sebelum mulai, perlu diketahui bersama ya, kalau topik ini memang kontroversial. jadi pembaca diharap kalem aja, ngga usah ngegas.
dan supaya aman, aku mau tekankan dulu kalau aku ngga akan ngebahas salah benarnya gimana, wajib engga nya gimana. aku juga ngga akan ngebahas pribadi seseorang atau diriku sendiri. tapi di tulisan ini aku akan sampaikan pengamatan atau observasiku saja terhadap dinamika per-jilbab-an di tanah air dari jaman dulu sampe jaman sekarang, yang tentunya terus bergeser dan berubah.
waktu aku dulu masih sekolah dari tk, sd, smp, sma bahkan sampe lulus kuliah tahun 1997, blas, aku ngga punya teman cewek yang pake jilbab. jaman itu jilbaban sangat ngga umum dan ngga ngetrend. perempuan indonesia waktu itu semuanya berambut terurai, diikat, dikepang, atau disanggul kalau berkebaya. kalau ada acara pengajian, baru mereka berkerudung. kerudung lho ya, bukan jilbaban.
masa-masa jaman ini, di seantero negara-negara lain dengan mayoritas penduduk yang beragama islam lainnya, juga seperti itu, engga ada yang jilbaban, kecuali negara timteng di semenanjung arab. mesir, iran, irak, malaysia, indonesia, pakistan, bangladesh, semuanya engga ada atau sangat jarang yang berjilbab ala arab.
banyak juga yang mengatakan kalau jilbab itu sebagai budaya arab. meski putri-putri kerajaan di negeri arab sendiri juga banyak yang tampil tanpa jilbab atau hanya berkerudung saja. sumbernya di sini.
![]() |
kiri atas, wanita mesir era 70-an, kiri bawah afganistan, kanan irak |
memasuki awal tahun 90-an dan lalu masuk masa milenial tahun 2000 ke sini, kita semua sudah tahu pergeseran pengingkatan angka pemakaian jilbab yang cukup pesat di kalangan perempuan indonesia dan negara-negara islam lainnya. bahkan sempat rame dan ricuh soal ini di eropa khususnya di perancis ketika terjadi pelarangan pemakaian cadar, lalu juga rame pas di iran ada gerakan anti-jilbab karena sudah makan korban di mana seorang wanita yang melepas jilbabnya ditemukan meninggal dengan sebab yang misterius.
di indonesia, meski engga sedramatis kejadian-kejadian di luar negeri, topik ini tetap seru dan gegap gempita dengan segala perdebatan di sosmed dan internet, mengenai pemakaian jilbab ini. banyak hujatan dan perundungan ke mereka-mereka yang engga memakai, atau menolak memakai, atau memakai lalu memutuskan untuk melepasnya. belum lagi yang memakai tapi tingkah polahnya katanya ngga sesuai dan lain-lain. rame pokoknya ya, tau sendiri lah.
terlepas dari wajib engga-nya, yang ngga akan kubahas di sini karena hanya akan jadi debat kusir yang tak berujung, sangat menarik untuk mengamati pergeseran jenis perlengkapan berpakaian yang satu ini. pengamatanku juga ngga jauh-jauh dari sosmed yang memang sangat populer pemakaiannya di indonesia, dan dari membaca komen-komen yang dilontarkan oleh pemakai akun-akun di berbagai platform sosial media.
dari pengamatan tersebut, menurutku ada beberapa kelompok dengan kriteria uniknya masing-masing yang akan kubahas satu persatu di bawah ini:
generasi perubahan
ini adalah mereka-mereka yang dulunya tumbuh besar di era tahun 60, 70, 80-an tanpa memakai penutup kepala, lalu memutuskan untuk memakai jilbab ketika perubahan besar terjadi dan melanda negara-negara berpenduduk mayoritas islam. bahasa kerennya sih hijrah ya. meski jangan didebat lagi kalau hijrah ini sendiri bisa dibagi-bagi lagi dalam berbagai macam kategori dari yang sampe harus bercadar ke yang hijrahnya ringan-ringan saja, dengan hanya memakai jilbab saja sudah cukup.
ini mungkin yang persentasenya paling besar saat ini, dan ngga hanya di indonesia tapi juga di negara-negara lain seperti mesir, afganistan, irak, iran dan lain-lain. generasi tua sebelum ini biasanya lebih banyak yang bertahan dan ngga memakai jilbab di usia tua mereka. kebanyakan yang sudah meninggal terlebih dulu juga engga pernah merasakan perubahan tersebut.
film-film lawas jaman ketika desi ratnasari dan paramitha rusady masih muda berseragam sma juga bisa dijadikan patokan gambaran kehidupan perempuan masa itu. anak-anak sekolah masih berseragam rok pendek selutut, atasan putih lengan pendek dan tanpa jilbab.
