Monday, 12 June 2017

jangan bantu istrimu!

kali ini topik yang mau kutulis adalah seputar gender equality /kesetaraan jender, eh gender. kenapa gender nggak diterjemahkan sekalian ke bahasa indonesia sih? kok rasanya nanggung gitu ya separo inggris separo indonesia hehe. ayo para ahli bahasa, pegimane ini...

beberapa hari yang lalu aku nemu postingan fesbuk yang cukup menarik perhatianku. judulnya sih cukup bikin kening berkerut mikir "I do NOT help my wife and you should also NEVER help your wife". sekilas pasti kita mikir gini, "ihhh, ini cowok tega banget yak, mosok ngga mau bantu-bantu istri sih, emang cowok model apaan itu hehe".



dan, kalo kalian nge-google judul itu, pasti akan nemu postingan ini:
A friend came to my house for coffee, we sat and talked about life. At some point in the conversation, I said, “I’m going to wash the dishes and I’ll be right back.”
He looked at me as if I had told him I was going to build a space rocket. After being quite for some time, he said with admiration: “I’m glad you help your wife. I do not help because my wife does not praise me when I help her. Last week I washed the floor and there was no thanks.”
After I was done with my dishes, I went back to him and explained that I did not “help” my wife. Actually, my wife does not need help, she needs a partner. I am a partner at home.
I do not help my wife clean the house because I live here too and I need to clean it too.
I do not help my wife to cook because I also want to eat and I need to cook too.
I do not help my wife wash the dishes after eating because I also use those dishes.
I do not help my wife with her children because they are also my children and my job is to be a father.
I do not help my wife to wash, spread or fold clothes because the clothes are also mine and my family’s.
I am not a help at home, I am part of the house. And as for praising, I asked my friend when it was the last time after his wife had finished cleaning the house, washing clothes, changing bed sheets, bathing in her children, cooking, organizing, etc. he said thank you. Not a normal thank you but something from the depths of his heart. He said he hadn’t because till now he had thought it was all her job.
Guys,
Let us give her a hand. Let us behave like true companions. Let us not behave like guests who only come to eat, sleep, bathe and satisfy needs other needs. Let us start feeling at home in our own house.
kalo diterjemahin ke bahasa indonesia, kira-kira jadi begini:
seorang teman datang berkunjung ke rumahku dan kami minum kopi bareng sambil ngobrol. di tengah percakapan aku bilang ke temanku "Aku mau cuci piring dulu ya sebentar."
temanku menatapku seolah tak percaya. beberapa saat kemudian, dia berkata seakan memujiku "Aku bangga kamu mau bantu-bantu istrimu. Aku ngga ngebantuin istriku karna dia ngga pernah muji kalo aku membantunya. Minggu kemarin aku ngepel lantai tapi ngga ada kata terima kasih."
Setelah selesai cuci piring, aku kembali ke temanku dan menjelaskan bahwa aku ngga pernah ngebantuin istriku. Bahkan sebenernya, istriku ngga perlu dibantuin, dia butuh mitra. Dan aku adalah mitranya di rumah.
Aku ngga ngebantuin istriku bersih-bersih rumah karena aku juga tinggal di dalamnya jadi aku harus bersih-bersih juga. Aku ngga ngebantuin istriku masak karena aku juga butuh makan jadi aku kudu masak juga. Aku ngga ngebantuin istriku cuci piring karena aku juga make piring untuk makanku. Aku ngga ngebantuin istriku ngurus anak-anaknya karena mereka juga anak-anakku dan aku adalah ayah mereka. Aku ngga ngebantuin istriku nyuci, njemur, atau ngelipat pakaian karena jemuran itu juga pakaianku dan pakaian anak-anakku.
Aku ngga bantu-bantu di rumah, aku bagian dari rumahku. Dan untuk urusan puji memuji, aku balik nanya ke temanku kapan terakhir kali ia berterima kasih ke istrinya tiap kali si istri selesai beres-beres rumah, nyuci, beresin tempat tidur, ngurus anak, masak, dll. Bukan terima kasih basa-basi ya, tapi yang benar-benar dari dalam hati. Temanku menjawab, ia ngga pernah bilang terima kasih karena ia selalu berpikir itu semua adalah kewajiban sang istri semata.

