Tuesday, 21 April 2015

bermata biru


emang bener, ibu mertuaku bermata biru. 

rambutnya? dulu pas masih muda sih pirang, tapi karena sekarang udah sepuh, dah kepala tujuh mendekati delapan, jadi udah berubah jadi grey, putih keperakan alias udah uban semua. meski demikian, sisa-sisa kecantikannya masih terpancar nyata, maklum pas mudanya pernah jadi model lho.



tapi itu cuma penampilan fisik yah. soal hatinya, jangan ditanya deh, baik banget! maklum aku menantu asia satu-satunya jadi dimanja, hehe. eh, aku udah pernah posting tema serupa deh, tapi dari sudut pandang menantu. postingannya ada di tautan ini.

suamiku memang asli inggris, lahir dan gede di manchester, jadi ngefans man utd dari bayi, hihi. ayo yang ngefans man utd juga angkat tangannnn! #salah fokus

sebelum itu, sewaktu aku masih kuliah di inggris antara tahun 2006-2007 dan sebagai mahasiswa internasional emang jarang banget bersinggungan dengan kehidupan orang inggris asli, anggapanku tentang orang inggris dan keluarga inggris itu ternyata ga bener.

dulu aku beranggapan kalo keluarga inggris itu kaku, bergaya priyayi, semua serba rapi, sangat sopan sekali, banyak aturan dari tata cara duduk di meja makan, minum teh, sampai tata cara makan, dll. kayak di film-film bangsawan eropa jaman dulu lah. 

tapi begitu aku lulus, lalu sering diundang main dan makan bareng keluarga mantan pacarku yang dulu (sebelum ketemu suami) yang juga asli manchester #uhuk, (pacarnya banyak banget, haha.... ga kok, cuma dua), aku jadi tahu lebih dekat tentang kehidupan nyata sebuah keluarga asli inggris.

***

tentu saja tiap keluarga juga beda-beda.

tapi dari yang kemudian aku pahami, baik keluarga mantan pacar yang akhirnya bubaran akhir tahun 2007, maupun keluarga suami yang dikenalin tak lama setelah kami jadian pertengahan tahun 2008 lalu, semuanya beda jauh dari yang di film-film eropa itu.

tadinya sempet keder, gelisah, dan was-was juga pas pertama-tama mau diajak mengunjungi rumah keluarga pacar, apalagi mau ketemu calon mertua perempuan!

lagian cewek mana sih yang ga deg-degan mo ketemu calon mertua? hah?! hah?! ada ga yang biasa-biasa aja? ga ada kan, hehe. dari khawatir kalo camer ga suka, atau ngerasa kalah cantik hihi, takut diinterogasi ini itu karena berani-beraninya macarin anak cowok favoritnya?! :-p

eh tapi ternyata setelah kenalan, ngobrol, dan jadi akrab, ternyata mereka juga ngakunya keder lho waktu mau dikenalin ke aku! haha... satu sama ternyata skornya.

ini sih pasti karena pacar-pacarku dulu itu kesengsemnya sama aku kelewatan #krik, jadi mereka suka ngumbar cerita-cerita yang bombastis gitu deh tentang aku ke keluarganya sebelum kami ketemu. yang ini lah itu lah, si naya itu begini lah begitu lah, semua yang baik-baik saja tentunya, dan ditambah-tambahin bumbu, jadi hiperbola deh. 

padahal mah aku ga ada apa-apanya. ketipu lah mereka haha.

