Friday, 17 January 2025

jalur lendir

ihhhh....gitu amat judulnya, emang mau ngebahas bekicot apa yaπŸ˜…

ide awalnya sebenernya dari mbaca-mbaca linimasa para diaspora yang kegerahan karena ternyata banyak yang julid dan ngatain mereka-mereka yang nikah ama orang luar atau (rata-rata) bule dan hidup menetap di luar negeri itu dapet visanya lewat jalur lendir! kecuali katanya yang pake jalur studi, jalur kerja, dan jalur lainnya. ngamuklah ya para diaspora ini dan hebohlah dunia internet dengan istilah tersebut.

doh, ada-ada aja emang manusia julid😁

menyikapi hal ini, meski aku masuk golongan yang dikecualikan oleh si julid ini karena perjalananku menetap di inggris sini karena jalur studi, lalu jalur kerja sebelum ketemu suami, kalaupun ternyata jodohku memang di luar negeri dan kudu pakai jalur nikah visa cinta ini, ya mungkin ikutan gerah juga sih ya, dikatain begitu. kalau disebutnya jalur visa cinta masih konotasinya positif sih ya. tapi disebut lewat jalur lendir itu kok jadi negatif banget heu heu.

kawin campur

padahal intinya sih sama saja, dua orang jatuh cinta dan satunya pindah atau migrasi dari negara berkembang ke negara maju pada umumnya. sedikit tentang topik ini sudah pernah kubahas di tulisan berjudul bule hunter di tautan ini. meski mirip-mirip, tapi untuk topik yang sekarang, kubidik dari sudut pandang yang agak beda yaitu sudut pandang si pemberi julukan. kenapa sih mereka-mereka ini sampe sewot dan tercetus ngata-ngatain pake kata-kata yang kurang enak didengar kuping begitu? 

  • apakah karena mereka iri dengki?
  • apakah karena mereka ngga suka dengan fenomena kawin campur?
  • apakah karena faktor-faktor lainnya?

kita kupas yuk! #mangga_kali_dikupas 😁

***

ini kemungkinan terbesar sih kenapa istilah tersebut dilontarkan untuk ngatain kaum perempuan (biasanya) yang nikah dengan orang asing dan pindah ke negara suaminya. keirian ini mungkin dipicu dari kebiasaan atau fenomena pamer di sosmed yang dilakukan oleh para diaspora yang hidup di luar negeri. bisa saja pamer kehidupan sehari-hari, pamer kekayaan, pamer kemesraan dengan pasangan bulenya, pamer anak-anak mereka yang berwajah indo-blasterannya, pamer rumah di luar negeri dan lain-lain dan sebagainya. ya namanya juga dunia sosmed, memang isinya kan ajang pamer pegimane sih hehe.

sayangnya memang terkadang banyak juga yang oversharing atau kelewatan intensitas pamernya meski sangat sulit sebenernya untuk ngasih batasan pamer yang baik dan ngga kelewatan itu yang kayak gimana sih.

sementara yang dipameri, atau pemirsa sosmed mereka ini biasanya ada dua golongan. para emak-emak atau ibu-ibu yang hidup di indonesia dan berjibaku dengan kehidupan sehari-hari meski yang kerja maupun yang ibu rumah tangga. dan golongan yang kedua adalah para cewek jomblo single yang lalu berharap dan ngiler untuk bisa menikmati kehidupan yang sama seperti yang dipamerkan oleh si diaspora, berharap mereka bisa nikah sama orang asing dan tinggal di luar negeri jugak!

aku sebenernya ngga tau persis ya, siapa sih, si oknum yang memviralkan sebutan ngga enak itu. katanya sih seorang ibu-ibu, tapi jujur aku ngga cek dan males nyari juga. kurang kerjaan apa ya πŸ˜‚

apapun itu, kalau memicu kesenjangan, memang biasanya akan selalu menimbulkan situasi iri dan dengki sih. manusia pada dasarnya kan memang makhluk sosial yang selalu membanding-bandingkan. kalau perbandingannya jomplang dan ada perbedaan menyolok, biasanya memang efeknya ke perasaan. melihat kehidupan para diaspora yang memang notabene lebih banyak wah-wah-nya karena yang ngga wah-wah ya diumpetin, hehe. sementara kehidupannya sendiri di tanah air mungkin jauh dari yang mereka lihat di internet, tentu saja hal tersebut menjadikan timbulnya rasa iri.

lalu pikiran mereka menerawang deh, ke langit ke tujuh.

"kok dia bisa gitu sih, enak hidupnya ya. suaminya bule, hidupnya mewah, apa-apa kayaknya kok punya. rumah, mobil, anak yang lucu-lucu dan berwajah indo. sementara kok hidupku cuma begini-begini saja ya. hidup susah, banyak utang, makan sehari-hari aja kewalahan. suami kerjanya ya gitu-gitu aja, boro-boro romantis kayak suami-suami bule mereka itu. yang tiap perayaan apa kasih bunga ke istrinya, suamiku malah ngasih cucian kotor! anak-anakku juga biasa-biasa saja, ngga ada perbaikan keturunan. doh nasibku memang ngga seberuntung mereka. eh tapi jelas aja mereka bisa gitu karena nemu suaminya lewat visa cinta. ih, jalur lendir aja bangga! mending aku donk kalau gitu."

tuh kan jadi julid, haha.

secara psikologis, mungkin dengan ngatain itu, yang si pelaku sebenarnya lakukan adalah berusaha  untuk menjatuhkan orang yang dia lihat di internet supaya merasa dirinya lebih baik dibandingkan para diaspora yang mereka katain tadi. si pelaku melakukan itu sebagai defence mechanism dia untuk mengatasi kekurangannya sendiri, karena iri dengan pencapaian para diaspora yang dia lihat di sosmed. dengan ngatain, dia akan merasakan kepuasan karena posisinya menjadi lebih baik di kepala dia sendiri karena dia ngga memilih untuk melakukan hal yang sama. dan ini mungkin yang sebenarnya terjadi.

kadang kaum yang kecewa kan melampiaskan kekecewaannya dengan melontarkan "sampah" berupa makian, umpatan, sumpah serapah dan perkataan negatif lainnya ke orang lain. tinggal gimana sikap yang dilempari sampah, apakah mau nerima atau cuekin saja.

kalau diterima, maka akan terjadi konflik seperti yang heboh belakangan di sosmed ini. karena mereka yang "merasa" dikatain pada protes, hehe. meski yang adem-adem dan cuek bebek juga banyak sih. ngga semuanya kok bereaksi. ngga penting juga sebenernya hal-hal seperti itu ditanggapi, jadinya malah debat kusir ngga berujung. mungkin si ibuk yang mencetuskan istilah tersebut lupa, kalau sejatinya kan semua manusia itu terlahir dari lendir juga. termasuk yang ngatain, diapun ya tadinya lahir dari lendir bapak ibunya ye kan hihi.

gitu aja kok repot, udah ngga usah berantem! 😁

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...