sabtu pagi.
mataku masih kriyip-kriyip ngantuk, ketika anakku satu-satunya sudah ngebuka pintu kamar dan seperti biasa lalu dia ndusel-ndusel dan pindah ke kasur emak bapaknya. kebiasaan yang dia lakukan sejak punya kamar sendiri pas umur 4 tahunan dulu. tiap bangun tidur di hari sabtu dan minggu pasti nimbrung ke kasur kami. bertiga lalu kami mulai ngobrol ngga jelas, atau main tebak-tebakan, atau cerita-cerita ngerandom sambil ngakak-ngakak. setelah bosen, baru deh anakku pindah ke dapur dan nonton tipi.
pagi ini pun demikian.
tinggal aku dan suamiku berdua leyeh-leyeh santai karena memang tiap sabtu dan minggu adalah waktu kami bersantai karena ngga diburu urusan kerjaan atau nyiapin anakku sekolah.
sambil leyeh-leyeh biasanya kami juga ngobrol. dari topik ringan sampai topik ngga jelas lainnya. salah satu yang kami obrolin pagi ini sangat menyentil hatiku, makanya langsung kutulis di sini sebelum keburu lupa 😁
dengan gencarnya berita seputar urusan imigrasi di amrik sana, yang mengakibatkan banyak kisah dan kejadian yang mengkhawatirkan karena banyak warga yang terkena dampaknya, entah dideportasi seperti yang sudah pernah kubahas baru-baru ini di tulisan ini, atau soal turis-turis yang melancong ke amrik dan dipulangkan paksa atau ditahan karena masalah ijin masuk yang bermasalah atau dipermasalahkan.
suami cerita, kalau salah satu koleganya di kantor juga lagi ada masalah keimigrasian.
visa atau ijin tinggalnya di inggris untuk kerja, engga bisa diperpanjang. kubilang, kenapa ngga disponsori kantor saja? kata dia justru itu, kantornya engga bisa lagi ngesponsori dia karena sesuatu dan lain hal atau mungkin karena persyaratan keimigrasian yang belakangan ini memang semakin diperketat di inggris sini, terutama yang menyangkut visa kerja.
ingatanku pun melayang ke sebuah kejadian beberapa tahun yang lalu ketika aku berada di situasi yang hampir serupa dengan kolega suamiku ini.
waktu itu aku terkena phk dari perusahaan otomotif tempatku kerja di inggris untuk pertama kali. cerita tentang phk-nya sudah pernah kutulis di tautan ini. status keimigrasianku waktu itu adalah kerja dengan ijin sponsor visa dari perusahaan otomotif tersebut. pas kena phk, kan otomatis visanya juga ngga berlaku lagi. kalau ngga punya visa kerja kan ya ngga bisa kerja. jadi gimana donk?
panik?! ya iyalah masa engga 😅
mana waktu itu aku belum nikah, masih single dan baru kenal sama suamiku ini, masih di awal-awal masa kenalan, belum juga pacaran, dan belum ada pikiran mau nikah atau mau gimana. jadi aku kudu berjuang sendirian untuk urusan visa kerja ini. untungnya aku sudah kenyang dan ahli dalam urusan visa-visaan, setelah berjuang beberapa kali untuk bisa tembus aplikasi visa sejak melanglang buana meninggalkan tanah air untuk ngelanjutin kuliah ke eropa.
***
perjuanganku untuk urusan visa sudah kumulai sejak tahun 2004!
aku paham banget detil-detil persyaratan apa saja yang biasanya dibutuhkan untuk bisa lolos aplikasi keimigrasian. sebetulnya, jika semua persyaratan terpenuhi, urusan visa itu selalu lancar jaya kok. mulus kayak jalan tol yang baru diresmikan 😁
yang bilang urusan visa itu sulit atau dipersulit, biasanya memang persyaratannya ngga memenuhi, atau berada di ambang batas pemenuhan kriteria yang disyaratkan. makanya jadinya bermasalah, atau ditolak. sejak lolos aplikasi visa ke eropa tahun 2004 dan terbang tahun 2005 itu, sampai detik ini, alhamdulillah semua urusan visa dan keimigrasianku cuma pernah ditolak 1 kali. itupun karena kesalahpahaman di pihak kedutaan jerman yang akhirnya mereka akui kalau salah satu syaratnya terlewat oleh bagian administrasi mereka.
