hai gaissss...
lagi viral katanya ya, tagar #kaburajadulu. aku mau ikutan kasih opiniku dari seorang diaspora yang sudah 20 tahun beneran kabur ke luar negeri sejak 2005 dan akhirnya menetap di inggris sampe sekarang. meski tadinya kaburnya cuma direncanakan 2 tahun doank, eh malah udah 20 tahun dan mungkin akan tetap kabur selamanya π
emang kenapa sih pada mau kabur?
menurut beberapa sumber, katanya karena kondisi di indonesia sudah kurang menjanjikan dari segala sisi ya. dari yang kubaca-baca di internet sih gitu kesimpulanku sementara ini.
lapangan kerja makin sempitlah, kesempatan nyari kerja yang sesuai keinginan makin susah lah, kondisi politik yang kurang kondusif lah, kesenjangan sosial yang makin lebar dan lain-lain sebagainya. trus katanya, iming-iming untuk bisa kerja ke luar negeri dengan segala tawaran menariknya semakin terbuka lebar, dan ternyata cukup menggiurkan, sampe pada nekat ngga usah mikir-mikir kepanjangan, yang penting kabur aja dulu.
hmm, sangat menarik ya fenomena ini.
![]() |
#kaburajadulu |
kalau kasus pribadiku dulu pas kabur tahun 2005 sih, mungkin sejujurnya alasan-alasannya engga jauh beda dengan yang orang-orang rasakan sekarang, meski kaburku dulu sudah dengan rencana yang matang pake beasiswa kuliah s2 dari uni eropa.
jadi ngga bisa dibilang kalau kaburku dulu kabur doank tanpa bekal apa-apa seperti tagar yang viral itu. karena dengan "kabur aja dulu" berarti kan mereka sebenernya cuma modal nekat doank, dan belum tahu pasti gimana bertahan hidupnya setelah nyampe di luar negeri. dipikir belakangan aja gitu kan? sementara kaburku dulu udah ada bekal pasti, kalau segala kebutuhan hidupku sudah ada yang nanggung dan bakalan dikasih duit beasiswa tiap bulan, yang malah akhirnya bisa jadi bekal hidup dan nyari kerja terus netap sampai sekarang.
jadi agak beda juga ya, kasusnya. dan karena jaman dulu internet belum segempar sekarang, jadi waktu itu kabur ke luar negeri itu engga jadi viral π
unik ini sih, karena di waktu yang hampir bersamaan, belakangan ini linimasaku juga penuh dengan obrolan dari para diaspora yang benar-benar sudah hidup di luar negeri, tapi malah mereka pada ngebahas kemungkinan untuk milih kembali mudik ke indonesia dan pindah selamanya, karena katanya kondisi kehidupan di luar negeri bagi mereka sudah engga menjanjikan lagi!
nah lo! π±
***
kita bahas satu persatu trus nanti kita gabungkan kedua fenomena perpindahan penduduk dari indonesia dan ke indonesia ini ya. apakah sebenernya ini fenomena migrasi biasa yang klasik, cuma orang-orang aja yang heboh dan hiperbola meski migrasi ini selalu terjadi kapanpun dan di manapun. atau sebenarnya memang ini fenomena baru?
dengan semakin canggihnya kemajuan teknologi, apalagi sekarang semuanya udah serba digital dan serba artificial intelligent di mana-mana, maka sekat-sekat kesempatan mulai terbuka lebar. sudah mulai banyak lapisan masyarakat yang bisa hidup dan bermatapencaharian dari dunia digital yang sangat berkembang pesat dan semakin marak.
ini pula yang memudahkan semua lapisan masyarakat untuk bisa memperoleh informasi dengan cepat dan mudah setiap saat. paparan terhadap segala kesempatan di seluruh dunia secara global juga tersedia, termasuk kesempatan kerja. internet dan dunia digital juga memudahkan orang melihat kehidupan dan kemajuan di negara lain.
sebagai manusia, pastilah secara alami selalu membandingkan dari apa yang mereka lihat dan tonton di internet dengan apa yang mereka miliki atau alami sehari-hari. setiap saat segala sesuatu di tempat lain bisa dibandingkan dengan hal yang sama di dalam negeri. contohnya transportasi masal, kemudahan akses ke layanan kesehatan, layanan pendidikan dan lain-lain. orang akan selalu melihat dan membandingkan.
