya kemaleman, maka para ortu baru nyari baby sitter yang bayarannya dihitungnya per jam. rata-rata sih tarifnya lebih dari £7 per jamnya, belum termasuk uang bensin!
sudah sering aku kutip juga di beberapa tulisan terdahulu, kalau di inggris itu ga ada pembantu. baca postingan ini deh. kalau baby sitter atau nanny sih ada, tapi mahal bingits! jadi kebanyakan jasa mereka cuma dipakai sesekali saja kalau pas perlu banget misalnya ada undangan makan malam di restoran yang ga memungkinkan untuk bawa anak kecil, entah demi privasi atau karena bakalnya kemaleman, maka para ortu baru nyari baby sitter yang bayarannya dihitungnya per jam. rata-rata sih tarifnya lebih dari £7 per jamnya, belum termasuk uang bensin!
kami belum pernah make jasa mereka sih. boro-boro nyewa baby sitter buat momong ethan tiap hari kalau aku ngantor, bayar buat sesekali pas malam hari aja kami ogah, sayang duitnya. bisa-bisa gajiku sebulan kerja habis cuma buat bayar baby sitter doank.
lha mending aku jagain sendiri kalau gitu itungannya, hehe. selain itu, kami ga pernah pake jasa baby sitter karena memang kami ga pernah kemana-mana kalau malem. sejak kami punya ethan, praktis kami ga pernah lagi nonton bioskop, ga pernah lagi makan malam romantis ke restoran, ga pernah kencan lagi malam-malam sama bapaknya ethan. demi ga mau ninggalin dia, kami rela jadi orang rumahan.
lha mending aku jagain sendiri kalau gitu itungannya, hehe. selain itu, kami ga pernah pake jasa baby sitter karena memang kami ga pernah kemana-mana kalau malem. sejak kami punya ethan, praktis kami ga pernah lagi nonton bioskop, ga pernah lagi makan malam romantis ke restoran, ga pernah kencan lagi malam-malam sama bapaknya ethan. demi ga mau ninggalin dia, kami rela jadi orang rumahan.
jadi tetap, pilihan yang terbaik bagi kami ya tempat penitipan anak.
***
apa sisi negatifnya?
terlepas dari berbagai macam pertimbangan, selalu ada sisi negatif dan sisi positif dari setiap pilihan hidup yang kita ambil. ketika memutuskan untuk menitipkan ethan, kami juga sudah memikirkan masak-masak hal-hal tersebut. sebaik-baiknya pilihan, pasti ada kekurangannya. sebaliknya seburuk-buruk pilihan pasti masih selalu ada sisi baiknya.
sudut-sudut nursery-nya si ethan, foto-foto diunduh dari laman website resminya |
dengan menitipkan ethan ke tempat penitipan anak, otomatis aku menyerahkan hak pengasuhannya ke para pegawai di sana. tentu saja itu berarti bahwa ethan akan lebih banyak menghabiskan hari-harinya dengan orang lain.
aku menyadari hal ini sepenuhnya.
sedih juga sih, tapi dengan berbagai pertimbangan dan setelah maju mundur, akhirnya aku yakin untuk mengambil keputusan ini. boleh saja kalau ada yang berpikir aku ini ibu yang egois, lebih mementingkan karir bla bla bla. kembali lagi ke argumenku di atas bahwa prinsip hidup orang itu beda-beda dan tak bisa disamaratakan.
sisi negatif lainnya, dengan menitipkan ethan setiap hari dari senin sampai jumat, itu berarti ethan mau ga mau ikut terjebak rutinitas dan jadwal hidup kedua orang tuanya.