***

pas kenalan pertama kali sama ibu mertuaku juga gitu. malah ada kejadian aneh!

begitu ketemu, langsung aku dipeluknya erat, trus si ibu nangis! nah, lo... apa salahku? ketemu aja baru sekali, kenapa udah bikin orang nangis? aku jadi panik dong.

ternyata abis itu si ibu bilang gini sambil malu-malu tapi senyumnya merekah, 'makasih banget karna dah mau jadian sama anakku, kirain dia ga bakalan laku!' bwahahaha.... jadi pengin ngakak kayang, eh tapi ga tega lihat si ibu matanya merah, masak aku ketawa sih. ga sopan.

jadi rupanya suamiku itu saking ga pernah bawa cewek buat dikenalin ke keluarga, saking jarang pacaran yang bagi bule mungkin agak-agak kurang lumrah lah, saking kuper dan pemalu #krik, sampe pernah dikira gay lhoh sama bapaknya sendiri haha... makanya ga heran ibunya sampe seneng banget pas dikenalin sama aku, hadeuh!

nah, dari pertemuan pertama itu, aku baru sadar betapa birunya mata si ibu!

trus aku bandingin dengan mata suami (yang waktu itu masih pacar). kok item sih? eh, ga dink, coklat tepatnya, atau di sini dibilang hazel eyes.

ibu mertua plus kakak-kakak suami dan ipar-ipar

rupanya dia dapet warna matanya dari almarhum bokapnya. yah, ga seru deh, haha. eh pas akhirnya dikenalin sama sodaranya yang lain, satu kakak cowok yang sulung, dan satu lagi kakak ceweknya yang nomor dua karena suami anak ketiga dan bungsu, eh, dua-duanya nurun si ibu lho. bermata biru dan berambut pirang semua! 

cuma suamiku rupanya yang nurun bokapnya sendiri, berambut gelap (coklat tua ke arah hitam), dan bermata coklat.

sementara warna biru bening mata si ibu mertua yang kalo diperhatiin kita serasa tenggelam ke cerahnya warna biru langit tak berawan yang menyatu dengan luasnya warna biru samudra atlantik yang membentang di cakrawala, #super lebay, sama sekali ga ada di suamiku. hiks..

kecewa?

ga juga lah, haha. cuma penampilan fisik itu mah. yang lebih penting kan sikap suami dan keluarganya terhadapku, sangat-sangat luar biasa baiknya.

***

padahal tadinya aku sempet ga yakin juga.

karena dari baca-baca novel pramoedya ananta toer yang kebanyakan berlatang belakang masa pergolakan warga pribumi sebelum kemerdekaan indonesia, dan seringnya menggambarkan bagaimana pongah dan congkaknya bangsa kulit putih terhadap bangsa kita pada masa itu, ternyata pada masa kini kekhawatiranku ga terbukti sama sekali.

meski masih banyak terminologi bahasa yang entah kenapa bangsa kulit putih itu tetap selalu diunggulkan, contohnya nih kalau bangsa kulit putih kerja di negara lain dijuluki sebagai 'expat', tapi kalo bangsa kulit lain sama-sama kerja di luar negeri disebutnya buruh migran atau hanya 'imigran' saja yang tentu saja kesannya lebih negatif meski misalnya jenis kerjaannya sama persis, pada kehidupan nyata sehari-hari ternyata kita semua sama saja kok.

anggapan-anggapan tentang bangsa berambut pirang dan bermata biru yang aku baca, serap, dan yakini dari membaca karya-karya novel lama, dari mempelajari buku-buku sejarah, dan dari cerita para orang tua jaman dulu, tidak terbukti semuanya benar.

***

ibu mertuaku, meski berambut pirang dan bermata biru, sama sekali tidak terlihat sedikitpun bersikap angkuh, congkak, atau merasa sebagai ras yang lebih tinggi daripada aku, menantunya yang asli asia ini.

meski jaman dulu sebelum raden ajeng kartini berhasil mengangkat harkat dan derajat perempuan indonesia, terutama yang asli jawa di mana pendudukan belanda pada masa itu terpusat, kaum perempuan pada masa itu masih ditindas oleh dua kaum. yaitu kaum laki-laki bangsa sendiri dan kaum penjajah bermata biru.