waktu itu aku ditugaskan untuk urusan kerjaan ke jerman dan pas visaku ditolak, mereka ngirim surat dalam bahasa jerman donk! sangat tidak membantu sekali kan 😅
untungnya kolega di kantor ada yang orang jerman! langsung dia baca dan terjemahin, lalu hrd juga turun tangan dan ngebantu untuk nelpon kedutaannya, dan kolega orang jerman ini juga ikutan nelpon. akhirnya aplikasiku dicek ulang dan mereka minta maap karena teledor. padahal semua syarat udah komplit tapi ada satu yang kelewat yang membuat visaku ditolak. setelah dijelaskan dan mereka juga mengakui keteledoran mereka, visaku pun lolos. dasar admin gebleg 😆
jadi praktis aku ngga pernah kena penolakan visa dan ngga boleh masuk ke negara tertentu, sampe sekarang. semua aplikasi, termasuk yang ke jerman itu, selalu lolos-lolos saja.
***
kembali ke visa kerja.
meski sempat panik karena visa sponsorku ngga berlaku lagi, dan aku kudu tetep butuh visa kerja kalau mau tetep tinggal dan kerja di inggris, akupun mulai kumpulin semua persyaratan untuk mendapatkan visa kerja secara mandiri. bukan visa istri karena waktu itu belum nikah dan baru mulai kenal doank belum pacaran (sama suami yang sekarang), bukan pula visa sponsor kantor karena waktu itu abis kena phk dan masih nyari-nyari kerjaan baru.
perjuangan-perjuangan di situasi seperti ini yang orang-orang engga pikirkan dan engga pahami kalau mereka ngelihat postingan-postingan di medsos tentang mereka-mereka yang bisa kerja di luar negeri.
panjangggggggg urusannya 😅
dan seringnya sulit untuk dijabarkan karena situasi dan kondisi tiap individu kan beda-beda. jadi pemenuhan persyaratan visanya juga beda-beda. status pendidikan, keahlian, latar belakang individu tersebut, sampe ke kondisi finansial.
akupun dulu begitu.
kupelajari persyaratan untuk pembuatan visa kerja mandiri, satu per satu. kucek semua detilnya jangan sampai ada yang kelewatan. syukurlah semua persyaratan terpenuhi, meski ada satu yang hampir-hampir di tepi jurang situasinya. kurang dikittttttt saja, cerita hidupku akan berubah 180 derajat, yaitu urusan persyaratan finansial!
uniknya bikin visa tuh itu.
kurang dikittttt saja, kita ngga akan masuk persyaratan. coret langsung dan out! pulang kampung alias balik kandang, hehe. akupun waktu itu sudah hampir di situasi itu.
meski dari urusan nyari kerja, setelah terkena phk aku memang langsung dapet kerjaan baru, diphk desember, cari kerja dan dapet bulan januari, mulai kerja awal februari. tapi sebelum mulai, aku sudah kudu dapet visa kerja mandiri, kalau ngga aku harus angkat kaki dari inggris, balik ke indonesia dan entah mungkin cerita hidupku akan seperti apa, kalau itu yang terjadi.
ngemis-ngemis ke calon pacar supaya segera dinikahi dan dapet visa istri, adalah salah satu opsi haha 😂. tapi aku ini sangat keras kepala dan sangat gengsian untuk urusan-urusan seperti ini. ngemis buat visa? no way jose jijay 😁
bagiku, sangat penting sekali untuk bisa ngebuktiin kalau semua yang kuraih dalam hidup itu semua murni atas usahaku sendiri. gengsiku terlalu tinggi waktu itu untuk pilihan-pilihan lain selain nyari visa kerja mandiri. bagi mereka yang memang dapet visanya dari nikah dengan orang asing ya ngga masalah juga karena jalan hidup dan cerita perjalanan mereka memang kudu seperti itu.
tapi bagiku pada waktu itu, satu-satunya solusi memang kudu dapet visa mandiri, tanpa embel-embel atau sponsor dari manapun, dari perusahaan apapun atau disponsori oleh siapapun. kalau gagal, ya udah, pulang kampung.
salah satu syarat yang waktu itu sangat mepet dan ada kemungkinan untuk bisa ngga jadi lolos administrasi, adalah syarat finansial. bukan karena aku ngga punya duit, karena sejak kerja di inggris selama 1.5 tahun itu, justru aku lagi rajin-rajinnya nabung. tiap gajian sampe bingung mau diapain karena gaji bulan kemarin-kemarin masih numpuk belum kepake. songong kan 😂
duitku banyak waktu itu.
