Friday, 5 September 2014

jogja (ga) sucks

gara-gara kasusnya florence sihombing beberapa waktu yang lalu itu, jadi pengin ikut-ikutan sumbang suara. moga-moga belum basi. tulisan ini bukan ngebahas si flo-nya sih, tapi ngebahas jogja-nya aja.

karena di satu masa dulu, aku juga pernah beranggapan kalau jogja sucks! gini ceritanya...

aku pernah tinggal di jogja selama empat tahun, dari 1993 sampai 1997. sebelum itu, aku sama sekali belum pernah menginjakkan kaki ke kota itu. tahunya jogja ya cuma dari lagunya mas katon bagaskara saja, album kedua yang keluar tahun 1990. kebetulan waktu itu pas masih sma, aku punya kasetnya. eh punya apa minjem temen ya, lupa, hehe.

karena lagu yogyakarta waktu itu memang sangat populer dan terkenal, kayaknya hampir semua orang tahu dan sampe apal liriknya deh. maka ketika lulus sma tahun 1993 (sttt, aku emang dah tua!), dan tiba-tiba mendapatkan kesempatan langka untuk kuliah gratis selama 4 tahun di jogja, akupun girang bukan kepalang. cerita kuliah gratis ada di sini dan di sini.

tanpa berbekal pengetahuan apapun tentang kota jogja, akupun berangkat mengejar impianku untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi demi masa depan tentunya.

sampai jogja, kesan pertama yang kurasakan ketika itu adalah kotanya ramah, orang-orangnya ramah, kalem, murah senyum. mungkin karena bapakku asli solo dan aku sudah terbiasa dengan karakter solo-nya bapak yang sangat kidul-njawani (ala jawa bagian selatan), termasuk beberapa kosa kata daerah selatan yang biasa bapak pakai kadang membuat beberapa orang di daerah utara di mana kami tinggal sering mengernyitkan dahi karena kurang umum terdengar, membuatku ga gitu kaget lagi ketika sampai di jogja.

tinggal di sana dan bersekolah selama empat tahun lamanya, aku sempat menjelajah ke tempat-tempat yang biasa para mahasiswa kunjungi, seperti pantai parangtritis di laut selatan dan kaliurang di kaki gunung merapi. memang standar sih, namanya juga mahasiswa duitnya selalu cekak, maka tempat hiburan untuk berwisata yang sering didatangi ya yang standar saja. o ya, tak lupa alun-alun jogja dan juga jalan malioboro yang terkenal itu juga selalu menjadi tujuan andalan untuk jalan-jalan pas akhir pekan kalau pikiran sedang suntuk karena banyak pe-er.

eh bukannya ngerjain pe-er kenapa malah jalan-jalan sih. kadang juga malah nonton bioskop di perempatan gejayan dink bukannya belajar...hihi.

yang paling berkesan tinggal di jogja selama empat tahun adalah karena di sana bertebaran penjual makanan favoritku sepanjang masa, apalagi kalo bukan gudeg jogja!

tiap pagi hari sebelum ke kampus, pasti disempetin mampir ke penjual gudeg yang biasa cuma jualan tiap pagi doank. beberapa ga ada warungnya, ibu-ibu penjual gudeg ini banyak yang jualan gudegnya di rumah lho. bahkan beberapa ada yang jualannya di dapur! jadi kita masuk aja gitu ke dapurnya lewat pintu samping atau pintu belakang, trus si ibu duduk di dipan bambu (mirip tempat tidur tapi ga ada kasurnya), dan ia jualan gudegnya ya di situ aja. 

semeter dari situ, dapur panas berbahan bakar kayu masih terus mengepul dan berasap, entah di atasnya ada kuali penuh gudeg, entah ada ayam areh, entah ada panci penuh berisi krecek pedes... *doh ampe pengin ngiler ngetiknya*

trus gudegnya dibungkus deh pake daun pisang. nyomotin gudeg ama ayamnya pake tangan. kadang si ibu nambah jualan krupuk juga buat cemilan. selama empat tahun di jogja, aku yang terkenal jarang banget sarapan, jadi rajin sarapan gara-gara para ibu penjual gudeg ini cuma jualannya pagi doank. dan setelah pindah dari jogja, kebiasaanku jarang sarapan balik lagi deh karena di tempat lain ga ada yang jualan gudeg pagi-pagi :-D

saking senengnya gudeg, meski sering juga masak sendiri,
begitu ada tamu mau datang dari jogja dan nanya
"mau dioleh-olehi apa mbak dari jogja?", tentu saja gudeg dan bakpia.
begitu tamunya sampai inggris, taraaaa... muncullah ini,
gudeg kaleng dan bakpia hasil palakan preman, hahaha...
jangan kapok dipalaki yo mas luky! :-p

kesan lain tentang jogja adalah banyaknya pelajar dan mahasiswa berseliweran. 

namanya juga kota pelajar ya. demikian banyaknya institusi pendidikan yang berlokasi di sana, menyebabkan kota ini menjadi tujuan utama para pelajar dan mahasiswa yang ingin melanjutkan sekolah. sampai dulu aku pernah itung di jalan babarsari saja di mana kampusku berada, ada tujuh pendidikan tinggi dan universitas bercokol di sana. bayangkan ada berapa mahasiswanya! mereka datang dari berbagai penjuru kota di jawa, bahkan tak sedikit yang dari luar jawa. bahkan sampe ada warung batak lho, yang khusus menyediakan masakan batak karena begitu banyaknya mahasiswa batak yang kuliah di sana.

