kehidupan setelah nikah itu memang sesuatu ya, apalagi setelah ada anak.
dulu sewaktu masih berdua, semuanya serasa indah. pernah kutulis masa-masa berdua itu di tulisan ini. meskipun setelah masa-masa berdua itu selesai dengan kehadiran buah hati, semuanya pastinya ngga akan sama seperti dulu lagi. kehidupan setelah punya anak memang mengharuskan pasangan mau ngga mau untuk berjibaku dengan kesibukan baru, membesarkan dan mengasuh buah hati mereka. ada keluarga yang beruntung karena mereka diberkati dengan dukungan dari keluarga dekat, sanak saudara atau kerabat yang tinggal atau berdomisili di dekat mereka, tapi ada juga sebagian yang kurang beruntung.
hidup di inggris, dan nikah dengan orang asli inggris, ngga serta merta kami juga diuntungkan dengan banyaknya kerabat dan saudara suami yang siap sedia membantu kami ketika kami mempunyai anak. justru sebaliknya, sejak punya si ethan, dari hamil selama 9 bulan sampai melahirkan dan udah gede aja sekarang umurnya mau 12 tahun, blas sama sekali kami ngga ada yang ngebantuin. semuanya kami kerjain sendiri, tanpa asisten, tanpa nanny, tanpa bantuan siapapun. dan kami berdua masih kerja full-time! hebat kan?! puji aja sendiri daripada kelamaan nungguin dipuji orang lain π
kalau temen-temen diaspora lainnya ketika melahirkan dan punya bayi, kadang ada saja keluarganya yang terbang dari indonesia, trus ditungguin sampe beberapa bulan, aku waktu itu blas ngga ada yang nyamperin. mahal woi, ke inggris! π
sementara pihak keluarga suami, meski secara perlakuan semuanya baik banget, ramah dan menghormatiku sebagai bagian dari keluarga mereka meski aku masuk kategori imigran, tapi secara lokasi dan domisili memang engga ada yang cukup dekat dari tempat kami tinggal. udah gitu, jarak usia juga mempengaruhi, di mana ponakan-ponakan suamiku justru malah ngga jauh lebih muda dari umurku bahkan sudah berkeluarga juga. ditambah lagi, di inggris sini engga kayak di indonesia yang orang bisa nongol dan dolan ke rumah orang lain kapan saja mereka mau. di sini semuanya kudu direncanakan jauh-jauh hari dulu dan pake janjian. nah ini yang kadang sulit mengklopkan jadwal.
dengan kondisi dan situasi yang seperti ini, dan karena secara mental akupun sudah sangat siap untuk nikah di negara orang, akupun siap banget untuk punya anak dan membesarkan anakku sendiri, berdua suami doank, tanpa bantuan siapapun.
waktu itu aku mikirnya, apa susahnya sih nggedein bayi? paling kan butuhnya cuma tidur, minum susu, dan ganti popok doank ya kan. dan ternyata memang bener, bayinya si ethan itu anteng banget, ngga rewel, ngga nangis, tau-tau dia udah umur setahun aja, kayak sim salabim π
nah, pas udah setahun dan masa cuti melahirkanku udah kelar, di inggris sini kami dimanjakan fasilitas nursery atau tempat penitipan anak yang berkualitas dan terpercaya. aku udah pernah cerita suka duka nitipin anak di tulisan ini.
jadi meski kami ngga punya sodara atau siapapun yang bisa dititipin, tapi fasilitas penitipan anak inilah yang menyelamatkan karirku di inggris sini. kalau ngga gitu, ngga mungkin aku akan bisa nyampe kerja di posisi manajerial seperti sekarang. yah, namanya hidup, pasti kudu ada yang dikorbankan. demi menjaga kestabilan karir dan pelan-pelan merayap menuju ke posisi yang lebih enak secara jabatan dan gaji, aku memang ngga bisa ngasuh anakku full-time sendiri, jadi kudu dititipin.
dan ternyata di inggris sini, ada juga ibu yang engga kerja dan engga berkarir, kadang mereka juga perlu lho, nitipin anaknya kalau mereka lagi ada keperluan yang ngga bisa bawa anak. jadi ngga melulu kudu yang ortunya berkarir doank yang memanfaatkan jasa penitipan anak. karena memang di tempat penitipan ini, kualitas penanganan dan pertumbuhan si anak terjamin.
tapi masalahnya, begitu aku selesai kerja, aku kudu jemput anakku dan kubawa pulang. jadi praktis kalau ngga kerja, kami selalu bertiga. kalau anakku di penitipan anak, kami berdua pasti kerja.
