wuidihhhhh, judulnya serem.... hehe...
buat kalian yang sampe ke sini dan langsung berpikiran kotor, maaf ya kalau postingannya bakal mengecewakan dan tidak sesuai harapan. juga yang nyasar secara ga sengaja karena mencari kata kunci tertentu di google dan nemu postingan ini, selamat, anda telah nyasar dengan sukses! haha...
postingan ini memang akan membahas mengenai urusan tempat tidur, tapi tempat tidur bayi! hihi. kenapa sih urusan beginian kudu dibahas? apa pentingnya?
menurutku penting karena bagi kami orang tua yang sudah merasakan kehadiran seorang anak di tengah-tengah keluarga, urusan ini menyangkut hajat hidup seluruh penghuni rumah, bukan hanya hajat hidup si bayi saja lho, makanya penting untuk dibahas. apalagi dengan begitu banyaknya pro dan kontra soal kapan sebaiknya bayi dipisah tidur di kamar sendiri, atau sebaiknya justru harus ngumpul terus sama orang tuanya sampai umur sekian-sekian, atau malah ada pendapat yang harusnya sudah dipisah sejak baru lahir dan lain-lain.
cukup serius kan?
sudah banyak sekali sih artikel-artikel di forum-forum bayi dan anak di internet, sudah banyak juga pendapat-pendapat yang simpang siur mengenai mana yang lebih baik untuk bayi kita, serta sudah banyak juga dibahas mengenai masalah-masalah klise urusan tempat tidur bayi dan anak serta permasalahan di seputarnya, apa solusinya, bagaimana baiknya, dan lain-lain dan sebagainya. aku ga mau bahas hal-hal klise itu lagi yah, karena hanya akan mengulang-ulang yang sudah ditulis banyak orang di internet, ga seru dong...
yang mau aku bahas di sini adalah opiniku dan alasan-alasanku mengenai pilihan yang aku ambil dan keputusan yang aku jalani mengenai urusan tempat tidur si ethan dan mengapa aku memilih melakukannya. pastinya selalu ada pro dan kontra, jadi silakan baca kalau berminat yah, ga ada yang maksa kok :-)
***
di rumah sakit
waktu ethan lahir, tempat tidur pertamanya adalah kotak plastik bayi punyanya rumah sakit.
ga gitu keren sih. seperti bayi-bayi lain yang baru lahir, setelah dibersihkan dengan handuk doank (dia baru dimandiin pertama kali waktu umur 7 hari, hihi) lalu dipakein baju, ethan ditaruh di tempat tidur kecil menyerupai kotak plastik gitu, dan diletakkan di atas troli yang ada rodanya, jadi bisa dengan mudah didorong-dorong untuk dipindahkan jika perlu. troli-troli ini diparkir di pinggir tempat tidur di sebelah ibu si bayi.
ethan umur beberapa jam di rumah sakit |
kalau jaman dulu kayaknya bayi sama ibunya di rumah sakit di pisah deh ya, bayi ditaruh di kamar bayi, ibunya ditaruh di kamar rawat inap.
sepertinya sekarang penanganan proses kelahiran dan pasca kelahiran di rumah sakit memang sudah banyak berubah. bayi tidak lagi dipisahkan dari si ibu, sehingga proses bonding atau pengikatan emosional (apa sih bahasa indonesianya yang bener?) antara ibu dan bayi bisa dilakukan sedini mungkin. jadi ketika si bayi yang baru lahir yang tentu saja butuh asupan susu terus menerus membutuhkan ibunya, suster rumah sakit tidak perlu bolak-balik mengantarkan bayi ke si ibu, atau sebaliknya jika si ibu ingin melihat bayinya tidak perlu repot-repot ke kamar bayi.
