*bersihin sarang laba-laba dulu pake kemoceng*
eh, halo semua. dah lama banget kayaknya ga ngintip blog sendiri, sampe terbengkalai begini #lebay. maklum lah ya, horang sibuk sekarang haha. kebetulan hari ini aku lagi cuti, pemirsa. jadi disempetin posting. lumayan lah meski cuma satu artikel.
gegara pasporku masa berlakunya bakalan abis besok pagi hehe. jadi (terpaksa) harus ambil cuti sehari untuk pergi ke kbri di london buat bikin paspor baru. kenapa baru sekarang? kenapa ga kemarin-kemarin? kan sebelum masa berlaku habis, paspor boleh diperpanjang 6 bulan sebelumnya?
ya emang sih.
tapi bukan aku namanya kalo apa-apa ga sampe mepet-mepet. kan aku orangnya emang gitu, last minute dot com, biar seru aja haha #mintaditonjok
nah, karena itu hari ini aku niatin pagi-pagi jam 06.30 udah cabut nyetir ke epping dari rumah. epping itu adalah nama stasiun kereta bawah tanah paling ujung di jalur central, atau jalur warna merah. oh ya, sekedar info, sistem kereta bawah tanah london adalah yang pertama di dunia lho, berdiri sejak 1863! tahun segitu bangsa indonesia masih pada ngapain ya? masih ingusan hehe.
peta kereta bawah tanah london |
aku memang kalo ke london ga pernah bawa mobil sampe masuk ke kotanya.
pertama, macet. kedua, kudu bayar congestion charge kalo hari kerja untuk masuk wilayah tertentu. skema ini diterapkan ya untuk mengurangi kemacetan. yang pengin tahu lebih banyak mengenai skema ini, baca wiki-nya di sini yah. ketiga, cari parkiran di london susah. kalopun ada muahal buanget, sejam di daerah kbri situ bisa kena £17-£20an. itu kira-kira 400ribu, sejam loh ya. iya bener, bukan salah ketik, empat ratus ribu rupiah per jam!
cuma horang kaya yang nekat parkir di tengah kota london pas jam kerja hehe. kami pernah kena sekali soalnya, jadi kapok ga lagi-lagi deh haha. kaya aja enggak, bangkrut iya!
nah, daripada rempong bawa mobil, aku selalu nyetir cuma sampe ujung stasiun aja. parkir manis di sono, bayar parkirnya sehari penuh cuma £6.40 (kira-kira 128 ribu rupiah lah, seharian itu 24 jam). murah donk, bandingin sama yang 400 ribu per jam hayo. jangan dibandinginnya sama parkir di depok yah, hahaha. dari stasiun itu, tinggal naik kereta bawah tanah london deh. langsung sekali jalan turun di stasiun 'bond street' deket kbri. simpel.
***
sampe di epping, hari masih pagi, baru jam 08.20.
meski sempat kena macet karena emang selasa hari kerja, akhirnya aku dapet parkiran juga. segera aku menuju ke stasiun dan masuk dengan menempelkan kartu oyster-ku. ini kartu untuk naik transportasi publik di london yang kupunya sejak tahun 2006 yang lalu waktu pertama kali aku menginjakkan kakiku di negeri ratu elizabeth ini.
tahun ini umur kartu ini genap 10 tahun dan masih terus kupergunakan tiap kali pergi ke london, meski jarang banget. paling sekali dalam satu atau dua tahun kalau ada perlu saja. karena sistemnya online semua, jadi tiap kali pergi, aku tinggal ngisi kartu itu dengan kredit/pulsa/uang lewat internet, bayar pake kartu kredit. pas sampe london, tinggal dipake deh, ga perlu repot beli tiket ini itu lagi.
kartu oyster |
segera aku masuk ke gerbong yang masih cukup lengang dan duduk di salah satu kursi. tak lama, penumpang mulai mengisi gerbong-gerbong kereta dan kamipun berangkat menuju pusat kota london. di sepanjang perjalanan, setiap kali kereta berhenti di stasiun berikutnya, semakin bannyak pula penumpang mulai memadati gerbong. aku mulai iseng mengamati tingkah polah para penumpang pagi tadi.