Guys,
Marilah kita ulurkan tangan ke istri kita. Mari bersikap selayaknya mitra sejati. Jangan bersikap seperti tamu yang cuma datang untuk makan, tidur, mandi, dan memuaskan diri sendiri. Mari mulai merasa 'memiliki' di rumah kita sendiri.
***

ngga di asia ngga di negara bule ya, pemahaman konsep kesetaraan gender ini masih juga lambat dipahami. postingan di atas hanya sekelumit kecil saja dari masih begitu banyaknya contoh ketimpangan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan di berbagai belahan dunia.

terkecuali mereka yang meng-sub-kontrakkan semua urusan tetek bengek rumah ke asisten rumah tangga yang dibayar tiap bulan ya. kita di sini ngga ngebahas itu hehe. ini buat rumah tangga yang tanpa asisten, seperti rata-rata rumah tangga di negara-negara barat.

aku pribadi merasa beruntung karena lahir dan besar di lingkungan keluarga dengan pemahaman konsep kesetaraan gender yang sudah terbilang cukup modern. dulu ayahku tak segan-segan masuk dapur memasak untuk kami sekeluarga. bahkan sehari-hari, memang ayahku yang selalu di dapur karena ibu baru pulang dari jualan di pasar menjelang maghrib. kalo nunggu ibu pulang baru kami bisa makan, pasti udah kelaparan semua kalo ayahku tipe laki-laki yang "masak kan urusan istri".

waktu kami masih kecil, ayahku juga yang rajin nyapu, ngepel, nyuci baju, bersih-bersih dll. setelah agak besar baru kami anak-anaknya diwajibkan untuk bantu-bantu kerjaan rumah karena ibuku selalu sibuk entah jualan di toko, atau masak-masak untuk dijual lagi di warung. intinya, ibu sibuk kerja sambilan untuk nambah pemasukan gaji bapak yang ngga seberapa. kalau bapakku tipe laki-laki yang ongkang-ongkang kaki karena merasa sudah capek sibuk kerja seharian, pastilah kondisi rumah kami lebih parah dari kapal pecah. apalagi kami enam bersaudara.

waktu itu aku sempat bertanya-tanya, apakah salah dan aneh punya seorang ayah yang sehari-hari sibuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga, sementara sebagian besar laki-laki di lingkungan tempat tinggal kami (terutama ayah dari teman-teman sekolahku) yang kutahu ngga pernah melakukan hal yang sama dengan alasan "itu kan pekerjaan untuk perempuan".

pertanyaan itu ngga pernah terjawab.


ketika akhirnya aku pindah ke eropa dan bekerja di inggris pun ternyata masih saja aku temui beberapa orang laki-laki (teman atau kolega yang kukenal) yang masih menganggap kalau urusan beres-beres rumah dan tetek bengeknya adalah tanggung jawab istri semata. laki-laki itu tugasnya cuma cari duit, pulang ke rumah ongkang-ongkang kaki, istri bertugas melayani (sekalipun si istri juga bekerja di luar rumah seharian!). apalagi mereka-mereka yang istrinya 'cuma' di rumah saja. 'cuma' nya pake tanda petik ya ibu-ibu, jangan ngamuk dulu hehe.

tadinya kupikir praktik ini hanya ada di asia atau negara berkembang saja, ternyata perkiraanku salah. di inggris yang notabene negara maju pun masih ada anggapan seperti itu. makanya ngga heran kalo postingan di atas jadi viral di dunia maya, yang pastinya ditujukan untuk kaum laki-laki yang masih beranggapan kalo ngerjain kerjaan rumah itu berarti mereka 'ngebantuin' tugas istrinya.

kata 'ngebantuin' ini yang digarisbawahi.


karena ngebantuin berarti ngga wajib. ngebantuin berarti bukan tanggung jawab utama si pelaku. ngebantuin berarti harus ada tanda terima kasih. padahal seharusnya kaum laki-laki ngga hanya membantu, tapi merasa memiliki dan ikut bertanggung jawab, memikul beban menjalankan tetek-bengek kesibukan rumah tangga bersama-sama. berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. kan gitu.

tapi ada juga yang bilang: bukankah perempuan itu kodratnya melayani laki-laki? kesetaraan gender itu cuma bualan kaum kapitalis! perempuan kan emang dilahirkan untuk itu. jangan melawan kodrat. lupakan kesetaraan gender, karena secara kodrat laki-laki memang ngga bisa disetarain sama perempuan. secara kodrat, kedua jenis kelamin ini ngga bakal bisa disamain, jadi jangan dipaksakan.

intinya, kesetaraan gender itu omong kosong!