***
di rumah, 4 bulan pertama
sepulang dari rumah sakit, ethan tidur di tempat tidur berkonsep bednest, seperti yang sudah pernah aku ceritakan sedikit di postingan ini.
kalau umumnya di indonesia, kebanyakan bayi-bayi otomatis tidur dengan ibunya di kasur yang sama, di inggris sini budaya masyarakatnya agak sedikit berbeda. ada yang percaya bahwa bayi dari awal harus sudah dipisah di kamar tersendiri supaya cepat mandiri, ada yang percaya bahwa bayi harus tidur satu kamar dengan orang tuanya tapi di kasur tersendiri sampai umur tertentu baru dipisah ke kamar sendiri, ada yang percaya bahwa bayi harus tidur satu tempat tidur dengan orang tuanya sampai umur tertentu supaya ikatan emosional dengan kedua orang tuanya (katanya) bisa lebih kuat.
menurutku sih, ketiganya benar semua, ga ada yang salah, dan ga ada yang lebih baik satu dari lainnya.
tergantung dari pilihan masing-masing dan sesuai dengan kondisi masing-masing keluarga. silakan pilih satu mana yang paling cocok dan paling dianggap menguntungkan dari segala sisi oleh sebuah keluarga yang sedang memperoleh seorang tambahan anggota keluarga baru. atau bisa juga kombinasi, tergantung situasi dan kondisi.
***
nah, sepertinya konsep kombinasi ini yang paling kami suka.
selama empat bulan pertama, kalau kondisi si ethan baik-baik saja, sehat dan ga ada masalah, kami letakkan dia di tempat tidur kecilnya (bednest) yang ada di sisi sebelah tempat tidurku. alasan kenapa ethan ga tidur saja di tempat tidur kami, meski sebenarnya muat karena tempat tidur kami memang ukurannya lumayan luas, yaitu supaya ga ada resiko kehabisan nafas karena selimut yang kami pakai di negara empat musim memang lumayan tebal.
belum lagi resiko kegiles, hihi.
kalau pas dia lagi ga enak badan, biasanya suamiku mengalah pindah tidur ke kamar sebelah, jadi ethan bisa tidur sama emaknya di tempat tidur kami dengan aman dan ga takut kegiles ibu bapaknya karena ruangnya cukup dan selimut tebal kami bisa diungsikan sementara waktu.
gitu aja sih, simpel.
dengan penataan tempat tidur seperti ini, waktu itu kami mendapat cukup istirahat dan ga terganggu oleh kekhawatiran jika ethan tidur sekasur dengan kami berdua. ethan juga bisa tidur dengan lebih pulas tentunya dan punya cukup ruang untuk bergerak, di bednest-nya sendiri.
dan karena letaknya persis di samping tempat tidurku, jadi kalau ia kebangun atau butuh nyusu, aku tinggal angkat dia, beri dia asi, lalu letakkan lagi, tanpa perlu bangun dari tempat tidur dan berjalan tersuruk-suruk karena ngantuk ke kamar sebelah, cuma untuk menyusui.
alasan lain aku pilih bednest adalah karena beberapa bulan pertama kalau misalnya ethan dulu sudah aku pisah di kamar tersendiri layaknya bayi-bayi di inggris pada umumnya, pasti akunya yang bakal teler berat, secara dalam sehari bayi harus diberi asupan susu hampir setiap satu atau dua jam, siang malam non-stop. bayangkan kalau kudu bolak-balik dan bangun tiap jam di malam hari, apa ga teler tuh besok paginya, hihi.
***
kalau ikut kebiasaan di indonesia di mana bayi tidur sekasur dengan emak bapaknya sih, paling gampang sebenernya. kalau bayinya kebangun minta susu (aku asumsinya bayi nyusu ibunya yah, bukan formula), emaknya tinggal guling ke salah satu sisi dan hap! langsung deh hidangan tersedia, hehe. tapi ya itu, di negara empat musim rada susah implementasinya karena kondisi tempat tidur yang agak beda seperti aku bahas di atas tadi.
dan lagi, kebiasaan yang sudah umum di indonesia ini biasanya malah dikeluhkan oleh para orang tua di indonesia lho. ga semuanya sih, tapi lumayan sering juga aku denger cerita-cerita yang mirip-mirip.
karena sejak lahir terbiasa tidur bareng orangtuanya, beberapa anak menjadi terlalu terikat dan tergantung dengan keberadaan orang tuanya kalau tidur. ditinggal bentar langsung kebangun dan nangis, bapaknya belum pulang kerja si anak ga mau tidur, emaknya kebelet pipis sampe ga boleh ke kamar mandi, hihi.