hampir 90% begitu masuk gerbong dan menemukan tempat duduk maupun berdiri, mereka langsung mainan hp. hanya satu dua yang cuma berdiri dan sibuk mendengarkan musik, dan hanya beberapa gelintir yang memilih untuk membaca koran terbitan pagi itu yang bisa dipungut secara gratis di emperan stasiun. iya, koran di sini banyak yang gratisan.
cuma aku kayaknya yang sibuk sendiri mengamati gerak-gerik mereka, hihi.
ada mbak-mbak cantik banget, ramping banget, rambutnya pirang banget dikonde ke atas. pake kemeja lengan panjang rapi jali. sepertinya mau berangkat kerja, entah apa profesinya. di belakangnya, ada mas-mas muda ganteng banget, berdiri menyamping jadi mereka seakan berpunggung-punggungan. sampe satu ketika keretanya berhenti dan si masinis ngeremnya agak mendadak. si mbak terhuyung ke belakang, punggungnya nabrak bagian samping tubuh si mas. si mbak itu noleh dan bilang 'sorry'. si mas tersenyum. si mbak jadi tersipu karena ternyata yang ditabrak mas-mas ganteng.
tak lama keduanya turun di stasiun yang sama. kali ini di dekat pintu si mas mempersilakan si mbak yang tentu tak dikenalnya itu untuk keluar duluan, seolah bilang 'ladies first'. aku jadi berkhayal, apakah di luar stasiun mereka akan lanjut ngobrol, lalu tukeran nomor telepon, lalu janjian ngajak kencan? haha.
lamunanku buyar ketika kereta bergerak lagi.
tak lama kemudian, giliran aku yang harus turun karena stasiun yang kutuju sudah sampai. dari stasiun, cuma butuh sekitaran 5-10 menit jalan kaki ke kbri. ga terlalu jauh. hujan masih turun rintik-rintik sejak tadi pagi, dan rupanya masih awet juga belum mau berhenti. kukeluarkan payung lipatku dari tas, dan akupun mulai melenggang, sendirian.
***
sampai di kbri, layanan konsuler masih belum buka.
rupanya aku sampai di tujuan terlalu pagi. si ibu resepsionis mempersilakan aku untuk duduk menunggu di dalam ruang tunggu. sementara di luar pagar, kulihat seorang cewek pirang bertudung jaket hitam, bercelana ketat yang biasa dipake untuk bersepeda, dan kakinya penuh bertato, memilih untuk menunggu di depan pintu pagar supaya dapat antrian pertama. ah, ga papa pikirku. ga terlalu buru-buru juga, males kehujanan kalo nunggu di luar pagar hehe.
begitu pagar konsuler dibuka tepat jam 10, si mbak tatoan tadi masuk. di belakangnya seorang cewek remaja bertampang india, mengikuti dari belakang. aku pun menyusul mereka, ada di urutan ketiga.
sampai di dalam, si mbak tato langsung menuju ke loket. petugas cuma ada satu, mas-mas masih muda banget. jadi si cewek india itupun duduk menunggu di kursi yang sudah disediakan. akupun mengikuti dengan duduk juga di kursi sebelahnya. sepertinya memang tidak ada penggunaan sistem nomor antrian di sini. ya sudahlah pikirku. toh kita tahu siapa yang datang duluan pasti akan dipersilakan untuk ke loket lebih dulu sesuai urutan kedatangan.
lagipula cuma ada kami bertiga. dan sepertinya aku sendiri yang orang indonesia.
sambil menunggu, kupingku menangkap pembicaraan si mbak tato dengan mas petugas. rupanya si mbak mau keliling indonesia euy, dia ngambil visa. setelah nanya ini itu dan dijelasin dengan sabar oleh si mas petugas, si mbak tato pun melenggang pergi. lalu pelan tapi pasti, antrian pun bertambah banyak. satu dua orang lagi masuk ke dalam ruangan tunggu ketika si mas petugas tersenyum ke aku dan bilang 'next one'.
karena aku ngerasa bukan urutan selanjutnya, kupersilakan si cewek india untuk ke loket. si cewek tersenyum dan mulai sibuk dengan urusan visanya ke indonesia, dan bertanya ini itu seperti mbak tato tadi.