***

okelah, mari kita sama-sama pahami prinsip kesetaraan gender yang dirumuskan oleh ILO berikut ini (ngopi dari wiki). ILO adalah organisasi buruh internasional di bawah naungan perserikatan bangsa-bangsa. jadi definisi ini dirumuskan bersama-sama untuk diimplementasikan di seluruh belahan dunia, terutama di negara-negara anggota PBB. ngga main-main kan.
"Gender equality, equality between men and women, entails the concept that all human beings, both men and women, are free to develop their personal abilities and make choices without the limitations set by stereotypes, rigid gender roles and prejudices. Gender equality means that the different behaviour, aspirations and needs of women and men are considered, valued and favoured equally. It does not mean that women and men have to become the same, but that their rights, responsibilities and opportunities will not depend on whether they are born male or female. Gender equity means fairness of treatment for women and men, according to their respective needs. This may include equal treatment or treatment that is different but which is considered equivalent in terms of rights, benefits, obligations and opportunities."
— ABC Of Women Worker's Rights And Gender Equality, ILO, 2000. p. 48.
kalo diterjemahin ke bahasa indonesia, kira-kira jadi begini:
"kesetaraan gender, kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, adalah konsep bahwa semua manusia baik laki-laki maupun perempuan bebas untuk mengembangkan kemampuan diri sendiri dan membuat pilihan tanpa dibatasi oleh stereotip (anggapan kuat), peran yang kaku, dan prasangka. kesetaraan gender berarti bahwa perilaku yang berbeda, aspirasi dan kebutuhan perempuan dan laki-laki sama-sama diperhatikan, dihargai, dan dinilai setara. Namun bukan berarti bahwa perempuan dan laki-laki harus persis sama, tapi hak-hak, kewajiban, dan peluang antara keduanya tidak tergantung pada jenis kelamin. kesetaraan gender berarti keadilan dalam memperlakukan perempuan dan laki-laki sesuai dengan kebutuhan mereka masing-masing. ini bisa jadi termasuk perlakuan yang sama atau berbeda tetapi dianggap setara dalam hal hak, kewajiban dan peluang."
***

beruntunglah kita lahir dan hidup di negara yang sudah lumayan maju soal kesetaraan. bayangkan kalo tiba-tiba ada aturan begini:
- mulai sekarang, cuma anak laki-laki saja yang boleh sekolah! anak perempuan dilarang sekolah!
- mulai sekarang, cuma laki-laki saja yang boleh ngedaftar cari kerja! perempuan di rumah saja!
- mulai sekarang, cuma laki-laki saja yang boleh jadi menteri, presiden, atau ketua RT! perempuan jangan!

pasti reaksi kita: woi, woi, woi! apa-apaan ini? ya kan? hehe.


tapi kenapa ketika kita pulang dan masuk rumah konsep kesetaraan itu menguap entah ke mana? tiba-tiba laki-laki jadi raja, semua tetek bengek urusan rumah jadi tugas istri semata.

kalo perempuan sudah boleh maju, boleh sekolah, mampu bersaing di dunia kerja, bahkan beberapa jadi pemimpin instansi pemerintah setingkat menteri dan jadi presiden, mengapa ketika kembali ke rumah posisinya dikembalikan ke konsep tradisional?

kodrat?

bukan! kodrat perempuan yang laki-laki ngga bakal bisa menyamai itu cuma ada dua. hamil, dan menyusui. udah itu saja. itu kodrati, nggak bisa diubah. mau disetarakan bagaimanapun juga mustahil. laki-laki ngga akan bisa hamil, apalagi menyusui. nah, yang lain-lain lah yang bisa disetarakan. sama-sama sekolah, sama-sama kuliah, sama-sama bekerja, sama-sama jadi pemimpin. karna baik laki-laki maupun perempuan sudah terbukti layak, mampu, dan bisa. jadi begitu pulang ke rumah, seharusnya laki-laki dan perempuan juga bisa sama-sama masak, sama-sama nyuci, sama-sama beres-beres rumah, sama-sama momong anak. karena keduanya layak, mampu, dan bisa.

kan gitu, mas...

2 comments:

  1. Kirain cuma di indonesia aja mbak, ternyata di eropah pun sama ya, berarti ini mah masalah personal juga, bukan semata budaya. Ya emang bener laki2 harus kerja sama dgn istri, Rasulullah aja mencontohkan, ketika bajunya sobek, Rasulullah ngejait bajunya sendiri, gak nyuruh2 istrinya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya ya bu, aku dulu sempat suudzon kirain cuma orang kita yang begini, ternyata di belahan dunia manapun male domination aka patriarki masih ada hehe

      Delete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...