![]() |
film blok M |
generasi sesudah perubahan
ini adalah generasi baru atau generasi anak-anak yang terlahir dari orang tua yang memutuskan untuk melakukan perubahan di atas.
anak-anak generasi ini biasanya juga terbagi lagi menjadi dua. ada yang ortunya sejak awal memutuskan untuk memakaikan jilbab ke anak-anak perempuan mereka sedini mungkin, tapi ada juga yang mengambil jalur agak santai dengan tidak memakaikan sampai usia tertentu. biasanya begitu menginjak remaja, baru mereka akan mengambil keputusan sendiri untuk memakai jilbab juga seperti orang tua mereka, atau tetap engga pakai.
tapi yang biasanya lalu masuk sekolah berbasis agama islam sih biasanya diwajibkan oleh pihak sekolah sebagai bagian dari seragam resmi ya. di sini bisa ada dua kategori lagi, yang makai jilbab hanya kalau ke sekolah karena seragam wajib dan dicopot di luar sekolah, ada juga yang tetap memakai meski di luar sekolah.
kelompok pergeseran
ini mungkin agak kecil persentasenya, karena biasanya mereka ini adalah yang tadinya merasa kalau tekanan sosial di lingkungan di mana mereka hidup sehari-hari seolah-olah 'memaksa' mereka untuk menjadi wajib bagi mereka memakai jilbab. kalau ngga pakai, agak sulit bagi mereka untuk membaur dalam kehidupan sehari-hari. merasa dikucilkan, beda sendiri, asing, merasa salah tempat, merasa dihakimi dan lain-lain. jadi untuk 'amannya' ya memilih untuk makai saja. supaya mulut-mulut yang gatal itu jadi diem gitu lah pokoknya. indonesia gitu lho.
dari kelompok ini, akan terbelah menjadi dua lagi, yaitu kelompok yang terus bertahan untuk tetap berjilbab demi aman, dan demi bisa berbaur dalam kehidupan sehari-hari. karena toh pakainya kalau di luar rumah saja, misalnya.
etapi makin ke sini, sepertinya ada kelompok baru yang muncul yaitu mereka-mereka yang setelah pakai, pada akhirnya berubah pikiran. mungkin mereka berpikir, kenapa gue yang ngebeo sama mereka dan ngga punya pendirian sendiri? kenapa musti ngekor aja apa kata orang dan apa kata mayoritas? kalau ngga ngerasa sreg ya udah ngga usah ikut-ikutan.
dan mereka-mereka ini akhirnya memutuskan untuk melepaskan jilbab mereka.
dari banyak komen-komen di sosmed yang kubaca dari kelompok masyarakat ini, mereka justru merasa terbebas dan merdeka dari keharusan berjilbab yang seolah 'membelenggu' ketika mereka memakainya. tentu saja di awal-awal mereka-mereka ini kudu menghadapi banyak hujatan, cacian, dan cibiran dari orang-orang di sekitar mereka. tapi katanya akhirnya pada diem juga sih, mungkin lama-lama yang menghujat pada capek sendiri.
menghujat juga butuh energi soalnya π
kelompok batu karang
nah, ini nih yang paling langka dan sangat-sangat kecil banget persentasenya. di tengah gempuran perubahan yang melanda hampir seantero bumi di mana hampir sebagian besar perempuan yang tadinya tumbuh besar dengan rambut terurai lalu berubah menjadi tertutupi jilbab, engga di indonesia, engga di negara islami lainnya, ada saja mereka-mereka yang meski jumlahnya sangat kecil, yang tetap bergeming.
kusebut batu karang, yang tetap menjulang tinggi meski digempur ombak tak henti-henti. tetap saja ngga berubah dan tetap pada pendiriannya, untuk engga memakai jilbab sebagai bagian dari cara berbusana mereka sehari-hari. bahkan, salah satu tokoh masyarakat yang sangat terkenal di kalangan masyarakat indonesia pun, ada yang masuk dalam kelompok ini. uniknya lagi, perempuan ternama ini juga adalah salah satu anak dari tokoh ulama besar indonesia. benar-benar suatu keunikan dan antidot dari 'budaya' jilbab, bukan?
siapa lagi beliau kalau bukan najwa shihab!
![]() |
najwa shihab |
aku engga akan bahas kenapa-kenapanya ya, kalau digugel banyak kok artikel yang memuat jawaban resmi dari percakapan atau wawancara yang memang sudah banyak dilakukan dan dirilis media. salah satunya ada di artikel ini, baca sendiri ya.
lalu ada lagi seorang ibu-ibu 'batu karang' yang ternyata cukup punya kapasitas, waktu dan tenaga untuk nanggepin komen-komen di fesbuk sosmed beliau, karena beliau ini sangat vokal menyuarakan opininya mengenai busana 'tanpa jilbab' yang sering jadi tema postingannya. nama akunnya 'nisa alwis'.
tipikal netizen indonesia, kan pasti langsung banyak yang gatal, julid, sotoy, dan heboh kalau sudah ngebahas topik kontroversial ini. udah kayak api disiram bensin π
meski menurutku tetep imbang sih, jumlah komen yang bernada 'menghujat' dengan komen yang menyemangati dan bahkan banyak juga yang meng-iyakan opini beliau karena mereka juga memutuskan untuk tidak berjilbab.
aku sendiri kenal secara pribadi beberapa teman yang memang sejak aku berteman dari jaman baheula sampe sekarang juga engga pernah jilbaban meski mereka muslim dan taat beribadah. sama kayak najwa lah.
dari pengamatanku juga, mereka-mereka ini meski ada yang tinggal di luar negeri dan ada juga yang tinggal di indonesia, rata-rata memang berpembawaan santai dan cuek, tapi berpendirian kuat. makanya mereka bisa 'bertahan' di tengah lingkungan yang penuh 'gempuran tuntutan atau keharusan' untuk berjilbab ini.
nah, kalau di iran sampe ada pergerakan untuk membebaskan perempuan yang engga mau berjilbab untuk bisa berjalan bebas tanpa harus takut dengan ancaman dari penguasa di sana, dan di indonesia meski jumlahnya belum seberapa tapi ada saja mereka-mereka yang tadinya berjilbab lalu memutuskan untuk melepasnya. apakah nantinya akan terjadi pergeseran lagi ketika penampilan para perempuan di negara-negara mayoritas islam akan kembali lagi seperti masa dulu?
wallahu'alam.
No comments:
Post a Comment