dalam tempo sekejap itu, sudah ada sekitaran 6 orang lagi yang duduk di sekelilingku dan semua menunggu giliran dengan sabar dan lebih banyak diam. televisi di ruangan sedang menayangkan sebuah program tentang properti. beberapa orang memilih untuk menunggu sambil nonton. dan semuanya sepertinya ga ada yang orang indonesia. lima bapak-bapak bule, dan seorang ibu-ibu bule juga.
tak lama urusan si remaja india itupun kelar. sampailah giliranku.
kusapa si mas penjaga loket dengan ramah, pakai bahasa indonesia tentu saja meski rada-rada kagok karena cukup lama banget aku ga ngomong indonesia haha. mau ngomong ama siapa coba. setelah menjelaskan maksud kedatanganku yaitu untuk membuat paspor baru karena yang lama sudah habis masa berlakunya, si mas pun menjelaskan formulir yang harus aku isi, dan dokumen apa yang harus kuberikan nanti. setelah bilang terima kasih, akupun menyingkir ke sisi lain ruangan untuk mengisi formulir yang dimaksud.
salah seorang bapak bule di urutan antrian berikutnya pun melangkah maju ke loket.
aku lalu sibuk dengan urusan tulis menulis di formulir yang panjangnya dua halaman itu. tiba-tiba ruangan yang tadinya sepi mendadak rame seiring masuknya dua orang ibu-ibu yang jelas-jelas berbahasa indonesia beraksen jawa, sibuk ngobrol lalu ngerumpi dan cekikikan di pojok ruangan tunggu.
aku masih konsentrasi dengan formulirku ketika berikutnya seorang mbak-mbak berwajah indonesia memasuki ruangan dan langsung berjalan dengan santainya menuju loket yang kini kosong karena si bapak bule tadi baru saja selesai dengan urusannya, sementara antrian berikutnya yang seharusnya bapak-bapak bule lagi belum juga sempat beranjak dari kursinya untuk berjalan menuju ke loket tersebut.
si mbak-mbak yang kutengarai berusia sekitaran 30-35-an tahun ini langsung nyerocos ke si mas di belakang loket dan nanya ini itu sambil menunjukkan beberapa dokumen yang dibawanya, tanpa merasa bersalah sedikitpun karena baru datang langsung memotong antrian. para bapak-bapak bule yang sudah antri sejak kira-kira 20 menitan yang lalu cuma bengong dan tak tahu harus berkata apa melihat adegan mendadak tersebut.
menyusul masuk ke ruangan di belakang si mbak tadi berdiri seorang bapak-bapak bule juga, agak berumur, berjas hitam dan menenteng tas kantor, yang rupanya adalah suami si mbak tadi. karena aku berdiri tak jauh dari mereka dan masih sibuk mengisi formulir, semua percakapan si mbak dengan mas petugas terdengar jelas. aku bahkan tahu informasi kalau mereka baru menikah bulan desember lalu hehe.
setelah si mas petugas menjelaskan ini itu dan beberapa hal harus diproses dulu, si mbak dan suaminya pun (terpaksa) duduk menunggu. oh, ya tambahan dikit karena pertanyaan Days di komen, si mbak ini akhirnya dilayani penuh oleh si mas petugas, ngasih dokumen dll.
nah, saat itulah salah seorang bapak bule yang harusnya ada di urutan antrian berikutnya tapi dipaksa harus menunggu lebih lama lagi karena jatah antrinya dipotong begitu saja oleh si mbak tadi, tak kuasa lagi menahan diri. dia berdiri dan langsung ngomong ke pasangan yang kini duduk di kursi tunggu bersebelahan satu sama lain. "excuse me, we have a queue system in here, but she just cut the queue like that?"
apa jawab si mbak? "sorry, but i just asked some questions"! katanya masih tanpa merasa salah dengan inggris yang patah-patah dan beraksen medok. sorry-nya dia bukan sorry maaf ya, tapi bernada nyolot gitu.
suaminya langsung merah padam mukanya, mungkin menahan malu. dia langsung minta maaf berkali-kali ke si bapak bule yang protes tadi. setelah itu dia ngomong ke istrinya, "you have to apologise to the guy!". bukannya minta maaf seperti kata suaminya, apa kata si mbak lagi? "but i just asked questions" dengan nada ngeyel. suaminya memotong setengah ngebentak "but you should have queued first!" #jelegerrrr *halilintar menyambar*
hahaha perang dunia ketiga terjadi di depan mataku, di depan banyak pasang mata orang-orang lain yang juga lagi ngantri dengan sabar sejak tadi. akupun lantas pura-pura budeg dan penginnya sih tutup muka nyamar jadi orang jepang, atau cina, atau filipina gitu, karena ikutan malu dengan kelakuan sebangsaku sendiri.
hiks...