kurang mandiri lah jadinya, repot juga kan.
bahkan ada yang sudah sekolah juga masih belum mau tidur sendiri atau terpisah. kan ga muat jadinya kasur satu buat rame-rame, mana nambah hari badan mereka nambah gede hehe. akhirnya, seringnya orangtua yang mengalah dan biasanya tidur di lantai atau pindah kamar (kalau punya kamar ekstra), seperti ilustrasi lucu di bawah ini yang aku temukan di postingan fesbuk teman beberapa waktu yang lalu.
beginilah kenyataan hidup, hihihi. foto dikopi dari fesbuk |
meski lagi-lagi keputusan lebih baik anak tidur di mana tetaplah keputusan orang tua masing-masing, namun tak ayal banyak orang tua yang pusing juga kalau anak mereka belum bisa tidur sendiri di kamar sendiri. meski sebetulnya di inggris pun ada juga anak yang tidak bisa lepas dari orang tuanya meski dari kecil sudah dilatih untuk tidur mandiri (ini cerita temenku yang asli inggris), sampai orang tuanya pindah kasur tidur di lantai kamar si anak, lalu tengah malam pelan-pelan menyelinap keluar kamar, hehe.
***
bulan ke-4 sampai ke-6
mengenai ini juga sudah pernah aku singgung sedikit juga di sini jadi ga usah aku bahas ulang yah.
cerita singkatnya sih, waktu itu meski baru umur 4 bulan, si ethan udah ga muat di bednest-nya yang kudunya bisa dipake sampe ia umur 6 bulanan. dasar chubby baby! - liat foto di bawah ini (kiri).
akhirnya ketika ia umur 4 bulan, kami taruh cot kecil (cot = tempat tidur bayi) di kamar tidur kami ngadep ke jendela, dan mengembalikan si bednest ke tempat penyewaan (iya, kami memang nyewa doank). cot kecil ini aku beli bekas murah meriah dari ebay dengan cuma membayar £1 saja, hihi. ga papa bekas yang penting kan fungsinya. lagipula ia udah punya cot baru yang kami taruh di kamarnya tapi memang belum pernah dipakai dan terlalu besar untuk ditaruh di kamar kami - liat foto di bawah ini (kanan).
jadi ya sementara pake yang bekas dulu lah sebelum ia pindah kamar nantinya. meski sebelum dipakai, cot bekas murmer ini sempat aku bersihin dan cat ulang hingga warna putihnya yang semula kusam berubah jadi bersih cemerlang dan kelihatan seperti baru lagi - liat foto di bawah ini (tengah).
jadi selama dua bulan berikutnya, pengaturan tempat tidur si ethan adalah tetap masih sekamar dengan bapak ibunya dan tetap tidur di tempat tidurnya sendiri, tapi kali ini tempat tidurnya agak lebih luas daripada bednest-nya yang dulu. ini adalah foto berbagai macam pengaturan tempat tidur si ethan dari baru lahir sampai umur 4 bulan di bednest (foto kiri), lalu dari umur 4 sampai 6 bulan di cot kecil warna putih (foto tengah), dan 6 bulan sampai sekarang di kamarnya sendiri dengan cot besar (foto kanan).
foto ini sudah pernah dimuat di postingan ini |
***
bulan ke-6 dan seterusnya
sejak umur ethan menginjak 6 bulan, sambil deg-degan kami memutuskan untuk melakukan percobaan, dengan membiarkan ethan untuk pertama kali tidur di kamarnya sendiri yang sudah kami siapin sejak ia masih di dalam perut. karena kebiasaan masyarakat inggris selalu menidurkan bayinya sejak lahir di kamar terpisah, maka kami waktu itu ikut-ikutan juga menyiapkan kamar ethan buat tempat tidurnya kalau ia lahir nanti, pikirnya sih gitu.
eh begitu pulang dari rumah sakit, ternyata sebagai emak-emak indonesia, aku ga tega euy ninggalin bayi baru lahir tidur sendirian di kamar sebelah. emak macam apa aku inih!