jomblo, ngga punya tanggungan bayar rumah kpr, ngga punya pinjaman bank, ngga punya mobil, ngga punya tanggungan apapun. tiap bulan cuma perlu bayar sewa kamar, listrik air, dan makan sama transport pake bis. udah itu doank. kalau orang sini duitnya abisnya biasanya buat minum-minuman alkohol, yang aku blas ngga pernah. buat keluar malam, yang blas aku ngga pengin. buat nyalon rambut dan cat kuku, yang blas aku ngga pernah juga. hidupku waktu itu irit banget lah kalau ngga mau disebut pelit 😁
makanya tabunganku menggunung.
tapi kenapa pas nyari visa mandiri aku kuatir soal persyaratan finansial? karena, yang disyaratkan itu bukan berapa banyak duit yang kita punya di tabungan (ini lebih ke persyaratan untuk visa turis), tapi untuk visa kerja mandiri syaratnya lebih ke, berapa banyak penghasilan kita per tahun dari kerjaan resmi kita yang duitnya dipajakin negara, dan itu ada batasan minimalnya!
kalau penghasilan kita yang dipajakin kurang dari angka tersebut, meski kurangnya cuma 1p atau 1pence pun, aplikasi visa kita engga akan lolos administrasi. percuma juga nekat ngelamar kalau tahu syaratnya engga akan lolos. buang-buang duit doank jadinya mana mahal pulak bayarnya untuk visa kerja.
sempat gemetar waktu itu aku kumpulin semua slip gajiku, dan kutotal semua angkanya dengan sangat teliti dan hati-hati. karena dalam hati aku tahu banget, kalau gaji pokokku pas kerja di perusahaan otomotif itu sangat jauh di bawah angka yang disyaratkan untuk urusan visa kerja mandiri ini.
makanya aku panik! kuatir! dan udah siap-siap angkat koper balik kampung kalau skenario terburuknya aku ngga bisa dapet visa ini karena pendapatan atau gaji pokokku per tahun memang di bawah angka gaji yang sudah ditentukan kantor imigrasi😫
***
namanya juga kerjaan pertama di inggris gais.
waktu itu bisa dapet kerja setelah lulus kuliah aja udah seneng banget. berhubung sama sekali ngga pernah kerja di inggris sebelum itu. untungnya mereka mau menghargai pengalaman kerjaku selama di pabrik di bekasi sebagai bagian dari kemampuan dan ketrampilanku meski waktu itu kerjanya di indonesia.
aku sudah bersyukur banget bisa ketrima karena semua saingannya ya orang lokal inggris!
kok mereka malah milih aku, kandidat dari indonesia. atau mungkin karena aku mau dibayar murah haha. namanya juga kerjaan pertama, aku memang dulu ngga minta gaji tinggi-tinggi. ngga paham juga kudu minta gaji berapa sih sejujurnya. dibayar berapa aja udah sujud syukur istilahnya. ngga kayak sekarang kalau nyari kerja maunya gaji gede kalau ngga dituruti ogah ah, karena aku sudah paham banget seluk beluk gaji untuk jenis ketrampilan tertentu setelah udah menyelami dunia kerja hampir 18 tahun di inggris sini hehe. beda cerita ya dulu dan sekarang.
yang aku kurang paham waktu itu, adalah risiko kehilangan pekerjaan dan ketergantungan ke visa kerja pake sponsor perusahaan. sementara untuk visa mandiri ternyata ada syarat ketentuan gaji minimal. tahu begitu aku dulu minta gaji tinggi. etapi kalau minta gaji tinggi mungkin ngga kepilih kerja. simalakama, hehe.
yah, memang kudu seperti itu jalan hidupku.
dengan gaji pokok di bawah ketentuan persyaratan minimal visa, aku lalu kudu mengandalkan pendapatanku yang lain yaitu dari lemburan! dengan hati-hati kujumlahkan semua angka pendapatanku dari kerja lembur. masalahnya kan aku sudah diphk waktu itu. kalau lemburanku kurang pun, aku sudah ngga bisa nambah lemburan lagi karena udah ngga kerja. kalau tahu bakalan butuh angka duit lemburan ini supaya lolos visa, ya pastinya aku bisa genjot jam lemburku supaya angkanya lebih tinggi kan?