***
ada beberapa pelajaran yang bisa kita petik dari kejadian aneh bin ajaib hari ini di kbri.
1) budaya antri orang indonesia ternyata masih saja payah
menurutku, bangsa indonesia masih akan tetep susah diajak maju kalau rakyatnya masih belum bisa antri! udah itu doank. ga usah yang muluk-muluk menang kompetisi ini itu tingkat internasional, atau bangun infrastruktur ini itu supaya dibilang maju dan tak terlalu ketinggalan jauh dari tetangga-tetangga kita di wilayah asean, sementara untuk urusan antri aja kita belum becus.
di inggris, mau orang tua, muda, anak-anak, mau kaya, miskin, mau yang waras, yang lagi mabok, yang alim, yang tatoan, kalo urusan antri, rata-rata kebanyakan semua udah kayak otomatis gitu. datang telat, ya masuk antrian paling belakang. motong antrian itu udah masuk salah satu perbuatan yang paling memalukan lah. lha di kita? bukannya malu malah ngeyel.
menjelekkan bangsa sendiri? eh, emang faktanya begitu, udah jelek, mana bisa lebih dijelekin lagi hehe. mau ditutup-tutupin juga percuma kok. kayak banyaknya jumlah koruptor di indonesia, itu fakta. budaya antri kita masih jelek banget, itu juga fakta. makanya harus diperbaiki kalo ga mau dibilang orang indonesia ga bisa antri.
2) sistem nomor antrian harus diterapkan
seperti halnya di tempat-tempat layanan publik, harus ada sistem nomor antrian yang tegas juga di kbri. salahnya, petugas juga ga tegas sih. harusnya si mbak itu diomelin aja, baru datang harus antri dulu, gitu.
membuat sistem nomor antrian gampang kok. ga harus modal gede pake nomor elektronik kayak di bank-bank gitu. simpel saja sebenernya kalo mau. tinggal ngeprint angka-angka urut dari misalnya 1 sampai 20 di selembar kertas. kalo mau lebih irit, tulis tangan pake spidol. ga usah gede-gede, cukup asal bisa dipegang tangan segede kartu kredit misalnya, lalu dipotong dan dilaminating biar awet.
kartu bernomor ini diurutkan dan ditaruh di box deket pintu masuk. setiap yang baru datang, ambil nomor antrian. begitu dipanggil dan dilayani, nomor dikembalikan ke petugas, yang akan ngumpulin kartu tersebut untuk dikembalikan ke box deket pintu kalo antrian udah nyampe angka terbesar. jadi hal-hal memalukan seperti di atas ga akan kejadian lagi. atau paling ga, bisa dicegah dan diminimalkan.
ga sulit kan?
kalo di antara pembaca blog ini ada yang kenal orang kbri london, silakan diinformasikan. buat pembaca yang budiman, budayakan antri ya, supaya tertib. dan jangan pernah motong antrian, malu!
kbri london, foto minjem dari sini |
sampai di dalam, si mbak tato langsung menuju ke loket. petugas cuma ada satu, mas-mas masih muda banget. jadi si cewek india itupun duduk menunggu di kursi yang sudah disediakan. akupun mengikuti dengan duduk juga di kursi sebelahnya. sepertinya memang tidak ada penggunaan sistem nomor antrian di sini. ya sudahlah pikirku. toh kita tahu siapa yang datang duluan pasti akan dipersilakan untuk ke loket lebih dulu sesuai urutan kedatangan.
lagipula cuma ada kami bertiga. dan sepertinya aku sendiri yang orang indonesia.
sambil menunggu, kupingku menangkap pembicaraan si mbak tato dengan mas petugas. rupanya si mbak mau keliling indonesia euy, dia ngambil visa. setelah nanya ini itu dan dijelasin dengan sabar oleh si mas petugas, si mbak tato pun melenggang pergi. lalu pelan tapi pasti, antrian pun bertambah banyak. satu dua orang lagi masuk ke dalam ruangan tunggu ketika si mas petugas tersenyum ke aku dan bilang 'next one'.