untunglah sebelum ethan lahir, aku sudah siapkan rencana a, b, dan c dari hasil baca-baca di internet. dan kami juga sudah nyiapin bednest (nyewa) sejak ia belum lahir. jadi pas pulang dari rumah sakit, tinggal mana pengaturan tidur yang paling pas bagi kami sekeluarga, semua sudah siap tersedia.
meski akhirnya kami memutuskan untuk menempatkan tempat tidur ethan di sebelah tempat tidur kami selama 6 bulan pertama, namun kami juga sudah setuju dan berkomitmen untuk melatih ethan tidur sendiri dan mandiri, sedini mungkin. karena umur 6 bulan menurut kami sudah waktunya buat ethan untuk pindah kamar, maka kamipun sepakat untuk mencoba. sekali lagi, masing-masing keluarga pastinya punya pandangan beda-beda soal ini.
menurutku sih, ga papa juga melatih anak mandiri secepatnya kalau dirasa ia sudah siap.
***
kenapa pas umur 6 bulan? kenapa ga lebih awal pas 4 bulan misalnya, atau nanti-nanti saja kalau sudah 1 tahun misalnya?
kalau pendapatku sih gini. boleh setuju boleh ga yah, silahkan sesuaikan dengan kondisi rumah tangga dan kondisi pertumbuhan bayi masing-masing. sejak lahir sampai umur 6 bulan, idealnya asupan utama bayi adalah air susu ibu. udah itu doank, ga pake tambahan ini itu, misalnya susu formula atau makanan penunjang kalau bisa dan kalau memungkinkan. karena aku menganut rekomendasi dari badan kesehatan dunia ini, maka itulah yang aku lakukan.
atas: cot lama, di kamar mummy-daddy, bawah: cot baru di kamar sendiri |
dengan pengaturan tidur bareng satu kamar meski di tempat tidur terpisah, sangat membantu peran ibu menyusui untuk tetap memberikan yang terbaik untuk bayinya selama 6 bulan pertama, sementara keduanya tetap mendapatkan cukup ruang dan waktu untuk beristirahat.
setelah umur 6 bulan di mana bayi idealnya sudah mulai diperkenalkan dengan makanan penunjang asi atau lebih dikenal dengan istilah mpasi (pernah aku posting terpisah di sini), maka (lagi-lagi menurut pendapatku pribadi) bayi sudah lebih siap untuk mandiri, baik dari segi asupan (dengan mengurangi ketergantungan pada air susu ibunya), juga dari segi ruang gerak dan kenyamanan (dengan mempunyai tempat tidur sendiri terpisah dari orang tuanya).
gitu lho ibu-ibu....:-)
lebih dari itu, kalau anak sudah dilatih mandiri lebih awal, maka lebih besar kemungkinannya untuk berhasil sih menurutku, dibandingkan kalau dilatihnya nanti kalau sudah agak besar, biasanya justru lebih sulit.
ada teman pernah posting artikel menarik di fesbuk mengenai anak yang masih tidur dengan orang tuanya meski usianya sudah tidak usia bayi lagi, karena terlanjur nempel dan telat dipisah kamar. aku lupa tepatnya, tapi artikel itu (hasil studi resmi seingatku) menyebutkan kalau pada umur tertentu anak sudah bisa merekam dan mengingat kejadian di sekelilingnya, dan pada usia tertentu anak sudah bisa berpura-pura.
nah, kalau pas tidur bareng di satu tempat tidur lalu orang tuanya melakukan aktivitas yang hanya boleh didengar dan dilakukan oleh orang dewasa (tahu kan aktivitas apa, hihi), maka meski sepertinya si anak tidur nyenyak, tapi bisa jadi ia tidak tidur atau cuma pura-pura tidur. ini yang dikhawatirkan akan mempengaruhi pertumbuhan emosional dan karakter si anak nantinya, kira-kira begitu kata penulis artikel tersebut.
nah lo!