karena mereka perlu tempat tinggal selama sekolah atau kuliah di jogja, satu lagi yang menjadi pemandangan khas kota ini adalah begitu banyaknya kos-kosan mahasiswa di hampir setiap kampung!

tentu kehadiran mereka yang datang dari luar jogja ke kota ini, sedikit banyak turut berkontribusi ke roda perekonomian masyarakat lokal yah. ibu-ibu jadi punya penghasilan dengan jualan gudeg tiap pagi karena banyaknya mahasiswa yang butuh sarapan sebelum ngampus, kalo malam giliran pedagang sego kucing atau angkringan khas jogja yang mengais rejeki sampai pagi menjelang. lalu para pemilik tanah dan bangunan punya penghasilan tambahan dari bisnis kos-kosan, para pemilik tempat hiburan seperti bioskop juga kebanjiran penonton, dan alat angkutan umum juga lebih sibuk bergeliat ketika para mahasiswa masuk semesteran.

bandingkan ketika musim liburan. tiba-tiba jogja jadi sepi. penjual gudeg ga gitu laku, warung pojok sepi, penjual lotek sepi, angkringan sepi, bioskop sepi, bis aspada sepi, warung indomie sepi, dan kos-kosan sepi. semua pada pulang kampung. sampai semester berikutnya mulai lagi, maka denyut nadi kota jogja akan berdetak seirama kegiatan para pelajar dan mahasiswa lagi. demikian seterusnya.

lalu, kenapa jogja kubilang sucks?!

seperti kubilang di awal tadi, aku ga akan bahas kasusnya si flo di sini. biarkanlah penegak hukum dan masyarakat jogja yang menyelesaikan kasus ini. dalam kasusku, meski dengan begitu banyak kenikmatan dan keindahan yang jogja tawarkan, begitu banyak kenangan manis yang terukir di sana, bagiku jogja juga mengingatkanku akan sebuah torehan luka pemirsa #eaaa #curhat

di sana selama empat tahun pula aku dulu pacaran dengan pacar pertamaku yang juga satu kampus, merenda janji setia dan impian masa muda. begitu banyak cerita kami ukir di jogja. pahit, manis, kami jalani berdua. banyak kenangan bahagia tentunya, pernah foya-foya, sering kehabisan uang. pernah sedih, sering berantem, jotakan, akur lagi, bahagia lagi. kota jogja jadi saksi. suit-suitttt....

tapi ujungnya, kisah cinta kami tidak berakhir bahagia seperti yang dulu kami impikan berdua di jogja. waktu itu sih mikirnya, sucks!

ikatan janji setia kami terlukai oleh sebuah pengkhianatan dari pihak mantan #uhuk. rajutan janji-janji manis hancur berkeping-keping, meski saat prahara itu terjadi kami sudah tak lagi tinggal di jogja sih. tapi karena pacarannya lama di jogja, sekarang tiap kali nyebut kota jogja jadi males aja ngebahasnya hehe. tambah lebaynya lagi, cuma gara-gara kisah putus cinta jaman baheula, sejak itu tiap kali denger kata 'jogja', jadi identik dengan masa lalu yang sucks buatku pribadi.

tapi bukan kotanya yang sucks yah, jogja tetaplah jogja. kalau mau jujur yang sucks sebenernya sih si mantan! haha

maka ketika akhirnya aku kembali ke sana tahun 2009 silam, aku mencoba untuk berkompromi. mencoba memaafkan yang terjadi. mencoba menyayangi jogja seperti dulu lagi. karena jogja masih juga sama. kota yang tetap kaya karakter dan budaya. orangnya pun tetap ramah-ramah. penjual gudeg tetap ada di mana-mana setiap pagi. para mahasiswa dan pelajar tetap memenuhi seluruh penjuru kota setiap hari. 

hanya karena impian-impian masa mudaku yang pernah kurajut tak pernah jadi kenyataan, hanya karena setiap kembali ke jogja dan kembali ke tempat-tempat yang penuh kenangan indah kini hanya mengingatkanku akan sebuah luka lama, hanya karena betapapun indahnya jogja ternyata tak mampu menjadikan setiap impian indah selalu menjadi nyata, sepertinya tidak adil kalau hal-hal itu aku jadikan alasan untuk malas mengunjungi jogja.

ah, jadi kangen sekarang pengin ke sana. oke deh kalau begitu, satu hari nanti pasti aku akan kembali mengunjungimu, jogja.

tunggu aku ya, janji!


pulang ke kotamu
ada setangkup haru dalam rindu
masih seperti dulu
tiap sudut menyapaku bersahabat, penuh selaksa makna
terhanyut aku akan nostalgi
saat kita sering luangkan waktu
nikmati bersama
suasana jogja
di persimpangan langkahku terhenti
ramai kaki lima
menjajakan sajian khas berselera
orang duduk bersila
musisi jalanan mulai beraksi
seiring laraku kehilanganmu
merintih sendiri
ditelan deru kotamu ...
reff:
walau kini kau t'lah tiada tak kembali
namun kotamu hadirkan senyummu abadi
ijinkanlah aku untuk s'lalu pulang lagi
bila hati mulai sepi tanpa terobati


4 comments:

  1. aku suka jogjaa, tapi ngga terlalu suka gudeg :D

    ReplyDelete
  2. Kirain mah sucks kenapa, hahaha. Aku sudah 9 bulan nggak ke Jogja. Rekor terlama kayaknya. Paling suka wisata kuliner deh kalau di Jogja, murah soale, hehehe.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku dah 5 th ga ke jogja, sebelum itu 12 th sejak wisuda haha parah yaaaa. Paling enak emang kulineran sih apalagi gudegnya maknyus *teteuuuuup*

      Delete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...