karena aku ngerasa bukan urutan selanjutnya, kupersilakan si cewek india untuk ke loket. si cewek tersenyum dan mulai sibuk dengan urusan visanya ke indonesia, dan bertanya ini itu seperti mbak tato tadi.
dalam tempo sekejap itu, sudah ada sekitaran 6 orang lagi yang duduk di sekelilingku dan semua menunggu giliran dengan sabar dan lebih banyak diam. televisi di ruangan sedang menayangkan sebuah program tentang properti. beberapa orang memilih untuk menunggu sambil nonton. dan semuanya sepertinya ga ada yang orang indonesia. lima bapak-bapak bule, dan seorang ibu-ibu bule juga.
tak lama urusan si remaja india itupun kelar. sampailah giliranku.
kusapa si mas penjaga loket dengan ramah, pakai bahasa indonesia tentu saja meski rada-rada kagok karena cukup lama banget aku ga ngomong indonesia haha. mau ngomong ama siapa coba. setelah menjelaskan maksud kedatanganku yaitu untuk membuat paspor baru karena yang lama sudah habis masa berlakunya, si mas pun menjelaskan formulir yang harus aku isi, dan dokumen apa yang harus kuberikan nanti. setelah bilang terima kasih, akupun menyingkir ke sisi lain ruangan untuk mengisi formulir yang dimaksud.
salah seorang bapak bule di urutan antrian berikutnya pun melangkah maju ke loket.
aku lalu sibuk dengan urusan tulis menulis di formulir yang panjangnya dua halaman itu. tiba-tiba ruangan yang tadinya sepi mendadak rame seiring masuknya dua orang ibu-ibu yang jelas-jelas berbahasa indonesia beraksen jawa, sibuk ngobrol lalu ngerumpi dan cekikikan di pojok ruangan tunggu.
aku masih konsentrasi dengan formulirku ketika berikutnya seorang mbak-mbak berwajah indonesia memasuki ruangan dan langsung berjalan dengan santainya menuju loket yang kini kosong karena si bapak bule tadi baru saja selesai dengan urusannya, sementara antrian berikutnya yang seharusnya bapak-bapak bule lagi belum juga sempat beranjak dari kursinya untuk berjalan menuju ke loket tersebut.
si mbak-mbak yang kutengarai berusia sekitaran 30-35-an tahun ini langsung nyerocos ke si mas di belakang loket dan nanya ini itu sambil menunjukkan beberapa dokumen yang dibawanya, tanpa merasa bersalah sedikitpun karena baru datang langsung memotong antrian. para bapak-bapak bule yang sudah antri sejak kira-kira 20 menitan yang lalu cuma bengong dan tak tahu harus berkata apa melihat adegan mendadak tersebut.
menyusul masuk ke ruangan di belakang si mbak tadi berdiri seorang bapak-bapak bule juga, agak berumur, berjas hitam dan menenteng tas kantor, yang rupanya adalah suami si mbak tadi. karena aku berdiri tak jauh dari mereka dan masih sibuk mengisi formulir, semua percakapan si mbak dengan mas petugas terdengar jelas. aku bahkan tahu informasi kalau mereka baru menikah bulan desember lalu hehe.
ilustrasi minjem dari sini |
setelah si mas petugas menjelaskan ini itu dan beberapa hal harus diproses dulu, si mbak dan suaminya pun (terpaksa) duduk menunggu. oh, ya tambahan dikit karena pertanyaan Days di komen, si mbak ini akhirnya dilayani penuh oleh si mas petugas, ngasih dokumen dll.
nah, saat itulah salah seorang bapak bule yang harusnya ada di urutan antrian berikutnya tapi dipaksa harus menunggu lebih lama lagi karena jatah antrinya dipotong begitu saja oleh si mbak tadi, tak kuasa lagi menahan diri. dia berdiri dan langsung ngomong ke pasangan yang kini duduk di kursi tunggu bersebelahan satu sama lain. "excuse me, we have a queue system in here, but she just cut the queue like that?"
apa jawab si mbak? "sorry, but i just asked some questions"! katanya masih tanpa merasa salah dengan inggris yang patah-patah dan beraksen medok. sorry-nya dia bukan sorry maaf ya, tapi bernada nyolot gitu.