kartini 1879-1904

nenek-nenek buyutku yang pada masa itu masih terjajah, mungkin harus berjalan menunduk, mundur, bahkan harus menggunakan lututnya, hanya untuk memperlihatkan perbedaan status sosial dengan kaum laki-laki dan kaum penjajah.

nenek-nenek buyutku mungkin harus menelan pahitnya pil kehidupan tanpa kebebasan berpendapat dan berekspresi di bawah tekanan dan dominasi kaum laki-laki bangsa sendiri, dan di bawah dominasi peraturan kaum penjajah.

belum lagi keterbatasan hak-haknya sebagai manusia dan ketidakberdayaan untuk berjuang melepaskan diri dari belenggu tirani patriarki. sampe akhirnya kartini mendobrak budaya yang telah terlalu lama mencengkeram kebebasan kaumnya, melalui pendidikan dan tuntutan untuk menyamakan derajat dan hak-hak seperti halnya kaum laki-laki sebangsanya sendiri.

lahhh, jadi serius ngebahasnya hehe...

tapi rupanya gerakan kebangkitan wanita yang dipelopori oleh kartini ini sebenarnya juga bukan hal yang nyleneh pada masanya, lho.

karena ternyata jaman dulu itu di mana-mana kaum perempuan memang berada di bawah dominasi kaum laki-laki. ga di indonesia, ga di eropa, ga di kawasan asia lainnya, bahkan sampai sekarang di timur tengah pun keterbatasan kebebasan kaum perempuannya masih sering disoroti, karena ya emang mereka belum merdeka seperti kita.

di dekade yang sama ketika kartini berjuang demi kesetaraan hak-hak kaum perempuan indonesia, seorang wanita inggris bernama emmeline pankhurst (kartini-nya bangsa inggris) juga berjuang atas nama para perempuan inggris agar memperoleh hak yang sama dengan kaum laki-laki untuk mempunyai hak memilih dalam pemilihan umum. sebelum itu, hak-hak kesetaraan kaum perempuan di inggris sini juga ternyata belum diakui.

emmeline pankhurts 1858-1928

lhahhh, kirain perempuan indonesia doank yang waktu itu tertindas, ternyata di mana-mana sama hehe. jadi pergerakan kebangkitan kaum perempuan ini bisa dibilang global lah ya. ga di indonesia ga di eropa, hampir terjadi dalam waktu yang bersamaan.

tapi itu hampir seratus tahun yang lalu, dah lewat!

***

kini, jaman sudah jauh berubah.

jaman kartini indonesia dan kartini inggris yang berjuang untuk kemajuan kaumnya sudah lama berlalu. semua cita-cita yang kartini dulu perjuangkan, bisa dibilang hampir semua sudah terwujud.

wanita-wanita di dunia pada umumnya dan di indonesia pada khususnya kini sudah berpendidikan, sudah mempunyai hak-hak dan derajat kebebasan yang kurang lebih sama dengan kaum laki-laki, bahkan sudah banyak kaum wanita yang berprestasi dan berhasil mencapai kesuksesan seperti halnya laki-laki di hampir semua bidang kehidupan.

coba dulu di indonesia ga ada kartini.

mana bisa ada blogger perempuan yang rajin berekspresi dan nulis postingan di internet untuk dibaca khalayak umum kayak aku ini #jiahhh. mana ada kumpulan emak-emak blogger, ya ga? hehe. 

kalo dulu ga ada kartini, perempuan indonesia mungkin masih ga boleh pergi sekolah, masih dijodohin dan disuruh kawin paksa, masih disetir kebebasannya oleh kaum laki-laki, masih harus nyembah dan nurut terlepas dari perintah yang harus dilakukan itu benar atau salah, dan masih bodoh terbelakang tak berilmu pengetahuan.

eh, tapi meski misalnya waktu itu ga ada kartini, cepat atau lambat pasti akan ada kartini-kartini yang lain sih. dewi sartika contohnya, yang akan memulai pergerakan kebebasan dan emansipasi wanita ini. karena pada hakekatnya kan tuntutan kebebasan sebagai individu yang terlahir setara entah laki-laki atau perempuan itu pada dasarnya ada di tiap lubuk hati sanubari semua manusia #tsahhh bahasanya

lagian manusia mana sih yang mau ditindas? emang enak terlahir ke dunia tapi ga bebas? hehe.