kalau akhirnya banyak yang merasa bahwa di tempat lain ternyata yang dilihat lebih maju, lebih menarik dan lebih berkualitas, pastilah secara alami orang ingin memiliki atau mengalami hal yang sama. seperti contohnya akses layanan kesehatan.
bagi mereka yang sering bersinggungan dengan betapa sulitnya mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak dan terjangkau di indonesia, misalnya. pas mereka tahu dan ngelihat postingan-postingan di luar negeri di negara yang layanan kesehatannya bagus dan gratis, siapa sih yang ngga pengin yakan?
sama halnya dengan layanan pendidikan.
dengan semakin banyaknya diaspora yang tinggal di luar negeri yang membagikan vlog kehidupan mereka sehari-hari, terlepas dari fakta bahwa di belahan dunia manapun akan selalu ada faktor positif dan negatif dari cara menjalani hidup, kebanyakan yang dibagikan di vlog memang biasanya lebih banyak yang positifnya. ini juga jadi salah satu alasan kenapa kehidupan di luar negeri itu kelihatan lebih wow. karena rumput tetangga selalu kelihatan lebih hijau.
![]() |
rumput tetangga selalu lebih hijaukah? |
orang cenderung lupa, bahwa keseharian yang sulit dan perjuangan para diaspora di luar negeri yang sifatnya negatif biasanya jarang dijadikan vlog atau konten di internet. yang dibagikan memang kebanyakan cuma yang kelihatan bagus-bagusnya saja.
kecenderungan ini mungkin yang menyuburkan anggapan kalau di luar negeri itu pasti enak hidupnya.
jadi ketika seseorang ngerasa kalau kesempatan hidup di indonesia itu semakin hari semakin sulit, dengan kesempatan kerja yang semakin terbatas dan tiap hari mereka dibombardir dengan iming-iming kehidupan di luar negeri yang selalu terlihat lebih wow, makanya lalu banyak yang memilih untuk hengkang dan pindah domisili. meski ya itu tadi, belum punya gambaran yang jelas dan pasti setelah di luar negeri mereka mau ngapain.
yang penting, kabur aja dulu!
***
pertanyaan selanjutnya yang muncul di kepalaku adalah, emang mau pada kabur ke mana sih?
ke luar negeri itu ngga gampang lho. kecuali pada kaburnya ke negara-negara asean ya. kalau cuma untuk sementara waktu kan ngga perlu visa. tapi kalau niatnya buat netap dan kerja, pastinya mereka kudu mikir visa kerja kalau mau legal dan ngga diuber-uber imigrasi karena ngga punya ijin kerja resmi. trus kalau mau kerja di negara asean juga kudu mikir mau kerja apa. kebanyakan sdm kita yang kerja di wilayah ini paling mayoritas kan blue collar atau pekerja kasar semacam art, nanny, atau pekerja bangunan. sektor yang white collar atau kerja kantoran mungkin juga ada, tapi ada kendala bahasa pastinya ya, dan juga kualifikasi. apakah mereka bisa setara dengan kemampuan dan kualifikasi orang lokal.
paling menarik sebenernya sih ke australia atau selandia baru ya. selain kendala bahasa mungkin lebih mudah karena semuanya pake inggris, juga kedua negara ini memang memberikan kesempatan kepada masyarakat global untuk datang ke sana dengan visa whv yang terkenal itu.
working holiday visa ini diberikan untuk mereka-mereka yang berumur antara 18-30 tahun. biasanya sih visa ini kebanyakan dipake oleh para lulusan sekolah di eropa dan amrik yang pengin kerja di rentang waktu antara lulus sma dan sebelum kuliah, atau disebut gap year. tapi belakangan kayaknya banyak sekali orang indonesia yang makai visa ini untuk berkesempatan ke australia buat kerja!
