Postingan kali ini mungkin agak sedikit berbeda.
Bagi pembaca yang sudah lama mengenal blog ini, pasti sudah tidak asing lagi dengan gaya penulisan ala otakkukusut, di mana aku selalu menulis dengan gaya bahasa dan cara penulisan 'suka-suka' seperti sudah pernah aku bahas di postingan ini.
Memang seluruh tulisan di blog ini tidak pernah menggunakan huruf kapital di depan kalimat sebagaimana aturan penulisan sesuai tata bahasa Indonesia yang benar, tidak peduli dengan pemilihan kata, menyampuradukkan kata baku dengan kata slang, dan lain-lain. Tapi khusus untuk tulisan yang satu ini, akan aku sajikan berbeda karena tulisan ini aku dedikasikan khusus untuk pak JS Badudu, pakar bahasa Indonesia yang meninggal dunia kemarin, 12 Maret 2016.
Selamat jalan, pak Badudu. Selamat menuju peristirahatan terakhir bernama keabadian.
***
Tanpa bermaksud berpura-pura sebagai ahli bahasa, karena nyatanya memang bukan, postingan ini sebisa mungkin aku tulis dengan menggunakan bahasa Indonesia yang (semoga cukup) baik dan (semoga cukup) benar, sesuai kaidah Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).
Sayangnya, karena sudah terlalu lama aku terbuai oleh kebebasan bertata dan bergaya bahasa 'suka-suka' atas nama 'tren' dan kemerdekaan berekspresi, mungkin usahaku ini pun takkan bisa mencapai tingkat kesempurnaan paripurna. Kita lihat saja nanti.
Jika ada kesalahan penulisan atau pemilihan kata, mohon dimaklumi ya pemirsa, atau kalau bersedia silahkan dikoreksi.
Mengapa tiba-tiba aku berkeinginan untuk membuat postingan ini, dan mengapa tiba-tiba aku ingin menulis mengenai pak JS Badudu?
Karena beberapa hari belakangan ini, atau tepatnya sudah sekitar dua mingguan ini, aku lumayan aktif memantau, bertukar pendapat, dan berkomentar dengan rekan-rekan penggiat bahasa di sebuah grup whatsapp yang diprakarsai oleh salah seorang sahabat dunia maya yang memang seorang penggiat bahasa juga.
Dulu pun, sewaktu masih bersekolah di sekolah menengah pertama, sebenarnya aku sangat senang dengan pelajaran bahasa Indonesia. Mungkin hobiku menulis juga merupakan salah satu caraku dalam mengekspresikan kecintaanku terhadap dunia linguistika ini, entahlah.
Yang pasti, belakangan ini aku merasa bangga ketika menyadari ternyata masih begitu banyak orang-orang di luar sana yang masih mencintai dunia linguistika, di tengah-tengah gempuran arus globalisasi budaya yang pelan tapi pasti menggerus pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Munculnya begitu banyak cara penulisan dan penggunaan tata bahasa yang sudah cukup jauh menyimpang dari kaidah yang seharusnya, seolah telah menjadi tren baru di kalangan anak muda masa kini.
Mau tak mau, sedikit banyak aku juga telah terpengaruh oleh fenomena ini, karena tata bahasaku ketika menulis di blog inipun bukanlah tata bahasa yang baik dan benar. Namun seiring dengan terus bergantinya budaya pop anak muda dari waktu ke waktu, yang memang selalu mengikuti arus perkembangan jaman, aku juga tak mau ketinggalan. Lebih-lebih karena pembaca blog ini juga rata-rata adalah kalangan anak muda.
Dalam menyikapi dilema seperti ini, solusi yang bisa kutawarkan cuma satu, yaitu ajakan untuk memakai bahasa Indonesia sesuai situasi dan keperluan yang tepat.
Jika bahasa Indonesia dipakai untuk keperluan resmi, surat menyurat resmi, penulisan resmi, laporan resmi, atau publikasi resmi, sewajarnya tata bahasa yang baik dan benar harus dipergunakan.
Sebaliknya, jika bahasa Indonesia dipakai untuk keperluan yang agak santai, seperti perbincangan dengan teman sebaya, teman akrab, menulis di blog pribadi (semacam otakkukusut #uhuk), atau untuk hal-hal serupa lainnya yang lebih bersifat informal, sepertinya sah-sah saja jika pemakaiannya tidak melulu mengikuti kaidah EYD atau aturan baku sesuai tata bahasa.
Bagaimana dengan pemakaian bahasa Indonesia yang sudah menyimpang jauh dari kaidah (cenderung alay), namun di kalangan anak muda telah lama menjadi tren bahkan sepertinya mereka sudah tidak tahu lagi bagaimana berbahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai keperluan yang tepat?
Ini yang harus dihindari dan diperbaiki.
***
Sebatas pengamatanku, belakangan ini kalangan generasi muda Indonesia memang cenderung terlihat lebih santai dalam menggunakan tata bahasa Indonesia yang baik dan benar. Yang mengkhawatirkan, justru jumlah mereka semakin meningkat dari waktu ke waktu.
Cara penulisan kata-kata dalam bahasa Indonesia pun telah bergeser dan mengalami perubahan yang signifikan, apalagi dengan semakin maraknya penggunaan sosial media serta teknologi aplikasi internet.
Tak jarang mereka menulis sebuah kalimat dengan menggunakan kata-kata yang dipersingkat dengan pemilihan kosa kata maupun diksi yang jauh dari aturan baku, alih-alih mengikuti kaidah EYD. Banyak pihak menyebut, anak-anak muda ini adalah generasi alay.
sumber |
Lantas, siapa yang patut disalahkan jika generasi muda masa kini cenderung bertutur kata dan berbahasa Indonesia seperti itu?