suaminya langsung merah padam mukanya, mungkin menahan malu. dia langsung minta maaf berkali-kali ke si bapak bule yang protes tadi. setelah itu dia ngomong ke istrinya, "you have to apologise to the guy!". bukannya minta maaf seperti kata suaminya, apa kata si mbak lagi? "but i just asked questions" dengan nada ngeyel. suaminya memotong setengah ngebentak "but you should have queued first!" #jelegerrrr *halilintar menyambar*
hahaha perang dunia ketiga terjadi di depan mataku, di depan banyak pasang mata orang-orang lain yang juga lagi ngantri dengan sabar sejak tadi. akupun lantas pura-pura budeg dan penginnya sih tutup muka nyamar jadi orang jepang, atau cina, atau filipina gitu, karena ikutan malu dengan kelakuan sebangsaku sendiri.
hiks...
***
ada beberapa pelajaran yang bisa kita petik dari kejadian aneh bin ajaib hari ini di kbri.
1) budaya antri orang indonesia ternyata masih saja payah
menurutku, bangsa indonesia masih akan tetep susah diajak maju kalau rakyatnya masih belum bisa antri! udah itu doank. ga usah yang muluk-muluk menang kompetisi ini itu tingkat internasional, atau bangun infrastruktur ini itu supaya dibilang maju dan tak terlalu ketinggalan jauh dari tetangga-tetangga kita di wilayah asean, sementara untuk urusan antri aja kita belum becus.
di inggris, mau orang tua, muda, anak-anak, mau kaya, miskin, mau yang waras, yang lagi mabok, yang alim, yang tatoan, kalo urusan antri, rata-rata kebanyakan semua udah kayak otomatis gitu. datang telat, ya masuk antrian paling belakang. motong antrian itu udah masuk salah satu perbuatan yang paling memalukan lah. lha di kita? bukannya malu malah ngeyel.
menjelekkan bangsa sendiri? eh, emang faktanya begitu, udah jelek, mana bisa lebih dijelekin lagi hehe. mau ditutup-tutupin juga percuma kok. kayak banyaknya jumlah koruptor di indonesia, itu fakta. budaya antri kita masih jelek banget, itu juga fakta. makanya harus diperbaiki kalo ga mau dibilang orang indonesia ga bisa antri.
2) sistem nomor antrian harus diterapkan
seperti halnya di tempat-tempat layanan publik, harus ada sistem nomor antrian yang tegas juga di kbri. salahnya, petugas juga ga tegas sih. harusnya si mbak itu diomelin aja, baru datang harus antri dulu, gitu.
ilustrasi minjem dari sini |
membuat sistem nomor antrian gampang kok. ga harus modal gede pake nomor elektronik kayak di bank-bank gitu. simpel saja sebenernya kalo mau. tinggal ngeprint angka-angka urut dari misalnya 1 sampai 20 di selembar kertas. kalo mau lebih irit, tulis tangan pake spidol. ga usah gede-gede, cukup asal bisa dipegang tangan segede kartu kredit misalnya, lalu dipotong dan dilaminating biar awet.
kartu bernomor ini diurutkan dan ditaruh di box deket pintu masuk. setiap yang baru datang, ambil nomor antrian. begitu dipanggil dan dilayani, nomor dikembalikan ke petugas, yang akan ngumpulin kartu tersebut untuk dikembalikan ke box deket pintu kalo antrian udah nyampe angka terbesar. jadi hal-hal memalukan seperti di atas ga akan kejadian lagi. atau paling ga, bisa dicegah dan diminimalkan.
ga sulit kan?
kalo di antara pembaca blog ini ada yang kenal orang kbri london, silakan diinformasikan. buat pembaca yang budiman, budayakan antri ya, supaya tertib. dan jangan pernah motong antrian, malu!
Bener banget"... Sedih
ReplyDeleteOrg kita br bs antri klo dikasih nomor antrian sptnya ya mbak..krg sadar diri atau apa ya gt...ckckck
tidak dilatih budaya antri sejak anak-anak mungkin ya bu. padahal berbaris sebelum masuk kelas itu pembelajaran untuk antri juga, tapi kayaknya masih kurang, dibanding sekolah sekolah di korea atau jepang misalnya.