karena tiap hari aku sudah harus berangkat ngantor pagi-pagi kalau ga mau telat, dan bapaknya juga harus kerja, maka ethan juga harus bangun pagi, siap-siap sarapan, ganti baju, dll dan ga boleh telat, lalu ikut berangkat juga ke penitipan anak. kalau anak-anak yang tinggal di rumah entah dengan ibunya atau dengan pembantu mungkin bisa leha-leha bersantai ria ga harus bangun pagi dan menjalani rutinitas seperti ethan. aku sih mikirnya ambil sisi baiknya saja, ethan jadi terbiasa berdisiplin sejak dini dan rajin bangun pagi, biar ga susah-susah lagi ngelatih kalau nanti udah masuk sekolah, hehe.
satu lagi sisi negatif tempat penitipan anak adalah biaya bulanannya yang selangit.
untung aku tinggal di kota kecil, yang tarif penitipan anak tentunya sedikit lebih murah dibandingkan kota yang lebih besar. itu pun setiap bulan kami masih harus merogoh kantong sampai 16.5 juta rupiah (£1 = Rp19700 kurs hari ini), jatuhnya per jam sih cuma £4.50, separonya tarif baby sitter. kota sebelah yang agak besar seperti cambridge, temen kantorku bayar sampai 20 jutaan per bulan untuk nitipin anaknya. di ibukota london? bisa sampai 23 juta.
kalau semahal itu, kenapa ga diasuh sendiri saja? apa gaji bulanan yang kuterima bisa nutup? hmm, bisa sih kan gajiku banyak kalo dirupiahin, hihi (awas kejebak rupiah mentality!). trus kan masih ada suamiku yang juga punya gaji. bisa lah masih terjangkau harga segitu. dan lagi ya memang segitulah rata-rata biaya penitipan anak di inggris. silakan baca artikel dailymail.co.uk ini kalau penasaran.
makanya kalau cewek di inggris sini kerjanya yang gajinya pas-pasan, atau hampir sama dengan biaya bayar penitipan anak, biasanya mereka memutuskan untuk berhenti kerja karena gajinya ga nutup.
ga cengli kata engkoh-engkoh mangga dua, ga cucuk kata orang jawa. untunglah aku punya jenis pekerjaan yang lumayan menjanjikan, jadi bisa diandalkan untuk pemasukan bulanan, masih bisa napas dikit dan nabung kalo ada sisa. kalau misalnya jenis pekerjaanku gajinya yang pas-pasan pastinya ya lain cerita.
ga cengli kata engkoh-engkoh mangga dua, ga cucuk kata orang jawa. untunglah aku punya jenis pekerjaan yang lumayan menjanjikan, jadi bisa diandalkan untuk pemasukan bulanan, masih bisa napas dikit dan nabung kalo ada sisa. kalau misalnya jenis pekerjaanku gajinya yang pas-pasan pastinya ya lain cerita.
***
nah, sekarang apa sisi positifnya?
banyak lah yaw! #halah. maka dari itulah keputusan menitipkan ethan menurutku adalah keputusan yang terbaik bagi kami bertiga sebagai sebuah keluarga. ketika aku harus kembali ngantor setelah cuti melahirkan selama hampir 13.5 bulan lamanya (cerita cuti ada di sini), dan umur ethan waktu itu baru 13.5 bulan, kami serahkan hak asuhnya dari pagi sampai sore ke tempat penitipan anak.
di sana, sejak minggu pertama kami sudah melihat beberapa perubahan positif. apalagi ditambah dengan kualitas tempat penitipan anak di inggris yang cukup bagus, karena mereka diawasi dengan ketat oleh pemerintah dengan sistem audit, jadi orang tua tahu mana tempat yang baik kualitasnya dan mana yang kurang karena semua laporan audit tersedia di internet untuk dibaca oleh publik.
di sana, sejak minggu pertama kami sudah melihat beberapa perubahan positif. apalagi ditambah dengan kualitas tempat penitipan anak di inggris yang cukup bagus, karena mereka diawasi dengan ketat oleh pemerintah dengan sistem audit, jadi orang tua tahu mana tempat yang baik kualitasnya dan mana yang kurang karena semua laporan audit tersedia di internet untuk dibaca oleh publik.
ga tau deh gimana kalo di indonesia.