Salah mereka sendirikah? Salah orang tua dan lingkungan keluargakah? Salah guru bahasa Indonesia di sekolah? Salah lingkungan yang memberikan pengaruh kuat terhadap ketidaklaziman dalam berbahasa di kalangan anak muda? Atau salah pemerintah yang kurang memotivasi pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar di kalangan generasi muda?
Jawabannya mungkin salah kita semua. Atau mungkin sama sekali tidak ada yang salah dan tidak ada yang patut disalahkan?
***
Di penjuru dunia manapun, sebagai bagian dari peradaban manusia, bahasa selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu, baik secara perlahan maupun cepat. Pemakaian bahasa dan tata cara penulisan pun mengalami pergeseran terus menerus tanpa henti. Dunia berkembang, teknologi semakin canggih. Manusia dihadapkan pada begitu banyak pilihan seiring derasnya arus globalisasi.
Tak hanya bahasa Indonesia yang mengalami penggerusan pemakaian dengan baik dan benar, bahasa-bahasa lain pun mengalami hal serupa. Budaya pop di kalangan anak muda selalu menghadirkan alternatif pemakaian bahasa yang lebih mudah dipahami oleh kalangan mereka sendiri. Bahasa gaul namanya.
Dan rupanya tak hanya bahasa Indonesia yang bisa alay, bahasa Inggrispun ada model alay-nya. Tak hanya orang dewasa di Indonesia yang harus garuk-garuk kepala ketika mencoba memahami tata bahasa anak muda jaman sekarang, orang dewasa di Inggris sinipun mengalami persoalan serupa.
Tentu saja hal yang sama juga terjadi terhadap bahasa-bahasa lain di dunia.
Meski demikian, ada baiknya setiap kali menghadapi permasalahan seperti ini, kita kembali lagi ke pokok permasalahan peruntukan pemakaian.
sumber alay model bahasa Inggris |
Meski demikian, ada baiknya setiap kali menghadapi permasalahan seperti ini, kita kembali lagi ke pokok permasalahan peruntukan pemakaian.
Jika bahasa alay yang semakin lazim dipergunakan oleh para generasi muda ini dipakai pada saat yang tepat, kepada orang yang tepat (sesama alay), dan untuk keperluan yang tepat, menurutku sih sah-sah saja. Namun ketika mereka harus berurusan dengan hal-hal lain yang lebih bersifat formal, seyogyanya mereka beralih menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan kaidah bahasa yang semestinya.
Jika ini tidak bisa dipenuhi, kita patut merasa khawatir dengan masa depan anak-anak muda jaman sekarang yang tidak bisa 'empan papan' - tahu kapan boleh ber-alay ria, dan tahu kapan harus berbahasa sesuai aturan.
Kalau tidak, perjuangan pak JS Badudu, pakar bahasa Indonesia yang tak pernah mengenal lelah menggiatkan pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar selama hayatnya, akan berakhir sia-sia.
Semoga saja tidak demikian adanya.
Bahasa selalu berkembang dan menurut saya (yang bukan ahli bahasa) bahasa alay pasti akan selalu ada, bukan dalam artian untuk menghancurkan bahasa pakem resmi yang ada, tapi justru sebagai perkembangannya :D
ReplyDeletebenul, eh betul. dalam dunia linguistika, bahasa alay ini memang sebuah fenomena menarik. herannya, mengapa cuma di era teknologi internet fenomena ini muncul ya? jaman sebelum internet berkembang pesat, cuma ada bahasa slang, belum ada 4L4y. mungkin karena dengan kehadiran internet, orang bebas berekspresi bagaimana menuliskan kalimat dengan metode penulisan alternative? maka muncullah penulisan 4L4y itu tadi #analisa4L4y :-D
DeleteKalau di blog, aku berusaha untuk menulis dengan baik dan benar. Kalau masih berantakan, ya harap dimaklumi. Hihihihi...
ReplyDeleteKimi kan blogger baik-baik, lha yang punya otakkukusut ini blogger alternatif hihi
Deletepakai bahasa yang baik dan benar juga ternyata gak selalu terkesan kaku ya. bisa tetep enak dibaca :)
ReplyDeleteasikkk, berarti besok-besok otakkukusut kurangi pemakaian slang yah :-)
DeleteJadi diri sendiri aja mbak.. kalo terlalu dikit slangnya nanti kayak blognya kayak buku bahasa Indonesia lhoo, bermutu tapi bikin ngantuk hehehe
Deletehaha oke deh. masukan diterima. tetep segitu ya berarti ga perlu ditambahi atau dikurangi. sip. makasih Ginx :-)
DeleteBahasa pergaulan. Tiap masa pasti ada ke alay an nya masing masing. Asal tidak jadi miss komunikasi saja antar generasi
ReplyDeleteyak betul Innayah, poin di atas sudah selaras. sayangnya saat ini miskomunikasi sudah sering terjadi antara anak gaul dengan generasi yang lebih tua. gimana donk hehe
DeleteYaaa~ namanya bahasa pasti berkembang sih ya.
ReplyDeleteMau cerita lagi aku abis nonton Elders react to new slang,
kocak banget =))
Lucu aja bahasa slang Inggris sekarang, nenek-nenek pada gak ngerti hehehe
Hahaha yo iii Una, sama lah generasi tua kita juga ga mudeng basa alay! Bikin pusyinggg... eh aku juga ga mudeng dink, berarti aku masuk generasi tua? *pingsan*
Delete