***

meski sayangnya di negara-negara lain budaya patriarki ini masih cukup kuat mencengkeram para wanitanya. seperti baru-baru ini di pakistan di mana seorang bocah perempuan usia sekolah yang berusaha berjuang melawan tirani kelompok penindas yang meyakini kalau perempuan itu tidak berhak atas pendidikan, berusaha dilenyapkan dan dibunuh karena pengaruhnya dianggap berbahaya bagi pergerakan penyetaraan hak-hak kaum wanita di wilayah tersebut. 

siapa lagi yang kumaksud kalau bukan si malala.

malala

meski usianya masih jauh lebih muda daripada kartini, tapi semangatnya ga jauh beda. malala saat ini adalah kartini bagi perempuan di pakistan sana. ga ngerti juga kenapa kelompok yang #uhuk ini masih saja memaksakan kehendak dan tindakan biadab mereka terutama terhadap kemajuan kaum perempuan di negerinya sendiri. apa mereka lupa kalau mereka pernah punya seorang perdana menteri wanita ya?

kalau sebuah bangsa belum bisa menghargai dan menjunjung tinggi harkat dan martabat kaum perempuannya, para ibu yang melahirkan semua bangsa dan para ibu yang mendidik dan mengasuh para calon pemimpin negeri dan dunia, maka terkutuklah bangsa itu. ini menurutku sih.

dan kalo pandangan tentang perempuan yang harus tunduk terhadap laki-laki ini diyakini adalah bagian dari ajaran agama yang kelompok #uhuk ini yakini benar, apa mereka lupa kalo dulu nabi mereka pernah menikah dan hidup berbahagia dengan seorang saudagar kaya raya dan pengusaha sukses, seorang wanita karir pada masanya? entahlah.

mudah-mudahan mereka cuma amnesia...

***

eh, apa hubungannya sih sama ibu mertua, kok jadi ngelantur kemana-mana postingannya hehe. kan sekalian memperingati hari kartini nih pemirsa, jadi postingannya campur aduk temanya, boleh donk ah. 

kembali lagi ke beliau yah. setelah lebih kenal dan lebih akrab dengan si ibu mertua atau mamanya suamiku ini, aku semakin kagum pada keteguhan dan kegigihannya dalam berjuang untuk tetap hidup. bagaimana tidak, si ibu ternyata sudah di kursi roda sejak suamiku kuliah, itu sekitaran 20-25 tahun yang lalu lho.

yup, ibu mertua memang sudah lama menyandang sakit karena stroke. berbagai pengobatan tentunya sudah dijalani. dan karena urusan kesehatan di inggris sini semua ditanggung negara jadi tanpa keluar biaya sepeserpun, tentunya penanganannya juga sudah yang terbaik.

dua kartini idola, ibuku dan ibu mertuaku

bapakku almarhum sendiri meninggalnya juga karena penyakit yang sama.

dulu bapak sejak kena serangan yang pertama, bisa bertahan sampai kurang lebih tujuh tahun, melewati tanjakan dan turunan dengan kondisi kesehatannya. jarang deh aku dengar seseorang di indonesia yang bisa bertahan lama setelah kena stroke. apalagi dengan gaya hidup dan gaya makan yang 'ngawur' itu. ga sehat ga papa yang penting enak, embat aja terus, hehe.

kata dokter, bapakku dulu termasuk kampiun (champion) karena bisa bertahan tahunan. mungkin ini juga berkat ibuku sih yang hebat dan berhasil ngerawat bapak dengan sakitnya itu, sambil masih nyari nafkah juga.