sejak punya anak, aku dan suamiku hampir sama sekali ngga pernah punya kesempatan berdua lagi. di awal-awal dan sewaktu si ethan masih balita, hal ini engga begitu masalah karena kami cukup sibuk dan terdistraksi oleh tumbuh kembang dia pas masih balita. tapi pas si ethan udah agak besar dan lebih mandiri, dan kami sering ngobrol pas ketemu emak-emak dan ortu murid lainnya setelah ethan masuk sd, makin jelas kalau aku dan suamiku itu kurang banget ngabisin waktu cuma berdua doank, alias udah ngga pernah kencan lagi!
apakah ini masalah besar?
tergantung sudut pandang yang ngeliatnya sih. menurut kami berdua sih ngga masalah banget-banget. sejak punya anak, meski jarang berdua, tapi kami sangat menikmati masa-masa bertiga melihat perkembangan si ethan sejak lahir sampe lewat masa dia balita lalu ke usia sekolah.
kedekatan kami bertiga sangat lengket kayak perangko. kami seperti sebuah team yang solid dan saling mendukung satu sama lain. kami paham sekali kebiasaan masing-masing dan sangat mengerti apa-apa yang masing-masing sukai atau hindari. dan sejak punya anak, aku justru lebih mengenal suamiku dengan lebih baik lagi dibandingkan masa kami pacaran atau setelah nikah dan masih berdua saja.
kalau orang-orang inggris di sini begitu punya anak, mereka selalu punya sodara yang bisa dititipin anak-anak mereka, dari kakek nenek, om tante, bude pakde, ponakan, tetangga dan lain-lain, kami ngga punya semua itu. tetangga pastinya ada tapi di sini kecuali udah akrab banget ngga ada yang sampe nitipin anak π
jadi memang engga ada siapapun yang bisa dititipin sebentar supaya emak-bapaknya bisa kencan seperti orang-orang sini lakukan kalau malam minggu misalnya. biasa orang sini suami istri pacaran atau kencan ke bioskop berdua, atau sekedar makan malam ke restoran, sementara anaknya biasanya dititip ke kakek neneknya atau sodara. ada juga sih yang namanya babysitter atau kids sitter, tapi kami ngga pernah mau. ngga ada alasan khusus, cuma ngerasa ngga sreg aja.
nah, pas ethan sudah mulai agak gede tuh, mulai kelas 3 sd-an lah, aku dan suamiku kok baru ngeh dan mulai mikir, kok kita sekarang ngga pernah kencan ya?!
kemana-manaaaaaa selalu bertiga π
akhirnya kami ada ide. gimana kalau kita berdua ambil cuti bareng pas hari sekolah. jadi kami bisa kencan berdua tanpa kehadiran anak, meski jadinya kencan siang hari. akhirnya sejak ethan kelas 3 sd itu tiap ulang tahun perkawinan, kami sempatkan untuk sama-sama cuti kerja bareng dan makan siang berdua ke restoran.
karena makin tua, kami makin sadar, kalau kebersamaan kami meski tetap baik-baik saja, tetep perlu diberikan pupuk dan disirami terus supaya engga mengering dan layu. kami sadar meski semuanya baik-baik saja, tetep menjadi hal yang penting dan harus diprioritaskan minimal setahun sekali pas ultah pernikahan misalnya, atau pas hari palentin, untuk memberikan perhatian khusus dan spesial ke pasangan. kalau ngga kita sendiri yang memelihara pasangan kita, siapa lagi ya kan?
meski ada satu kejadian lucu waktu itu. kami berdua udah cuti dan udah pesan meja di resto untuk makan siang berdua. ethan waktu itu di sekolah. eh lagi asik-asiknya pacaran, suami dapet telpon dari sekolah kalau ethan badannya panas dan demam. jadi kudu dijemput pulang.
yahhhh, baru juga mulai ditinggal pacaran, udah gagal disabotase anaknya, haha. π
terpaksa kami buru-buru kabur, makanan kami tinggal separo belum abis tapi udah kudu bayar. tapi itu kejadian cuma sekali doank sih. selebihnya tiap setahun sekali minimal, atau kalau bisa lebih sering, pasti kami sempatkan cuti berdua dan menikmati waktu yang kami habiskan tanpa kehadiran anak. kalau bagi pasangan lain, hal ini mungkin sudah biasa bagi mereka dan bukan sesuatu yang istimewa, tapi bagi kami yang ngga punya siapa-siapa dan membesarkan anak sendirian tanpa bantuan sanak saudara, menyisihkan waktu untuk berdua tanpa anak adalah hal yang luar biasa.
selain mencintai anak, kami sadar kalau kami juga harus memelihara keutuhan kerekatan cinta kami berdua supaya bisa menjadi orang tua yang terbaik untuk anak.
kalau kalian gimana?

No comments:
Post a Comment