resmi sih itu. bedanya kalau anak-anak remaja eropa dan amrik makainya untuk kerja sementara sebelum mereka ngambil kuliah di universitas, sama orang indonesia visa ini dipake sebagai batu loncatan untuk hidup lebih layak atau ngumpulin cukup modal sebelum balik ke indonesia. atau kalau bisa untuk nyari kerja permanen di australia dan akhirnya menetap.
bener ngga sih?
sah-sah saja kok ngga ada yang salah. kan semuanya ikut aturan keimigrasian. kalau memang boleh bikin visa ini dan memenuhi syarat untuk nyari kerja di ostrali ya kenapa engga. tapi apakah karena banyaknya warga indonesia yang ngambil kesempatan ini, dan lalu menyebarkannya di internet, jadi pemicu gerakan kabur aja dulu?
bisa jadi.
kalau kesempatan kerja di negeri sendiri memang serba terbatas dan udah mentok, ngga bisa berkembang lagi, sementara postingan-postingan diaspora yang kabur duluan ke ostrali kok kelihatannya enak dan menggiurkan, apalagi ditambah biasanya yang pada posting itu suka flexing penghasilan mereka di sana yang bisa ditabung dan bisa dipake untuk modal bangun rumahlah, beli tanahlah, dan lain-lain, siapa yang ngga jadi ngiler, hehe.
gimana kalau kaburnya ke amerika, kanada, atau eropa?
hmm, selain mungkin lebih mahal karena jaraknya lebih jauh, mungkin nyari visanya juga lebih sulit ya. paling bisanya sih dapet visa turis. karena sejauh ini selain ostrali dan selandia baru, setahuku kayaknya engga ada negara eropa atau amrik kanada yang punya program visa seperti visa whv ini deh. eh, ternyata aku salah. kata internet, beberapa negara lain ternyata punya visa serupa!
ini terjemahannya, kukopas di bawah ya.
beberapa negara menawarkan visa liburan kerja (working holiday visa/whv) yang mirip dengan program di australia. visa ini biasanya memungkinkan wisatawan muda (biasanya usia 18-30 atau 18-35) untuk bekerja dan bepergian ke negara tersebut dalam jangka waktu tertentu. setiap negara memiliki persyaratan kelayakan, durasi, dan batasan kerja yang berbeda-beda. negara yang menawarkan program whv selain australia adalah:
- selandia baru
- kanada
- inggris (youth mobility scheme)
- irlandia
- jepang
- korsel
- jerman
- prancis
- denmark
- belanda
***
woalah, pantesan!
ternyata aku yang kudet π banyak juga ya peluang kabur ke luar negeri termasuk ke eropa, ngga cuma asia dan ostrali,/selandia baru doank.
apakah ini yang jadi pemicu pada berbondong-bondong kabur aja dulu ya? tapi kan program ini sudah lama ada, kok baru sekarang pada kaburnya sih? karena bobby, eh pak wowo jadi presiden kah? kenapa? kecewa ya? hehe. ngga mau mbahas politik ah, ruwet!
jawabannya bisa jadi balik lagi ke peluang kerja dan keinginan untuk lebih sejahtera.
kalau memang niat kaburnya untuk perbaikan hidup dan kesempatan kerja di negara-negara yang lebih maju daripada indonesia, sah-sah saja menurutku. semua orang kan pastinya berhak untuk pengin punya penghidupan yang lebih layak dan lebih makmur, entah gimana caranya. asalkan resmi dan halal, ya boleh-boleh saja. termasuk dengan kabur ke luar negeri dan nyari kesempatan hidup yang lebih baik dibandingkan dengan kehidupan sebelumnya di tanah air.
ngga salah kok.
yang bikin viral itu mungkin karena digembor-gemborkan di sosmed dan jadi banyak yang kepingin kabur gitu ya. berapa sih sebenernya yang sudah kabur, seribu? sepuluh ribu? sejuta? masih banyak kok sisanya yang masih di tanah air, hehe. takut brain drain? yang pinter-pinter pada pindah, yang sisa cuma yang bodo-bodo? masak sampe segitunya sih. engga juga deh kayaknya.