Deletekesadaran antri tetap rendah karena tidak dibudayakan. yg dibudayakan, kalo ga cepat ga kebagian, jadi apa2 rebutan :-(
dulu aku pernah disruduk troli sama ibu ibu waktu ngantri di kasir super market, ampun deh ibu-ibu parah bgt kelakuannya.. mukanya watados gtu, amit amit jabang bayi..
ReplyDeleteamit amit jabang bocah, hihi. ngelus dada kalo masih sabar ya bu, kalo udah emosi bisa perang mulut itu 😄
DeleteBener mbak, itu yang motong antri-an yaaa, tolong ya, ato ga saya tenggelamkan, hahaha
ReplyDeleteKalo pendapat saya sih, si mbak2 yang motong itu memang salah, tapi . . ., harusnya di KBRI ada CS-nya gitu, jadi kalo yang cuma nanya2 aja, ga perlu pake antrian. Kadang2 saya juga gitu, (biasanya) di kantor pemerintahan, pengen nanya2 dulu aja, harus ngantri antrian panjang. Walaupun pada akhirnya, saya juga ikut nunggu, ga motong antrian looh. Kl pendapat saya, sistem-nya juga harus sedikit diubah, uhuuuy
Dan biasanya lagi, ketemu orang2 Indonesia tukang serobot itu pas di airport lagi mau minta boarding pass, dikasih celah sedikit, udah daaah, kepotong, hahaha :))
Days, kalo komen yang serius ya! mau ditenggelamkan? hahaha
Deleteeh, bagian konsuler kbri itu ga pernah rame banget kok. itu kemarin aja datengnya pada barengan. jadi sistem CS ga perlu, mubazir. ada akhirnya salah satu bapak yang cuma butuh nanya visanya udah jadi belum dan dijawab belum kudu balik besoknya, juga termasuk 'cuma nanya' lho. tapi dia ga nyerobot tuh. bukan soal urusannya sepenting apa, tapi soal budaya antrinya.
si mbak yg nyerobot itu sebenrnya ga sekedar nanya lho, wong akhirnya dia serahin dokumen2 yg dia bawa kok, itu full pelayanan! jawaban dia 'cuma nanya' itu sekedar excuse, yg tentunya stupid excuse, karena dasarnya memang ga ngerasa salah, bebal, dannnn....indonesaaaahhhhhh hahahaha
D Surabaya alhamdulillah g pernah nemuin lagi yg kayak gitu. Pengen dipisuhi klo nyerobot? He he he
ReplyDeletekalo lingkungannya homogen, misal semua yang lagi antri orang suroboyo (jadi siap misuh jancuk semua haha) mungkin lebih setara budaya tiap individunya mbak Santi. tapi kalo sudah majemuk, segala bangsa dengan beda budaya antri dicampur, di situ baru kelihatan nyata negara mana yang budayanya paling buruk, seperti contohnya di kbri tadi hehe, hiks.
DeleteSaya orang Surabaya, sir..(kalo pas disitu n ditanya), moga2 mbaknya bukan orang sby...hehehe
Deletelogatnya pas ngomong inggris medok sih, tapi medok Indonesia hahaha... bisa jadi orangnya malah udah baca blog ini ya :-p
DeleteTulisan yang bagus, btw mas muda yang di tulisan nya itu saya orang nyA 😄 Pelajaranya nanti akan saya usulkan ke counsel buat antrian soalnya saya tidak punya authorities thx
ReplyDeleteIni sayang blognya hehe
DeleteHai mas Andy, salam kenal.
DeleteMaaf kemarin belum sempat kenalan. Situasi kurang memungkinkan juga karena banyak yang antri.
Terima kasih sudah direspon dengan sangat baik oleh pihak KBRI, untuk perbaikan ke depan dan untuk kenyamanan semua pihak.
Terima kasih sekali lagi mas :-)
Whoa, jadi ikutan maluuuu!
ReplyDeleteEmang diselak antrian itu ngeselin banget siiih, pernah ngalamin juga...