sementara rata-rata tetanggaku yang usianya jauh lebih muda dari bapak, bahkan ada yang mantan muridnya juga, sekali kena stroke, dua atau tiga bulan kemudian meninggal, hiks.

nah ini, si ibu mertua udah menderita stroke selama hampir 25 tahun lho, dan masih seger aja meski harus bergantung pada kursi roda untuk mobilitas sehari-hari. gimana ga bikin takjub.

walaupun obat-obatan yang harus diminum tiap hari kadang bikin aku geleng-geleng kepala saking banyaknya, dan meski kadang-kadang serangan stroke ringan masih datang dan pergi semaunya, tapi semangat hidupnya boleh lah diacungi jempol.

***

namun karena kondisi ini pula, sebagai menantunya aku jadi ga pernah ngerasain nikmatnya punya mertua, pemirsa.

contohnya nih, aku ga pernah nikmatin masakan mertua, ga pernah ngerasain maen ke rumah mertua, ga pernah ngerasain diomelin mertua, apalagi yang sampe berantem beneran lalu diem-dieman kayak mantu-mantu yang lain entu hehe #dikeplak

karena si ibu mertuaku emang udah tinggal di panti perawatan sejak aku kenalan pertama kali.

setahun sebelum aku ketemu suami, bapaknya udah meninggal duluan. jadi kalo dulu bokap suami yang ngerawat si ibu mertua di rumah mereka, sejak bokapnya ga ada, terpaksa rumah ortu suami dijual dan si ibu pindah ke panti supaya aman di bawah pengawasan perawat selama 24 jam dalam sehari.

bapak ibu mertua pas nikah (kiri), bapak ibuku pas muda (kanan)
siapa sangka anak-anak mereka akhirnya berjodoh

tentu saja ga mudah bagi si ibu untuk melewati hari-harinya dengan penyakit yang telah melumpuhkan badan sebelah kanannya itu. tentu ga mudah juga melewati hari-hari masa tuanya setelah ditinggal suami tercinta. tentu ga mudah bagi si ibu karena ga bisa mengunjungi rumah anak-anaknya sendiri untuk bermain dengan cucu-cucunya atau momong buyut-buyutnya karena keterbatasan fisik dan sakit yang diderita cukup lama itu.

kalo aku di posisinya mungkin udah depresi parah deh, hiks.

tapi meski kebebasannya terenggut oleh penyakit, setiap kali ketemu si ibu selalu tampak tegar, tersenyum riang kalo ketemu ethan, dan selalu ketawa geli kalo kami cerita yang lucu-lucu tentang apa saja. meski aku tahu pasti bahwa selalu akan ada beban di pundaknya, tapi si ibu mertua selalu berusaha menyembunyikannya dengan baik di depanku, menantu asianya ini.

tak pernah sekalipun kudengar beliau mengeluh, marah, mengumpat, emosi, atau sedih dengan kondisinya. tak pernah sekalipun beliau memperlakukanku dengan kurang baik atau kurang sopan. sikapnya padaku sangat santun dan penuh kasih sayang selayaknya aku ini anaknya sendiri. alih-alih adu pendapat atau bertengkar, sepatah kata bernada negatif pun tak pernah terdengar.

di situ aku selalu ngerasa kalo seorang ibu di depanku ini bukan lagi seorang perempuan eropa bermata biru, berambut pirang, yang dulu kuyakini angkuh dan congkak karena ras dan warna kulitnya yang berbeda denganku, tapi lebih sebagai seorang perempuan biasa, sama-sama seorang manusia yang terlahir sederajat, dan sama-sama seorang ibu.

ga kurang, ga lebih!

***selamat memperingati hari kartini ***


2 comments:

  1. wah mata biru dan blasteran mak
    @guru5seni8
    http://hatidanpikiranjernih.blogspot.com

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...