setahuku sih tempat penitipan anak juga ada, seperti cerita ibuku di atas. tapi apakah mereka dengan ketat dikontrol oleh pemerintah, apakah mereka mempekerjakan tenaga-tenaga profesional di bidangnya yaitu pengasuh-pengasuh anak terlatih dan berkualifikasi khusus, apakah mereka diawasi kinerjanya dan diaudit oleh badan-badan berwenang tertentu dan dikenai sangsi kalau tidak memenuhi peraturan pemerintah? terus terang aku ga tahu.
lagipula aku juga jarang denger cerita sih, ada yang nitipin anaknya ke tempat penitipan anak di indonesia. apa mungkin memang bukan sesuatu yang umum dilakukan yah, karena pilihan lain seperti punya pembantu, baby sitter, nanny, atau keluarga dekat yang mau ngasuh seperti nenek, ponakan, om, tante dll, masih banyak dilakukan oleh sebagian besar masyarakat kita? entahlah.
setahuku sih tempat penitipan anak juga ada, seperti cerita ibuku di atas. tapi apakah mereka dengan ketat dikontrol oleh pemerintah, apakah mereka mempekerjakan tenaga-tenaga profesional di bidangnya yaitu pengasuh-pengasuh anak terlatih dan berkualifikasi khusus, apakah mereka diawasi kinerjanya dan diaudit oleh badan-badan berwenang tertentu dan dikenai sangsi kalau tidak memenuhi peraturan pemerintah? terus terang aku ga tahu.
lagipula aku juga jarang denger cerita sih, ada yang nitipin anaknya ke tempat penitipan anak di indonesia. apa mungkin memang bukan sesuatu yang umum dilakukan yah, karena pilihan lain seperti punya pembantu, baby sitter, nanny, atau keluarga dekat yang mau ngasuh seperti nenek, ponakan, om, tante dll, masih banyak dilakukan oleh sebagian besar masyarakat kita? entahlah.
kembali ke inggris.
tempat penitipan anak di inggris sini biasanya menerima titipan anak mulai umur 3 bulan, meski rata-rata ibu-ibu sini cutinya diambil tuntas sampai setahun sih (peraturan pemerintah memang boleh setahun, ga kayak di indonesia yang cuma 3 bulan).
tapi banyak juga bayi yang sudah dititipkan sejak umur 6-9 bulan kalo terpaksa ibunya harus kembali masuk kerja lebih awal. tempatnya biasanya buka mulai jam 8 pagi, sampai jam 5.30 atau 6 sore. mereka juga menerima penitipan setengah hari, pagi saja atau sore saja dengan harga separo lebih dikit. semua makanan, minuman dan cemilan untuk hari itu biasanya sudah termasuk all-in-one dari tarif harian.
tapi banyak juga bayi yang sudah dititipkan sejak umur 6-9 bulan kalo terpaksa ibunya harus kembali masuk kerja lebih awal. tempatnya biasanya buka mulai jam 8 pagi, sampai jam 5.30 atau 6 sore. mereka juga menerima penitipan setengah hari, pagi saja atau sore saja dengan harga separo lebih dikit. semua makanan, minuman dan cemilan untuk hari itu biasanya sudah termasuk all-in-one dari tarif harian.
alasan kami memilih nursery juga karena tempat ini buka selama 51 minggu dalam setahun, cuma tutup seminggu saja pas libur natal, yang notabene seluruh negeri memang libur semua, kayak di indonesia pas libur lebaran gitu deh. jadi nursery lebih bisa diandalkan ga kayak childminder (penitipan anak privat di rumah-rumah yang sudah pernah kubahas di sini).
sejak dititipkan, ethan mulai belajar mengenai beberapa hal baru dengan lebih terarah sesuai usianya. semua aktivitas dan perkembangannya dipantau dengan teliti oleh para staf pengasuh dan dilaporkan ke kami para orang tua, melalui sistem online yang bisa kami akses dari mana saja melalui fasilitas internet.