Itu pasangan suami istri masih pada berantem gak tuh sampai balik ke Indonesia hehehe...*kepo*
si bibi meni kepo aja hahaha. mudah-mudahan kejadian kemarin jadi pembelajaran juga buat mereka berdua. si istri jadi lebih bagus dalam berbudaya antri, si suami jadi ga dipermalukan lagi di tanah airnya sendiri hehe
Deletebibi, aku kangen #halah
kok rasanya kita ga sedeket dulu lagi yah #lebay haha. mungkin karena bibi lagi sibuk ama drakor, sementara aku bukan bagian dari circle itu? entahlah. curhat aja sih LOL
Soal point 2, itu jg yg selama ini aku pikirkan. Ntar aku bilangin deh sama org KBRI :D
ReplyDeleteWaaaahhh, terima kasih bu Rosi :-) Iya, sebenarnya sistemnya sederhana dan murah. Tapi entah mengapa belum diimplementasikan. Semoga segera hehe.
Deleteternyata di inggris juga ada yang suka nyerobot ya. hehe
ReplyDeletebegitulah, penyerobotan ada di mana-mana, hehe.
DeleteAku punya pengalaman sendiri, Mbak. Pernah negur ibu-ibu yang menyerobot antrianku. Aku tegur, eh malah dia tersinggung. Dia narik tanganku, terus ngomong, "Ya udah, Mbak di sini aja. Daripada mbaknya nangis." huft.
ReplyDeleteItulah masalahnya Kim.
DeleteKalo ditegur, mereka masih belum merasa salah. Jadi malah berpotensi memancing keributan. Akhirnya orang-orang males negur, karena males rebut.
Karena ga ditegur, jadi membudaya. Budaya yang salah, dan terus dipiara. Mata rantai ini yang harus diputus, dengan system antrian yang jelas, atau dengan edukasi dini.
Halah jadi series haha...
Ya udah, lain kali kalo nemu kek gitu lagi 'tenggelamkan' aja LOL
Terima kasih atas srannya. Akan kami pertimbangkan dengan seksama. Salam, Dino Kusnadi, Minsiter Counsellor KBRI London
ReplyDeleteYth Bp. Dino Kusnadi, Minister Counsellor KBRI London
DeleteTerima kasih atas tanggapan dan respon cepatnya, Pak.
Mudah-mudahan saran saya bisa segera diimplementasikan.
Yth Pak Dino,
DeleteKl boleh ikut nambah saran. Utk mengurangi org jauh2 dtg ke KBRI cm utk 'nanya2' mbok tolong ada staff khusus atau bagaimana yg bisa membalas email yg ditujukan bagian konsular KBRI. Pengalaman sendiri dan bbrp teman yg pernah kirim email kok ngga pernah ada balasan ya? Tp kl telp nanya2, pd akhirnya dijawab 'silahkan dtg sj ke KBRI utk lbh jelasnya'. Mungkin kl email yg dipajang di website KBRI itu diberdayakan, maka org2 yg seperti si embak (yg mungkin sdh jauh2 dtg ke London) 'cm utk tanya' itu bs mempersiapkan dokumen2nya sjk sblm berangkat ke KBRI.
Utk mbak Nayarini, terima kasih atas tulisannya yg sdh menyuarakan uneg2 (terutama saya scr pribadi krn jg mengalaminya saat berurusan di KBRI).
Salam dr Cambridge 😊
Yth Pak Dino,
DeleteKl boleh ikut nambah saran. Utk mengurangi org jauh2 dtg ke KBRI cm utk 'nanya2' mbok tolong ada staff khusus atau bagaimana yg bisa membalas email yg ditujukan bagian konsular KBRI. Pengalaman sendiri dan bbrp teman yg pernah kirim email kok ngga pernah ada balasan ya? Tp kl telp nanya2, pd akhirnya dijawab 'silahkan dtg sj ke KBRI utk lbh jelasnya'. Mungkin kl email yg dipajang di website KBRI itu diberdayakan, maka org2 yg seperti si embak (yg mungkin sdh jauh2 dtg ke London) 'cm utk tanya' itu bs mempersiapkan dokumen2nya sjk sblm berangkat ke KBRI.
Utk mbak Nayarini, terima kasih atas tulisannya yg sdh menyuarakan uneg2 (terutama saya scr pribadi krn jg mengalaminya saat berurusan di KBRI).
Salam dr Cambridge 😊
sama-sama mbak Quack, hehe. mudah-mudahan masukannya segera ditindaklanjuti :-)
Delete