ngga ada bukti lah kalau semua yang pindah ke luar negeri itu lebih pintar-pintar daripada yang di dalam negeri. masih banyak kok orang indonesia yang pintar dan ngga kemana-mana. jadi keknya ngga perlu takut bakalan brain drain deh. sisi positif lainnya, dengan tagar #kaburajadulu ini bisa jadi pembangkit semangat untuk merantau dan menaklukkan tantangan kerasnya usaha untuk bisa bertahan hidup di negeri orang.
tekad yang sangat dibutuhkan kalau seseorang pengin sukses, berhasil, dan maju!
lagipula, meski udah di luar negeripun masih bisa kok ikutan ngebantu membangun indonesia, atau ngebawa devisa kalau duitnya ngalirnya ke tanah air. bisa juga mereka justru mulai ngebangun usaha di luar negeri dan jadi importir barang-barang dari indonesia misalnya. yang pada akhirnya bisa membuka peluang-peluang usaha dan kesempatan kerja baru.
jadi menurut pendapatku, tagar #kaburajadulu ini bukan hal yang perlu dikhawatirkan secara berlebihan.
***
di sini lain, seperti sudah kusebutkan di atas tadi, diaspora-diaspora indonesia yang sudah beberapa tahun tinggal dan netap di luar negeri justru pada pengin pulang kampung dan netap kembali ke indonesia. meski mereka ini engga bikin tagar "mudikajadulu" untuk nyaingin tagar "kaburajadulu", tapi ternyata lumayan banyak lho diaspora yang malah pengin balik lagi selamanya ke indonesia.
apalagi sejak pandemik covid, semakin terbuka luas kesempatan untuk kerja jarak jauh atau remote working. jadi ini memungkinkan suami para diaspora ini yang biasanya adalah orang asing, untuk tetap bekerja meski sudah pindah ke indonesia.
alasan para diaspora yang menyuarakan keinginan mereka untuk kembali, kebanyakan karena mereka berpikir kalau hidup di luar negeri itu semakin lama semakin sulit. sedangkan kalau mereka bisa pindah dan netap di indonesia, dengan tetap berpenghasilan dari luar negeri, sementara kebutuhan hidup di indonesia lebih terjangkau dan lebih murah dibandingkan biaya hidup sehari-hari di luar, ya pastinya akan lebih sejahtera tingkat kehidupannya.
gimana kalau penghasilannya juga dari indonesia? mungkin dengan status ekspatriat dipikirnya bakalan dapet kerjaan dengan gaji ekspatriat juga gitu kali ya. atau malah mereka punya usaha sendiri, kurang tahu juga.
nah, jadi aneh kan?
yang di dalam negeri merasa kalau kehidupan di luar negeri lebih enak, sementara yang sudah di luar negeri merasa kalau hidup di indonesia lebih enak. memang ya, rumput tetangga itu selalu kelihatan lebih hijau!
jadi yang benar yang mana donk.
engga ada benar salah pastinya. pada akhirnya, menurutku fenomena ini tuh sebenernya cuma gerakan perpindahan penduduk dari negara satu ke negara lain doank. hal yang sangat biasa dan lumrah dan sudah terjadi sejak jaman purba. manusia itu kan terus berpindah dari satu tempat ke tempat lain, non-stop!
alasannya saja yang beda-beda dan ganti-ganti sesuai perkembangan jaman. tapi ya muternya di situ-situ juga, yaitu untuk mencari penghidupan yang lebih baik. cuma mungkin karena faktor sosmed yang suka lebay, jadi viral deh. makin viral makin banyak yang pindah, ya ngga papa juga. justru kita ngelihatnya dari sisi positifnya. kalau banyak yang kabur keluar indonesia kan kesempatan kerja di indonesia jadi makin bagus, saingan berkurang hehe.
kehidupan akan terus berputar kok, meski banyak yang bermigrasi atau berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain, dari satu kota ke kota lain, atau dari satu negara ke negara lain. ujung-ujungnya, semua manusia itu akan terus berusaha mencari tempat di mana dia merasa paling nyaman untuk hidup. entah itu di tanah air, atau dengan kabur ke luar negeri. entah dengan rencana kabur yang sudah matang, atau dengan tekad bulat doank, yang penting kabur aja dulu.
paniknya belakangan π
No comments:
Post a Comment