tentunya hanya orang tua si anak yang bisa melihat laporan anaknya sendiri dengan username dan password untuk melindungi privasi. dan ga semua tempat penitipan anak di inggris punya fasilitas diari online ini lho, jadi nursery-nya ethan emang salah satu yang tercanggih meski bukan yang termahal, asik kan hehe.
tentunya hanya orang tua si anak yang bisa melihat laporan anaknya sendiri dengan username dan password untuk melindungi privasi. dan ga semua tempat penitipan anak di inggris punya fasilitas diari online ini lho, jadi nursery-nya ethan emang salah satu yang tercanggih meski bukan yang termahal, asik kan hehe.
selain bisa membaca dan memantau perkembangan ethan tiap hari melalui komputer di kantor, fasilitas ini juga bisa memuat foto dan video jadi hari ini aku bisa lihat di sana si ethan lagi main apa, belajar apa, nyanyi lagu apa. eh dia belum bisa nyanyi dink, kalau pas acara nyanyi paling dia cuma ikutan tepuk tangan sama senyum-senyum lebar dan ketawa-ketiwi kalau tahu lagi disorot kamera video. narsisnya nurun emaknya :-p
yang paling pesat dari perkembangan si ethan sejak dititipkan adalah kemampuannya bersosialisasi.
dulu ia sangat pemalu. sejak ia dititipkan dan setiap hari ketemu banyak teman sebaya dan main bersama, sekarang ia ga gitu pemalu lagi. karena di sana selain ia banyak belajar berinteraksi dengan teman-temannya, ia juga belajar berinteraksi dengan para pengasuhnya, terutama belajar tata krama dan kesopanan. meski konsepnya tentu agak beda dengan di indonesia ya. tapi tahu sendiri kan, orang inggris itu terkenal paling sopan di antara bangsa kulit putih lain. sopan ala inggris lah :-)
dulu ia sangat pemalu. sejak ia dititipkan dan setiap hari ketemu banyak teman sebaya dan main bersama, sekarang ia ga gitu pemalu lagi. karena di sana selain ia banyak belajar berinteraksi dengan teman-temannya, ia juga belajar berinteraksi dengan para pengasuhnya, terutama belajar tata krama dan kesopanan. meski konsepnya tentu agak beda dengan di indonesia ya. tapi tahu sendiri kan, orang inggris itu terkenal paling sopan di antara bangsa kulit putih lain. sopan ala inggris lah :-)
aktivitas harian si ethan di tempat penitipan ini juga penuh dengan permainan yang memacu kreativitas lho. aku sempat kaget dulu pas minggu-minggu pertama di nursery si ethan diajak gabung untuk menulis dan menggambar bersama. kata pengasuhnya, ia kagok gitu emang ga pernah ngegambar ya dirumah, tanya mereka. kujawab, ga pernah! kupikir ia masih terlalu kecil, hihi. ternyata teman-temannya udah pada pinter megang pensil sama krayon meski gambarnya masih ga berbentuk semua.
yah, si ethan ketinggalan deh, hahaha.
yah, si ethan ketinggalan deh, hahaha.
tapi sekarang ia sudah mahir kok pegang pensil, spidol, krayon, dll. ia sudah bisa nempel-nempelin kertas pake lem, sudah bisa ngebangun menara pake lego, dan sudah pintar ngerapiin mainannya yang berserakan meski kadang-kadang masih suka mogok juga kalau pas ngambek. namanya juga anak-anak.
foto-foto aktivitas ethan sehari-hari di nursery yang diunggah ke diari online-nya
***
terlepas dari pro kontra, sisi negatif positif atau pendapat ini itu, kami bertiga kini menjalani saja apa yang sudah kami putuskan dan kami yakini terbaik untuk si ethan.
terlepas dari pro kontra, sisi negatif positif atau pendapat ini itu, kami bertiga kini menjalani saja apa yang sudah kami putuskan dan kami yakini terbaik untuk si ethan.