namun posisinya waktu itu udah ngga kerja dan pasrah saja dengan angka lemburan yang sudah kulakukan selama kurun waktu setahun ke belakang sambil berdoa dan berharap kalau angkanya cukup.
lucunya, situasi dan kondisi waktu itu pas aku kerja pertama kali, memang memungkinkan aku untuk selalu ambil lemburan tiap hari sabtu.
engga ada maksud dan tujuan apapun. cuma bosen aja di rumah cengok sendirian. ada teman kos yang lain tapi mereka sibuk sendiri-sendiri. aku juga masih belum punya teman di daerah itu jadi selain ke pabrik senin-jumat, praktis kerjaanku ya bengong doank kalau ngga hari kerja. ngekos sendiri satu kamar, jomblo, baru juga kenalan sama calon pacar tapi belum juga pacaran hehe, ada tipi kecil di kamar yang jarang kutonton, atau baca buku. kalau ngga malas, paling window shopping ke tengah kota. udah balik lagi ke kosan. garing banget kan hidupku. duit banyak, tapi jomblo 😂
makanya daripada cengok, aku rajin ambil lemburan!
kebetulan pabrik memang tetap jalan tiap sabtu. minggu doank tutup. makanya selalu ditawarin siapa yang mau lembur hari sabtu. sementara kolegaku yang lain kan kebanyakan memang orang lokal. mereka punya keluarga, punya anak istri suami, punya teman dll. jadi tiap sabtu mereka sibuk! aku doank yang cengok dan bengong hehe. makanya aku selalu angkat tangan ambil lemburan sabtu.
manalah kutahu gara-gara rajin lembur tiap sabtu itu, pas aku kena phk, malah gaji lemburan itulah yang angkanya bisa ditambahkan ke angka persyaratan untuk nyari visa kerja mandiri, karena memang gaji lembur juga kena pajak!
dan manalah kutahu, kalau saja waktu itu aku ngerasa malas beberapa hari sabtu saja dan milih bengong di rumah rebahan daripada lembur, angka finansialku engga akan cukup sebagai persyaratan dasar untuk ngelamar visa. pulang kampung deh.
***
untungnya, garis hidupku memang sudah ditentukan.
bahwa, meskipun sangat mepet, gaji pokok ditambah semua gaji lemburan tiap sabtu selama setahun sebelum kena phk di bulan desember tahun 2008 itu, bisa melewati angka minimal yang disyaratkan meski mepet bangettttt cuma lebih dikit doank 😥. sabtu pagi ini pas kami ngobrol sambil leyeh-leyeh, suamiku baru sadar betapa nasibku pada waktu itu ada di pinggir jurang atau di persimpangan. bayangkan kalau aku kudu pulang kampung. akankah kami tetep lanjut pacaran? akankah kami ldr-an lalu nikah dan aku masuk ke inggris lagi pake visa istri? bisakah aku lalu mulai karir lagi? entahlah.
untungnya bukan skenario ini yang terjadi.
karena akhirnya visa kerja mandiriku pun disetujui. dan setelah 2 bulan jeda kerja, aku langsung bisa mulai kerja di perusahaaan berikutnya yang bergerak di bidang alat kedokteran mulai februari 2009, bukan lagi di pabrik otomotif. beberapa bulan setelah itu, tepatnya mei 2009, baru deh secara resmi kami pacaran, lalu nikah maret 2011 dan dapet visa istri.
tahun 2013, visa kerja mandiriku + visa istri habis masa berlakunya yang dipatok maksimal 5 tahun. dari sini, aku harus ikut ujian untuk jadi permanent resident karena aku engga mau ganti paspor! cerita ujian sudah pernah kutulis di sini, dan kenapa aku ngga tergiur iming-iming paspor inggris meski jauh lebih sakti dibanding paspor ijo, alasannya sudah pernah kutulis di sini.
jadi jelas, aku dulu memang berjuang sendirian untuk bisa mandiri secara finansial, karir, dan ijin tinggal di inggris ini. aku bangga bisa mencapai semua yang kucapai, atas usahaku sendiri. boleh donk bangga karena perjuangan yang kulalui memang engga gampang.
kalau ngelihat sekarang hidupku udah mapan dan enak, semuanya itu kudapatkan setelah melalui jalan berliku dan naik turun di masa lalu.
ketika aku kudu lembur tiap hari sabtu!😁
No comments:
Post a Comment