***
maka sejak ethan umur 6 bulan dan sudah mulai mpasi, aku mulai memberanikan diri untuk berpisah dengan ethan alias ga sekamar lagi kalau tidur malam. untungnya, sejak percobaan pertama dimulai, tidak ada masalah yang berarti. kekhawatiran-kekhawatiran yang sempat menghantui kami, sirna seketika #halah.
kami tinggal memantaunya lewat baby monitor, yaitu sepasang alat berupa satu pemancar (yang diletakkan dekat tempat tidur bayi, berisi microphone), dan satu penerima (berisi speaker) untuk mengawasi bayi tidur dengan memantau suaranya. jadi kalau ia gerak, nangis atau rewel akan terdengar dari speaker yang bisa dibawa kemana-mana di sekitar rumah.
sejak hari pertama percobaan itu, ethan asyik-asyik aja tuh tidur di kamar sendirian. ga pake rewel, ga pake nangis kalau udah tidur dan kutinggal keluar kamar. jadi masa transisi yang seringnya oleh para orang tua dikeluhkan sebagai masa-masa sulit yang penuh air mata dan stres berat, syukurlah kami sama sekali ga ngalamin itu. kata temen-temenku, ih enak banget, ethan udah mandiri.
apa resepnya?
***
ga pake resep apa-apa sih. tapi menurutku masa transisi si ethan dari tidur sekamar dengan kami ke tidur di kamar sendiri bisa berjalan mulus karena:
1) ethan sudah terbiasa tidur tanpa dikelonin. aku memang ga ngebiasain ngelonin dia sejak bayi dulu. pertama karena dari bayi dia punya box tidur sendiri, kedua karena aku biasain setelah dia kenyang nyusu, langsung aku taruh di tempat tidur, dan ga aku biasain digendong, diayun, atau ditimang-timang dulu.
2) ethan dari awal aku biasain bisa tidur di mana aja. artinya, aku ga mau dia punya ketergantungan ke satu tempat. ini bisa dilatih ketika bayi tidur siang. aku selalu naruh dia tidur di tempat yang beda-beda, ga harus selalu di satu tempat saja. kadang di bednest, kadang di cot, kadang di sofa, bahkan kadang di lantai karpet! dengan begini, dia bisa nyenyak di mana saja. jadi ketika dia dipindah-pindah dari tidur di bednest ke cot kecil, ga ngaruh. dan ketika akhirnya harus dipindah dari cot kecil ke kamar sendiri juga ga ngaruh. tetep langsung ngorok dengan sukses, hehe.
kamar tidur ethan |
meski kadang-kadang kalau pas dia ga enak badan atau pas lagi sakit, ethan balik lagi tidur sekasur denganku supaya aku mudah mengawasi kondisinya di malam hari (bapaknya terpaksa ngungsi ke kamar sebelah), sampai sekarang udah umur 15 bulan ethan sudah betah dan merasa punya kamar sendiri, dan tentunya akan merasa punya privasi kalau ia sudah agak besar nanti.
sekarang dia juga tahu dan ngerti kalau kamarnya adalah teritorinya, dan bisa ngebedain ini kamar siapa, itu kamar siapa. kalau aku bilang, ayuk sini ke kamar mami, dia langsung datang ke kamarku, hehe.
pada akhirnya, keputusan untuk memisah anak untuk tidur di kamar sendiri adalah keputusan bersama suami istri. tentu juga dengan mengingat dan mempertimbangkan kondisi rumah juga. kalau rumahnya kamarnya cuma satu, ya tulisan ini jadi ga relevan dan ga penting lagi. tapi kalau memang bisa menyediakan kamar terpisah untuk anak kita, kenapa ga kita latih mereka untuk mandiri sedini mungkin.
menurutku dengan tidur terpisah, bukan berarti akan mengurangi intensitas kedekatan emosional kita dengan si anak, dan bukan pula berarti akan mengurangi rasa sayang dan cinta ke anak kita.
setuju kan ibu-ibu? :-)
Mbak Naaaayyy... Tulisannya ini berguna banget! Nanti kalau aku sudah menikah dan punya anak, langsung aku praktekkin deh. *meski gak tahu juga kapan nikahnya sih* :))
ReplyDeleteHaha jadi kapan? *lalu ditoyor kimi pake iphone 5s* lol
Delete