masih untung aku hidup di negara maju yang notabene segala sesuatu tentunya lebih maju juga termasuk tatanan hidup masyarakatnya. kalau di indonesia tempat penitipan anak mungkin kurang sepopuler di inggris karena sebagian besar masyarakatnya masih menyerahkan hak asuh anak (bagi ibunya yang berkarir) ke asisten rumah tangga atau pembantu, yang rata-rata (maaf) tingkat pendidikan dan pengetahuan mengenai pendidikan anak usia dini mungkin sangat kurang karena mereka bukan nanny yang terlatih. kalau mereka berpendidikan tinggi juga ga mau kali jadi pembantu yah.
tapi ya itulah potret masyarakat kita.
tapi ya itulah potret masyarakat kita.
yang tinggal di kota besar seperti jakarta mungkin fenomena mempekerjakan nanny atau baby sitter yang sudah trampil dengan modal pelatihan yang cukup sudah mulai umum yah. apalagi golongan kaum berduit. tapi bagaimana dengan kota-kota lainnya?
bagaimana dengan keluarga kelas menengah ke bawah yang ibu-ibunya harus bekerja? pasti lebih milih pakai jasa pembantu yang tugasnya ganda. ngurus rumah iya, momong anak iya. jadi aku mestinya bersyukur bisa menitipkan hak asuh ethan ke pengasuh-pengasuh yang mempunyai kualifikasi yang baik dan relatif bisa dipercaya dibandingkan dengan kalau hak asuh anak diserahkan ke (misalnya) asisten rumah tangga.
bagaimana dengan keluarga kelas menengah ke bawah yang ibu-ibunya harus bekerja? pasti lebih milih pakai jasa pembantu yang tugasnya ganda. ngurus rumah iya, momong anak iya. jadi aku mestinya bersyukur bisa menitipkan hak asuh ethan ke pengasuh-pengasuh yang mempunyai kualifikasi yang baik dan relatif bisa dipercaya dibandingkan dengan kalau hak asuh anak diserahkan ke (misalnya) asisten rumah tangga.
tentu asisten rumah tangga yang juga merangkap nanny yang baik dan berhasil mendidik anak majikannya dengan baik juga banyak. yang dididik emaknya sendiri dan gagal juga banyak. jadi balik lagi, semua juga tergantung ke anaknya karena ga ada jaminan pengasuhan yang baik akan memberikan hasil yang baik juga dan sebaliknya.
eh, mungkin tergantung nasib juga sih ya, hehe.
aku malah dr kuliah kepikiran buat bikin daycare semacam gini mbak..kebetulan aku lulusan ilmu pendidikan dan pgn bs membantu para ibu bkerja.. cuman stelah dipikir lg, cari sdm buat jd nanny nya pasti susah bgt. kalaupun pk sdm bagus otomatis biayanya ikutan menyesuaikan. Di indo pasti jarang yg mau deh mbak, pgnnya hemat, karena gajinya juga ga sepadan. Dilematis sbnrnya.. huhu
ReplyDeletewhoahhh, kok komen yang ini belum dibales yah. maafkan diriku bu Tetty, pasti kelewat deh hihi.
Deletewahhh, pangsa pasarnya pasti tinggi lho bu. konsepnya tapi harus jelas juga sih, supaya orang melihatnya juga dari sudut pandang yang beda. sdm buat nanny-nya bias rekrut dari lulusan diploma jurusan edukasi dini, temenku ada yang jurusan itu. memang harus mendobrak stereotype masyarakat Indonesia dulu bahwa nanny itu bukan pekerjaan rendahan. ada ilmunya juga. jadi memang ga murah. mungkin pada awalnya akan susah, tapi memang seorang pioneer atau merintis itu harus melawan paradigma lawas dulu. siapa tahu nanti daycare-nya bu Tetty bias jadi percontohan nasional, bagaimana sebuah konsep daycare yang baik bisa dijalankan.
trus bisa buka franchise deh di seluruh nusantara. haha ngayalnya kejauhan yaaaa...
tapi bener, ini peluang bisnis yang sangat menjanjikan lho di Indonesia. pasti ada lah lapisan masyarakat yang akan lebih memilih daycare dibandingkan mempercayakan pada pembantu atau nanny di rumah.
:-)
Hai mba, boleh tau nama tempat penitipannya apa? Saya dan suami rencana kuliah di newcastle, kira2 mba tau daycare yg recommended disekitarnya? Trims
ReplyDeletehi Ayesha. tempat penitipan anakku pas aku posting ini masih milik perorangan, jadi lokal banget, bukan bagian dari franchise. tapi tahun lalu akhirnya dijual ke franchise karena yang punya pindah rumah ke devon, hehe. franchise yang beli juga franchise lokal juga, kantor pusatnya di huntingdon.
Deletesepertinya tiap daerah punya local franchise untuk daycare, jarang denger yang franchise-nya nasional.
mungkin untuk daerah Newcastle akan ada franchise lokal yang beda lagi. kebetulan aku dulu pernah tinggal di Durham selama setahun (kurang lebih 15 menit selatan Newcastle). sering ke Newcastle juga karena dulu ada beberapa teman di sana.
untuk lebih jelasnya mengenai daycare mana yang baik, banyak yang perlu dipertimbangkan. nama sudah tidak relavan lagi karena itu tadi, biasanya franchise-nya lokal.
pertimbangan yang perlu:
1) lokasi dan jarak dari akomodasi dan kampus, kalau bisa searah. karena kalo ada emergency bisa cepat menjemput (e.g. anak sakit, incident, dll)
2) kualitas daycare. yang ini sih gampang ngeceknya. tinggal lihat websitenya, biasa mereka menyediakan laporan audit tahunan dari OFSTED. kalo grade-nya 1, itu paling bagus, biasa juga lebih mahal hehe. grade 2, OK. grade 3, require improvement, grade 4 biasa ga dianjurkan atau ga boleh operasi kalo ga segera diperbaiki hasil audit findingnya.
karena system grading ini pula, biasanya di daerha padat penduduk, yang grade lebih tinggi waiting listnya lebih panjang dibanding yg lain. jadi ortu ga bisa asal pilih.
beberapa bahkan sudah harus booking waktu si baby masih di perut, kalo pengin masuk daycare yang baik kualitasnya. biasanya akhirnya ortu yg harus kompromi. pilih yg grade tinggi, mahal, waiting list lama.
grade yg lebih rendah, lebih murah, waiting list lebih pendek.
di daerah yang kurang rapat penduduknya dan demand daycare ga gitu tinggi, biasa ga usah pake waiting list. tempat selalu tersedia.
3) biaya
biaya daycare di berbagai wilayah di England beda-beda. kota besar biasa lebih mahal, kota kecil lebih murah. daerah selatan England biasa lebih mahal, utara lebih murah. tapi ga jaminan juga meski Newcastle letaknya di utara, daycarenya pasti murah. tergantung kalo gradenya tinggi mungkin hamper sama harganya dengan let's say di Manchester :-)
untuk inverstigasi lebih lanjut, coba cari-cari daycare yang lokasinya deket Newcastle University. kalo udah tahu nanti mau ngekos di daerah mana, lebih bagus, jadi nyarinya lebih fokus.
kalo belum tahu, bisa investigasi grading dulu di internet, daycare mana yang bagus kulaitasnya, berapa biayanya, dan silakan kirim email untuk nanya waiting list-nya panjang atau ga.
mulailah dari website resmi pemerintah di sini:
https://www.newcastle.gov.uk/health-and-social-care/childcare
silakan tanya-tanya lagi kalo perlu:-)
salam
ini daftar nursery di Newcastle dari official website
Deletehttp://www.newcastlefis.org.uk/kb5/newcastle/fsd/results.page?sortfield=__lastUserOrAdminUpdate&sorttype=field&sortorder=1&familieschannel=2-2